KH.ABDUR RAHMAN WAHID

KH ABDUR RAHMAN WAHID YANG BIASA DISAPA GUSDUR ADALAH TOKOH NASIONAL DENGAN BERBAGAI PREDIKAT - SEBAGAI ULAMA BESAR, BAPAK KERUKUNAN UMAT BERAGAMA - BAPAK LSM - JURNALIS DAN BERBAGAI SEBUTAN LAINNYA

Senin, 11 Januari 2010

Forum Kiai Muda NU : Ulil Mencatut Gus Dur

Forum Tabayyun dan Debat Forum Kiai Muda (FKM) NU dengan Ulil berlangsung seru. Tak kurang dari 500 orang hadir dalam kesempatan itu. Mereka datang dari Jember, Banyuwangi, Situbondo, Pasuruan dan Probolinggo. Seolah-olah forum itu menjadi tempat penumpahan uneg-uneg warga NU terhadap gagasan dan pemikiran Ulil mengenai Islam liberal yang diusungnya selama ini.

Debat yang dimoderatori Kiai Abdurrahman Navis itu mengangkat dua pemikirian Ulil yang sangat kontroversial, yaitu soal pluralisme agama dan kesakralan Al-Qur’an. FKM diberi kesempatan pertama untuk menyampaikan “uneg-uneg” terkait dengan pemikiran Ulil.

Peserta menanyakan hal urgen terkait masalah prinsip beragama. Diantaranya Masalah pluralisme agama, semua agama sama benar.

Dalam acara ini, nampak peserta sangat rapi menyiapkan berbagai bahan baik ucapan, tulisan dan pernyataan Ulil menyangkut paham liberal selama ini.

Ketika terpojok, Ulil malah berlindung kepada Gus Dur. Ia mengaku pemikirannya sudah dikembangkan oleh Gus Dur

Ketika terpojok, Ulil malah berlindung kepada Gus Dur. Ia mengaku pemikirannya sudah dikembangkan oleh Gus Dur. “Sebenarnya pemikiran soal pluralisme sudah diungkap oleh Gus Dur, kenapa baru sekarang ramai,” ungkap Ulil dikutip situs www.nu.or.id.

Gus A’ab, menyayangkan tulisan-tulisan Ulil soal pluralisme agama selama ini. Pasalnya, Ulil telah menyamaratakan semua agama. Menurut Gus A’ab, pemikirian Ulil yang menyatakan bahwa semua agama itu benar adalah salah besar. Yang betul, katanya, orang Islam wajib meyakini bahwa agama Islamlah yang benar, walaupun keyakinan itu tidak boleh sampai menghilangkan toleransi terhadap kebenaran agama lain sesuai keyakinan penganutnya.

“Jadi jangan pernah mengagggap semua agama benar. Kita harus tetap meyakini Islam itu yang benar tanpa harus menafikan kebenaran agama lain sesuai yan diyakini pemeluknya,” tukasnya Gus A’ab.

Mendapat serangan itu, Ulil menghindar. “Tidak benar saya mengatakan semua agama itu benar. Yang sama itu hanya agama Yahudi, Nasrani dan Islam. Karena, tiga agama itu minimal mempunyai landasan teoleogi yang sama,” jelas Ulil.

Debat semakin seru, karena pengunjung banyak yang berteriak ketika Ulil lagi-lagi menghidari pernyataannya sendiri di berbagai tulisannya. Padahal, FKM membawa segepok foto copy tulisan Ulil yang berisi pemikiran kontroversial itu.

Forum Kiai Muda (FKM) NU menilai paham JIL cenderung membatalkan otoritas para ulama salaf. Namun mengajak menghadapi JIL dengan dialog

Menurut Gus A’ab, pemikiran-pemikiran yang dikembangkan oleh Jaringan Islam Liberal (JIL) tidak bisa dikaitkan dengan NU, meskipun beberapa orang dari kelompok ini adalah anak NU, bahkan menantu salah seorang tokoh NU.

Ia menyatakan, keberadaan JIL sangat merisaukan warga NU, karena salah seorang pentolannya, Ulil Abshar-Abdalla adalah warga NU
Di bawah ini pernyataan lengkap Forum Kiai Muda NU:
Kesimpulan Forum Tabayyun dan Dialog Terbuka
Antara Jaringan Islam Liberal dan Forum Kiai Muda (FKM) NU Jawa Timur
Di PP Bumi Sholawat, Tulangan, Sidoarjo, Jawa Timur
Ahad, 11 Oktober 2009


Dewasa ini sedang berlangsung perang terbuka dalam pemikiran (ghazwul fikri) pada tataran global. Melalui sejumlah kampanye dan agitasi pemikiran, seperti perang melawan terorisme dan promosi ide-ide liberalisme politik dan ekonomi neo-liberal, Amerika Serikat sebagai kekuatan dunia berupaya menjinakkan ancaman kelompok-kelompok radikal, memanas-manasi pertikaian di antara kelompok radikal dan moderat dalam tubuh umat Islam, serta menyeret umat Islam dan bangsa ini ikut menjadi proyek liberal mereka.

Dengan memperhatikan perkembangan global tersebut, dan terdorong oleh kepentingan membela tradisi Ahlussunnah Waljamaah yang dianut oleh warga NU sebagai bagian dari identitas dan jati diri bangsa ini, Forum Kiai Muda Jawa Timur memberikan kesimpulan tentang hasil-hasil dialog dengan Jaringan Islam Liberal (JIL) sebagai berikut:

1. Sdr. Ulil Abshar Abdalla dengan JIL-nya tidak memiliki landasan teori yang sistematis dan argumentasi yang kuat. Pemikiran mereka lebih banyak berupa kutipan-kutipan ide-ide yang dicomot dari sana-sini, dan terkesan hanya sebagai pemikiran asal-asalan belaka (plagiator), yang tergantung musim dan waktu (zhuruf), dan pesan sponsor yang tidak berakar dalam tradisi berpikir masyarakat bangsa ini.

2. Pada dasarnya pemikiran-pemikiran JIL bertujuan untuk membongkar kemapanan beragama dan bertradisi kaum Nahdliyin. Cara-cara membongkar kemapanan itu dilakukan dengan tiga cara: (1) Liberalisasi dalam bidang akidah; (2) Liberalisasi dalam bidang pemahaman al-Quran; dan, (3) Liberalisasi dalam bidang syariat dan akhlak.

3. Liberalisasi dalam bidang akidah yang diajarkan JIL, misalnya bahwa semua agama sama, dan tentang pluralisme, bertentangan dengan akidah Islam Ahlussunnah Waljamaah. Warga NU meyakini agama Islam sebagai agama yang paling benar, dengan tidak menafikan hubungan yang baik dengan penganut agama lainnya yang memandang agama mereka juga benar menurut mereka. Sementara ajaran pluralisme yang dimaksud JIL berlainan dengan pandangan ukhuwah wathaniyah yang dipegang NU yang mengokohkan solidaritas dengan saudara-saudara sebangsa. NU juga tidak menaruh toleransi terhadap pandangan-pandangan imperialis neo-liberalisme Amerika yang berkedok “pluralisme dan toleransi agama”.

4. Liberalisasi dalam bidang pemahaman al-Quran yang diajarkan JIL, misalnya al-Quran adalah produk budaya dan keotentikannya diragukan, tentu berseberangan dengan pandangan mayoritas umat Islam yang meyakini al-Quran itu firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan terjaga keasliannya.

5. Liberalisasi dalam bidang syari’ah dan akhlak di mana JIL mengatakan bahwa hukum Tuhan itu tidak ada, jelas bertolak belakang dengan ajaran Al Quran dan Sunnah yang mengandung ketentuan hukum bagi umat Islam. JIL juga mengabaikan sikap-sikap tawadhu’ dan akhlaqul karimah kepada para ulama dan kiai. JIL juga tidak menghargai tradisi pesantren sebagai modal sosial bangsa ini dalam mensejahterakan bangsa dan memperkuat Pancasila dan NKRI.

6. Ide-ide liberalisasi, kebebasan dan hak asasi manusia (HAM) yang diangkat oleh kelompok JIL dalam konteks NU dan pesantren tidak bisa dilepaskan dari Neo-Liberalisme yang berasal dari dunia kapitalisme, yang menghendaki agar para kiai dan komunitas pesantren tidak ikut campur dalam menggerakkan tradisinya sebagai kritik dan pembebasan dari penjajahan dan kerakusan kaum kapitalis yang menjarah sumber-sumber daya alam bangsa kita.

7. JIL cenderung membatalkan otoritas para ulama salaf dan menanamkan ketidakpercayaan kepada mereka, sementara di sisi lain mereka mengagumi pemikiran orientalis Barat dan murid-muridnya, seperti Huston Smith, John Shelby Spong, Nasr Hamid Abu Zaid, dan sebagainya.

8. Menghadapi pemikiran-pemikiran JIL tidak dilawan dengan amuk-amuk dan cara-cara kekerasan, tapi harus melalui pendekatan yang strategis dan taktis, dengan dialog-dialog dan pencerahan.

http://www.voa-islam.com/news/indonesia/2009/10/13/1381/forum-kiai-muda-nu-ulil-mencatut-gus-dur/

Gus Dur, Sang Penakluk

Seorang bayi laki-laki lahir di Jombang Jawa Timur tanggal 7 September 1940, dari rahim seorang Ibu bernama Solichah itu oleh ayahnya KH Wahid Hasyim diberi nama Abdurrahman Addakhil, Abdurrahman Sang Penakluk. Bayi lelaki yang tidak berbeda dengan bayi-bayi lain yang lahir ke dunia senantiasa disambut dengan suka cita oleh keluarganya. Bedanya, bayi Abdurrahman Addakhil ini, lahir di tengah keluarga ulama besar KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, sehingga kelahirannya disambut dengan sukacita dan tradisi pesantren Islam yang sangat kental.

Bayi kecil inilah yang kelak dikenal sebagai Abdurrahman Wahid, dan dipanggil oleh orang-orang dekatnya dengan panggilan mesra Gus Dur. Tidak jelas sejak kapan nama belakang Addakhil itu kemudian tergantikan dengan Wahid. Tidak ada yang tahu. Tetapi jiwa Addakhil, tak pernah luntur dari dirinya. Addakhil, konon berarti ”Sang Penakluk”. Sebutan yang sungguh patriotik, dan sekaligus merupakan pesan, harapan dan doa dari orangtuanya, agar bayi lelaki ini kelak tumbuh menjadi seorang lelaki berjiwa penakluk.

Mencermati kesan dari orang-orang dekatnya, para tokoh, pejabat negara, sahabat, bahkan ”musuh”nya yang muncul di berbagai media, semuanya menggambarkan betapa sosok Gus Dur ini memang layak untuk mendapat julukan Sang Penakluk, sebagaimana nama yang disandangnya sejak lahir. Nama Sang Penakluk yang kemudian pelan-pelan dilupakan orang, berganti dengan Wahid, yang konon berarti satu itu pun sesungguhnya bukan sama sekali meniadakan keberadaan Sang Penakluk. Justru dengan sebutan Wahid dibelakang Abdurrahman itu menunjukkan pesan tersirat yang sangat dalam.

Abdurrahman, konon bermakna Abdi Sang Maha Penyayang. Ketika nama ini disambung dengan nama Addakhil, Sang Penakluk, maka dia menjadi Abdi Sang Maha Penyayang yang akan menjadi Sang Penakluk. Bagusnya kemudian nama Addakhil ini perlahan disembunyikan dan diganti dengan Wahid. Sehingga Addakhil, Sang Penakluk itu menjadi hidden name, masuk ke dalam relung jiwa yang paling dalam, menjadi semangat yang tersembunyi tetapi tidak pernah hilang dari dirinya. Bagusnya pula, hidden name itu kemudian digantikan dengan Wahid, hanya ada satu, seakan-akan menjadi sebuah proses perubahan yang memengaruhi perjalanan hidupnya.

Jiwa pengabdiannya selalu dilandasi dengan semangat kasih sayang, itulah Abdurrahman. Dengan semangat kasih sayang itu dia menjadi Sang Penakluk, itulah Addakhil. Karena dia menaklukkan bukan dengan kekerasan, melainkan dengan kasih sayang, maka tidak ada yang merasa kalah. Bahkan kadang-kadang terkesan Sang Penakluk lah yang kalah. Dilengserkan dari kedudukannya sebagai Presiden, lalu dilengserkan lagi dari jabatannya sebagai Ketua Umum Dewan Syuro PKB, tetap menempatkan dirinya sebagai Sang Penakluk yang tersembunyi. Buktinya dia tidak melakukan perlawanan menggunakan kekuatan pendukungnya yang sangat besar. Dia tidak melakukan itu, karena semangat dan jiwa kasih sayang yang diemban dari nama Abdurrahman.

Dia tetap Addakhil, Sang Penakluk, walaupun tersembunyi. Semangat menaklukkan tidak pernah surut, walaupun dia sembunyikan secara hati-hati agar tidak menyebabkan pihak-pihak yang tidak menyukainya akan terluka. Tetapi dia tetap Wahid, hanya ada satu penakluk, yaitu Abdurrahman.

Abdurrahman Addakhil Wahid, sungguh nama yang indah dan mengandung harapan, doa dan semangat. Dia lahir dari kalangan pesantren yang kental, sehingga yang dijadikan anutan adalah contoh dan pesan Nabi Muhammad Saw, ”berilah nama yang baik kepada anakmu, karena nama itu adalah doa untuk si anak”. Nama yang melekat pada bayi suci yang lahir tanggal 7 September 1940 di Jombang Jawa Timur itu ternyata benar-benar menjadi doa, harapan dan semangat hidupnya, keluarganya, para pengikutnya dan bahkan seluruh rakyat Indonesia.

Selamat jalan, Gus. Maaf, tak ada airmata untukmu, karena kamu pasti sudah mendapatkan kebahagiaan di sisi Tuhanmu.*****

http://sosbud.kompasiana.com/2009/12/31/gus-dur-sang-penakluk/

Tradisi Bermakmum ke Gus Dur

Tradisi Bermakmum ke Gus Dur

# Zuhairi MisrawiPENELITI PERHIMPUNAN PENGEMBANGAN PESANTREN DAN MASRAYAKAT

Semenjak Hasyim Muzadi resmi digaet Megawati sebagai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden pada pemilihan presiden 5 Juli nanti, sejumlah milis yang beranggotakan anak muda Nahdlatul Ulama ramai mendiskusikan kondisi NU mutakhir. Sebut saja, milis KMNU dan islamemansipatoris. Anak muda NU tersebut biasanya disebut dengan ABG (Anak Buah Gus Dur). Kenapa? Jawabannya jelas: mereka adalah generasi muda yang merasa nyaman, terinspirasi, dan dilindungi oleh Gus Dur. Anak muda NU dikenal sebagai komunitas progresif dalam tubuh NU yang mempunyai pikiran-pikiran nakal, sebagaimana layaknya Gus Dur.

Saya menangkap kesan, mereka sepertinya kaget dan tak percaya dengan wajah NU belakangan ini. Mereka berharap Gus Dur bisa menjadi satu-satunya rujukan dalam hal apa saja yang berkaitan dengan NU. Kaidah yang diyakini selama ini adalah Gus Dur sebagai problem sekaligus sebagai solusi. Sikap yang diambil Gus Dur mempunyai kemungkinan untuk benar, sehingga mereka biasanya hanya cukup mencari justifikasi dan rasionalisasi. Bahkan, sebagian komunitas yang rasional dan berpendidikan tinggi sekalipun di NU meyakini hanya ada dua pasal tentang Gus Dur. Pertama, Gus Dur tidak pernah salah. Kedua, bila Gus Dur salah kembalikan pada pasal pertama alias "Gus Dur tidak pernah salah".

Namun, ada hal menarik yang perlu diapresiasi secara lebih jauh dari hasil diskusi anak muda NU tersebut, bahwa pembelaan terhadap Gus Dur mulai mengalami degradasi--terutama dalam ranah politik. Sepertinya ada pasal lain, selain kedua pasal tersebut: tidak wajib bermakmum kepada Gus Dur, terutama dalam hal politik.

Kenapa demikian? Alasannya tentu saja karena, bersamaan dengan perjalanan waktu, NU makin menunjukkan kematangannya. Setidaknya, saat ini terpampang secara transparan, telah terjadi distribusi otoritas dan popularitas dalam tubuh NU sesuai dengan maqam-nya. Artinya, tidak bisa seluruh urusan dipanggul di pundak Gus Dur. Urusan NU dan urusan bangsa yang begitu kompleks tak bisa diselesaikan oleh seorang Gus Dur. Paling-paling, Gus Dur hanya bisa menjadi "pengamat" atau "pelatih". Sedangkan untuk menjadi "pemain" sepertinya akan memberi dampak yang perlu dipertimbangkan, di antaranya ketidakmampuan pemain yang lain menangkap pesan Gus Dur yang selalu abstrak. Karenanya, segala urusan yang berkaitan dengan publik dan kepentingan masyarakat banyak harus diserahkan kepada "pemain", yaitu masyarakat dan warga terbaik pada umumnya.

Munculnya sejumlah tokoh kandidat pemimpin nasional dari komunitas NU, seperti Hasyim Muzadi, Salahuddin Wahid, Jusuf Kalla, dan Hamzah Haz semakin menguatkan bahwa bermakmum kepada Gus Dur bukanlah sebuah kewajiban yang bersifat mutlak. Artinya, tradisi untuk selalu bermakmum kepada Gus Dur sudah tidak mungkin lagi. NU telah memproduksi sejumlah tokoh yang brilian dan kredibel dalam bidangnya. Ini memberikan dampak yang amat baik bagi NU di masa mendatang, bahwa putra terbaik NU mempunyai kesempatan yang sama dan setara untuk tampil ke permukaan. Fakta ini setidaknya juga akan mematahkan klaim bahwa hanya mereka yang berasal dari "darah biru" atau "orang-orang terdekat" saja yang mampu beraktualisasi dan berperan secara maksimal, sebagaimana yang terjadi dalam tubuh Partai Kebangkitan Bangsa saat ini.

Keberanian Hasyim Muzadi untuk melawan pakem dan mendobrak mitos politik NU menjadi salah satu contoh terbaik. Hasyim bukanlah sosok yang berasal dari komunitas darah biru dan tidak pula dari lingkungan terdekat Gus Dur, sehingga memungkinkan dia untuk melampaui tradisi NU yang sudah mendarah daging untuk bermakmum selamanya kepada Gus Dur. Terpilihnya Hasyim Muzadi sebagai Ketua Umum PB NU pada muktamar Kediri sebenarnya menimbulkan kontroversi juga di kalangan NU. Bagaimana mungkin Hasyim yang tidak berasal dari darah biru menjadi Ketua Umum PB NU? Walaupun begitu, Hasyim dianggap berhasil memegang tampuk kepemimpinan NU, meski tingkat keberhasilannya masih bisa diperdebatkan bila dibandingkan dengan tingkat keberhasilan Gus Dur.

Klausul untuk tidak bermakmum kepada Gus Dur untuk saat ini dan mungkin saat-saat yang akan datang perlu mendapat perhatian semestinya oleh semua pihak. Pertama, persoalan bangsa pada umumnya dan NU pada khususnya memerlukan diagnosis dan anatomi yang mendalam. Mengharap solusi dan jawaban dari seorang Gus Dur sepertinya terkesan menyederhanakan persoalan. Caranya adalah menjadikan Gus Dur sebagai salah satu rujukan dan bukan satu-satunya rujukan penting, merupakan sebuah kesadaran yang semestinya dibangun dalam konteks berbangsa dan ber-NU. Toh, Gus Dur sendiri tidak bermaksud memberikan solusi, tapi hanya memberi "petunjuk" dan "jalan" yang bisa dipertimbangkan.

Kedua, bermakmum atau bermazhab kepada tokoh tertentu bukanlah hal yang mutlak. Bahkan dalam tradisi fiqih pun belakangan telah muncul gagasan untuk tidak bermazhab secara ketat (allamadzhabiyyah) atau bermazhab secara metodologis (al-madzhab al-manhajy). Pemandangan ini sesungguhnya memberikan makna yang cukup berarti dalam konteks yang lebih luas, bahwa kesadaran untuk bermakmum kepada sosok dan pendapat tertentu telah mengalami kelenturan yang sangat luar biasa. Ini sesuai dengan pesan Imam Ali yang selalu diajarkan di pesantren, "lihatlah apa yang ia katakan, bukan siapa yang mengatakan" (undzur ma qala wa la tandzur man qala).

Karena itu, ada baiknya bila NU di masa mendatang mengembangkan tradisi baru yang lebih mengutamakan dimensi kontraksial, baik dalam konteks NU sendiri maupun konteks yang lebih luas. Dukungan terhadap tokoh tertentu hatta kepada mereka yang berasal dari "darah biru" sekalipun tidak bisa diberikan secara mudah dengan kepercayaan penuh, tapi harus melalui "kontrak sosial" yang jelas, sehingga tatkala memimpin tidak bisa memanipulasi suara jemaahnya.

NU merupakan organisasi keagamaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh dan wibawa, tidak hanya dalam ranah nasional tapi juga internasional. Karenanya, NU mesti membuat mekanisme yang jelas mengenai pilihan-pilihan strategisnya, baik dalam politik maupun kerja-kerja kultural. Sebab, fakta untuk menyerahkan mandat kepada seseorang tanpa adanya mekanisme yang jelas hanya akan memberikan beban yang amat berat, yaitu ketidakjelasan kepada siapa sebenarnya keberpihakan diberikan? Kepada seseorang atau kepada publik?

Dalam hal inilah NU perlu keras mereposisi dirinya untuk menjadi organisasi yang memberikan makna dan manfaat berarti bagi warganya. Dan itulah substansi khitah yang sesungguhnya.

http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=VggOXFgAVgcA

Humor Pesantren dan Gus Dur

Humor Pesantren dan Gus Dur
-- H. Usep Romli H.M.*

KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terkenal sebagai kiai humoris. Di mana-mana ia menebar humor. Saat mengobrol santai, mengisi acara diskusi atau seminar serius, selalu saja menyelipkan humor-humor yang membuat semua pendengar tertawa, atau minimal senyum simpul. Bahkan ketika menjadi presiden (1999-2001), Gus Dur tak pernah melupakan humor untuk mencairkan pidato-pidato resminya agar tidak kaku dan membosankan.

Sebagai orang pesantren, yang pernah mengembara mencari ilmu ke Mesir dan Irak, Gus Dur pasti memiliki perbendaharaan humor bergudang-gudang. Bagi orang yang menguasai bahasa Arab, berikut segala perangkat keilmuannya, seperti mahraj (phonetic), nahwu (syntaxis), sharaf (morfologi), dan balaghah (stylistic) tidak sulit menelusuri khazanah literatur Arab, termasuk literatur humor yang tampaknya menjadi keahlian para penulis Arab untuk mengumpulkannya. Tradisi kepenulisan di kalangan bangsa Arab memang sudah mendarah daging. Hampir setiap peristiwa besar, silsilah, sejarah, nama, dan reputasi seseorang selalu dicatat baik-baik, dikembangkan dari generasi ke generasi. Umpamanya, peristiwa perang antara kabilah-kabilah Arab jauh sebelum kelahiran Nabi Muhammad saw., dapat terwariskan hingga kini melalui buku "Ayyamul Arab" (Hari-Hari Arab).

Begitu pula dengan folklore, berbentuk puisi, nyanyian, anekdot, dan sebagainya, sebagian besar sudah terdokumentasikan. Beberapa di antaranya diadaptasi terus-menerus sesuai dengan keadaan zaman. Diaktualisasikan sesuai dengan kebutuhan.

Gus Dur merupakan salah seorang yang pandai mengaktualisasikan karya-karya itu menjadi humor spontan yang lucu dan menarik perhatian. Walaupun koleksi buku (kitab) di pesantren-pesantren sebagian besar berupa ilmu fikih (hukum), tafsir Quran, hadis, akidah, akhlak, dan tata bahasa (Arab), tetapi ada juga buku/kitab di luar itu, terutama buku-buku kumpulan humor tadi yang berguna untuk mengasah kecerdasan, mempertajam pemahaman, dan melatih sikap kritis.

Gus Dur sendiri, ketika memberi pengantar buku humor Mati Ketawa Cara Rusia (1986), menyatakan, "Rasa humor dari sebuah masyarakat mencerminkan daya tahannya yang tinggi di hadapan semua kepahitan dan kesengsaraan. Kemampuan untuk mentertawakan diri sendiri adalah petunjuk adanya keseimbangan antara tuntutan kebutuhan dan rasa hati di satu pihak dan kesadaran akan keterbatasan diri di pihak lain. Kepahitan akibat kesengsaraan diimbangi oleh pengetahuan nyata akan keharusan menerima kesengsaraan tanpa patahnya semangat untuk hidup. Dengan demikian, humor adalah sublimasi dan kearifan sebuah masyarakat. Mengapakah kemampuan mentertawakan diri sendiri menjadi demikian menentukan? Karena orang harus mengenal diri sendiri sebelum mampu melihat yang aneh-aneh dari perilaku diri sendiri itu," (hal.XI).

Dari penelusuran melalui berbagai katalog perpustakaan literatur Arab, terdapat banyak sekali buku himpunan humor atau anekdot dalam bahasa itu. Ada yang satu jilid, ada yang mencapai tiga puluhan jilid. Antara lain Akhbarul Hamqa wal Mughafalien disusun oleh Jamaluddin Abdurahman bin Ali Ibnu Jauzi (abad 6 Hijriah/12 Masehi), mengisahkan ketololan dan kedunguan orang-orang di berbagai bidang profesi (petani, pedagang, hakim, jaksa, ulama, akademisi, menteri, bahkan sultan atau raja). Ugalaul Majanien susunan Abu Qasim an Naisabury, mengisahkan orang-orang yang dianggap gila tetapi pendapat-pendapatnya mengandung kebenaran melebihi orang waras. Al Bukhala susunan Jahidz, mengisahkan perilaku orang-orang kikir yang menyebalkan sekaligus menggelikan.

Banyak lagi buku himpunan humor dengan beragam tema. Seperti Jami’ul Jawahir susunan Syekh Abu Ishaq Qairawani, Al Kasykul Bahauddin Amili, Iqdul Farid Ibnu Abi Rabih al Andalusi, Uyunul Akhbar Ibnu Qutaibah Dinwari, Nihayatul Arab Syihabudin Nuwairi, Al Aghani Abu Faraj an Nisaburi, dan lain-lain. Tokoh humor yang kemudian populer pada masa kini, antara lain Nasrudin Hoja, Juha al Arabi, Abu Nawas, Asy’ab al Majnuni, Bahlul, Qarahqus, dan lain-lain, dengan berbagai modifikasi humor-humor mereka.

Pantaslah Gus Dur tak pernah kehabisan cadangan humor. Bacaan di pesantren, ditambah aneka macam referensi yang ditemukan di Timur Tengah telah memperkaya wawasan pengetahuan dan penguasaan materi humor yang terus-menerus diperbaharui dalam berbagai versi pengungkapan dan penceritaan kembali.

Seandainya Gus Dur bukan orang pesantren, dan tidak pernah mengembara di negara-negara Arab sehingga benar-benar mengenal tradisi kebahasaan dan kesastraan dengan penutur dan penuturan asli pemilik bahasa (native speaker, ummul lughah), mungkin humor-humornya akan kering dan penuh pengulangan-pengulangan yang membosankan.

Sayang, ia keburu wafat (30 Desember 2009), sebelum sempat mencetak kader tukang humor yang punya gaya bicara menarik dan punya bahan-bahan melimpah. Sehingga jaringan lintas kultural pesantren-literatur Arab-dan penyampainya kemungkinan akan terputus.***

* H. Usep Romli H.M., peminat literatur Arab, tinggal di perdesaan Cibiuk, Kab. Garut.

Sumber: Khazanah, Pikiran Rakyat, Minggu, 10 Januari 2010

http://cabiklunik.blogspot.com/2010/01/humor-pesantren-dan-gus-dur.html

NU dan Tantangan Menjelang Satu Abad

Nahdlatul Ulama (NU), adalah organisasi sosial keagamaan yang didirikan pada 31 Januari 1926 (16 Radjab 1344 H) oleh sejumlah kiai (ulama) di Surabaya, Jawa Timur. Organisasi ini sudah memberikan kontribusi dan perubahan yang besar pada negara, khususnya umat Islam di seluruh pelosok Tanah Air. Promotor berdirinya, KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Chasbullah, KH. Bisri Syansuri, KH. Ridwan, KH. Nawawi, KH. Doromuntaha (menantu KH. Cholil Bangkalan). Pendiri utamanya adalah Hadratus Syeikh KH. Hasyim Asy’ari.

Menjelang berdirinya pada 1926, para ulama NU membentuk Komite Hijaz, yang hasilnya benar-benar mampu mewarnai dunia Islam, khususnya bagi kalangan pesantren. NU didirikan bertujuan melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah dengan menganut Imam Madzhab yang empat, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam al-Syafi’i dan Imam Ibn Hambal.

Sampai saat ini, NU telah melewati beberapa fase. Fase ini dibagi menjadi tiga fase. Fase pertama, NU didirikan sampai NU menjadi partai poltik. Fase kedua, NU keluar dari Majelis Syura Muslim Indonesia (Masyumi) dan menjadi partai politik sampai keluar dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Fase ketiga, NU menjadi gerakan sosial-keagamaan dengan sebutan kembali ke Khittah NU 1926.

Buku ini menjelaskan beberapa persoalan yang terjadi di kalangan NU, mulai masalah sosial, politik, khususnya dalam masalah ekonomi warga NU. Buku ini juga memaparkan berbagai rintangan dan hambatan warga NU menjelang satu abad. Kini, NU telah berumur 82 tahun. Umur NU akan menjadi satu abad, tepatnya pada 31 Januari 2026.

Menjelang satu abad pada 2026 nanti, tentunya banyak hal yang harus dipersiapkan bagi organisasi terbesar ini. NU kini mempunyai banyak pekerjaan dan garapan yang harus diselesaikan. Sehingga nama NU tidak sekedar formalitas, tetapi benar-benar organisasi sosial-keagamaan yang berperan sebagai pengayom umat dan kalangan pesanten. Namun, kenyataannya, NU saat ini sepertinya sudah meninggalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Khittah 1926. NU selalu ditarik pada ranah politik praktis. Maka, tidak salah jika NU selalu mendapat kritikan baik dari kalangan luar maupun dari warganya sendiri. NU saat ini sudah tidak lagi mengurus umat, melainkan selalu dibuat mainan para elit-elitnya, untuk kepentingan pribadi.

Selain itu, kritik-kritik muncul dari banyak kalangan muda yang tidak puas dengan kelambanan NU dalam merespon kondisi-kondisi sosial selama ini. Akibat ketidakpuasan itu, kalangan muda membentuk organisasi non-pemerintah (ornop). Munculnya ornop tentu saja juga merupakan bagian dari gelombang besar masyarakat sipil yang muncul sejak 1980-an dan juga hasil pencerahan yang dilakukan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Kritik-kritik itu juga muncul berkaitan dengan pentingnya NU memahami masalah-masalah global dan nasional yang kompleks. Kalangan muda sering mempertanyakan kualitas gerakan sosial-keagamaan NU yang dianggap berhenti di tingkat formal saja. Sementara, di tingkat praksis, dalam gerakan sosial, kualitasnya masih jauh dari apa yang diharapkan warga NU (hal. 32).

Muktamar ke-27 di Situbondo, Jawa Timur, pada 1984, NU memasuki dunia baru. Sejak berdirinya sampai menjadi partai politik, akhirnya NU kembali ke jati dirinya seperti saat didirikan pada tahun 1926. Peristiwa itu dinamakan kembali ke khittah. NU sudah lepas dan menjaga jarak dari politik praktis dan kembali ke format awal, yakni sebagai pengayom umat, mengurus dakwah, pendidikan dan pondok pesantren. Inilah salah satu tugas yang harus diperjuangkan NU ke depan. Perjuangan NU harus lebih banyak difokuskan pada peningkatan kualitas pendidikan, dakwah, khususnya peningkatan ekonomi warganya.

Ada dua tantangan besar yang harus dihadapi NU menjelang satu abad nanti. Pertama, globalisasi dan neoliberalisme. Globalisasi dan neoliberalisme ini adalah ideologi lanjutan dari kapitalisme yang saat ini diadopsi sebagian besar negara-negara berkembang dan telah dipraktikkan negara-negara maju.

Kedua, munculnya kelompok-kelompok Islam yang berjenis lain dan tidak sealiran dengan NU, seperti Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, dan Jama’ah Islamiyah. Mereka sepertinya mau merubah amaliah yang telah mentradisi di kalangan NU.

Sungguh menarik buku ini dijadikan bahan bacaan dan referensi bagi kalangan pesantren dan warga NU pada umumnya. Penulisnya mampu menjelaskan kondisi sosial warga NU, dari masalah politik hingga kondisi sosial-ekonominya.[]

*Peresensi Noviana Herliyanti, adalah mahasiswa Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel, Surabaya Jawa Timur

(pmiikomfaksyahum.wordpress.com, 1 Juli 2008)
http://www.wahidinstitute.org/Resensi/Detail/?id=23/hl=id/NU_Dan_Tantangan_Menjelang_Satu_Abad

Post-tradisionalisme Islam dan Tradisi NU

Post-tradisionalisme Islam dan Tradisi NU

Oleh Ahmad Suaedy *
Ketika mendeskripsikan elan di balik kembalinya NU ke Khittah 1926 yang dicetuskan pada Muktamar ke-27 di Situnbondo 1984, Prof. Martin van Bruinessen, pengamat Islam asal Belanda menyatakan bahwa, di saat gerakan-gerakan Islam di hampir seluruh dunia mendeklarasikan kembali kepada Al-Quran dan Hadits -ada semacam “demam Alquran dan Hadits”- sebagai basis perjuangannya, maka kalangan NU justru kembali ke Khittah (garis perjuangan) NU sendiri tahun 1926.
Postra

Begitu jauhnya rentang tradisi yang diusung oleh gerakan-gerakan Islam lain yang umumnya mengklaim diri sebagai gerakan modern, mendekati 14 abad jauhnya. Maka komunitas pesantren atau NU hanya menoleh pada tradisi yang sangat pendek dibandingkan dengan rentang tradisi kelompok lain, yaitu hanya sekitar setengah abad saja. Ini pun sepintas tidak ada kaitannya dengan awal berdirinya Islam, karena sepenuhnya dalam konteks Indonesia. Indonesia di tahun 1926.

Saya kira, Martin dalam tulisannya itu sedang mencoba mendefinisikan basis tradisi yang dibangun oleh gerakan NU yang berbasis pesantren ini. Dari sini jelas dimana perbedaan NU dengan gerakan-gerakan Islam lain, yaitu definisi tentang tradisi yang dimilikinya. Meskipun NU jelas sebagai organisasi keagamaan Islam, dan mendeklarasikan sebagai “Islam ala ahlussunnah wal jamaah,” tetapi ciri keislaman itu tetap berkonteks Indonesia, tempat gerakan NU dibangun dan berlangsung.

Beberapa konteks
Ada beberapa konteks di tahun-tahun 1920an ketika NU didirikan. Secara eksternal, di satu pihak sedang terjadi pergolakan nasionalisme Indonesia untuk merdeka dari penjajahan, dimana gerakan-gerakan Islam, termasuk kalangan pesantren, ikut terlibat di dalamnya. Di sisi lain, sedang terjadi arus wahabisme dan arabisme yang kuat berkaitan terjadi rivalitas antara raja Ibn Saud di Saudi Arabia dan Raja Faruq di Mesir untuk memperebutkan kepemimpinan dunia Islam menggantikan Turki Utsmani yang runtuh akibat agresi Barat ke dunia Timur.

Raja Saudi yang berhaluan wahaby tidak hanya hendak menarik Islam di seluruh dunia untuk ikut dalam barisannya melainkan juga menyebarkan teror intensif terhadap tradisi Islam lokal atau Islam tradisional, seperti terjadi di Saudi sendiri dengan memberantas Islam tradisional, seperti gerakan tasawuf dan tarekat, bermazhab serta tradisi lokal lainnya. Karena itulah Saudi menanamkan gerakan Islam khas wahaby di Indonesia dengan misi memberantas apa yang ketika itu terkenal dengan TBC (Tahayyul, Bid’ah dan Churofat). Praktis, tradisi Islam lokal atau Islam tradisional Indonesia yang berbasis di pesantren dan para ulama atau kiai lokal menjadi sasaran para misionaris wahabisme tersebut.

Ketika kerajaan Saudi mengadakan Konferensi Internasional untuk mengukuhkan kepemimpinan internasionalnya itu, Islam tradisional yang berbabis pesantren tidak diikutkan karena dianggap tidak sealiran dengan wahaby atau lebih terus terang, sesungguhnya tradisi yang berbasis Indonesia dianggap Islamnya tidak sempurna sebagaimana wahaby. Hanya jaringan Wahaby Indonesia yang diundang dalam konferensi itu. Inilah yang mendorong Islam tradisional mengorganisir diri yang kemudian menjadi –dulu-- Nahdlatul Oelama (NO).

Di sini lain, secara internal, sebagaimana dipresentasikan oleh Gus Dur sebagai “subkultur,” maka Islam pesantren atau Islam tradisional memiliki cirinya sendiri, terutama dalam lingkungan sosial dan struktur masyarakat pesantren, serta nilai-nilai moralitas yang bersumber terutama dari kitab kuning, dan juga metodologi dalam analisis atas realitas untuk merespon perubahan. Inilah yang menjadi ukuran seluruh respon kalangan pesantren dan NU terhadap perubahan sosial dan politik di luarnya. Karena itulah, tidak heran jika NU memiliki ciri tersendiri dalam berbagai momen sejarah dalam rangka menanggapi perubahan sosial tersebut.

Tidak heran pula, jika para pengkaji ilmu politik yang tidak memiliki pengetahuan cukup tentang tradisi pesantren dan NU, kehilangan orientasi dan frustasi ketika melihat respon NU terhadap perubahan sosial ini, karena tidak mengikuti pola baku dalam ilmu politik. Dalam psikologi seperti itulah, saya kira ketika Dr. Bachtiar Effendy dalam disertasinya mendefinisikan pola NU merespon perubahan sosial politik ini dengan mengatakan bahwa NU dikatakannya sebagai oportunis, hanya karena tidak ada standar baku ilmu politik untuk mengategorikannya.

Kosmologi
Dalam kosmologi NU dan pesantren, berbeda dengan gerakan Islam lain, boleh saya katakan bahwa pusat Islam bukanlah Timur Tengah atau apalagi Saudi Arabia, melainkan Indonesia atau Jawa. Sumber-sumber nilai dan pengetahuan seperti kitab kuning baru berbunyi dalam realitas sosial setelah ditempatkan dalam konteks Indonesia. Jadi, secara historis NU tidak pernah menjadi “sub” dari gerakan Islam di Timur Tengah atau dimanapun di dunia.

Hendak dikatakan di sini bahwa tradisi dalam NU dan pesantren tidak bisa disamakan begitu saja dengan tradisi gerakan Islam lainnya di belahan dunia lain, bahkan dalam gerakan Islam yang menyebut diri ahlusunnah wal jamaah sekali pun, termasuk di Indonesia. Sehingga istilah “post-tradisionalisme Islam” dalam disertasi Dr. Rumadi ini, menurut saya, harus serta merta dilihat dalam tradisi atau tradisionalisme NU dan pesantren, dan bukan tradisionalisme Islam di tempat atau organisasi lain.

Kritik Gus Dur dalam buku ini terhadap istilah post-tradisionalisme Islam yang digunakan di dalam buku ini, di satu pihak masuk akal karena post-tradisionalisme Islam memberi berbagai kemungkinan dan tidak hanya dalam pengertian kritik terhadap tradisi0nalisme itu sendiri, melainkan bisa, meminjam istilah Gus Dur sendiri di dalam tulisannya yang lain, berupa “retradisionalisme”. Artinya terjadi pengukuhan lebih keras dan sempit terhadap tradisionalisme itu sendiri. Jadi, tesis maupun antitesisnya bisa diberi julukan sama.

Namun, Dr. Rumadi dalam buku ini telah mengambil sikap sejak awal atas istilah yang dipakainya, yaitu dalam bahasa saya sendiri, sebuah gerakan pencarian pemikiran progresif atas perubaahn sosial yang berbasis pada tradisi pesantren dan NU yang dimilikinya. Dengan demikian munculnya kemungkinan lain dari kritik Gus Dur harus diberi istilah lain, mungkin lebih tepat “retradisionalisme” atau “retradisionalisasi” dan bukan “post-tradisionalisme.”

Nasionalisme
Dengan latar belakang demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa lahirnya gerakan NU merupakan bagian dari pergulatan nasionalisme Indonesia, yaitu kemerdekaan negara republik Indonesia dari penjajahan dan terbangunnya bangsa Indonesia. Bersamaan dengan itu juga terbangun semacam definisi hubungan agama, bangsa dan negara dalam Islam khas NU. Seluruh definisi tersebut bisa dikaji dalam dinamika komunitas tradisional pesantren dan NU dalam merespon dinamika sosial politik ketika itu dan bukan hanya justeru dari karya-karya intelektual aktivis NU semata.

Dari kajian itu, misalnya, ditemukan bagaimana komunitas NU mendefinisikan kekuasaan, negara dan bangsa. Menurut catatan Andrēe Feillard, pada Muktamar NU tahun 1938 di Menes, Banten, ada dua pertanyaan searah yang jawabannya saling kontradiksi. Pertanyaan pertama adalah bahwa penjajah Belanda menawari NU untuk masuk menjadi anggota Volskraad, dengan itu maka NU akan menjadi bagian dari struktur kekuasaan dan pemerintahan Belanda di Hindia-Belanda. Namun ketika diadakan voting, hasilnya 54 menolak dan 4 setuju masuk Volksraad. Jadi NU menolak masuk lembaga perwakilan rakyat versi penjajah itu.

Pertanyaan kedua adalah, apakah Hindia-Belanda wajib dipertahankan dari serangan luar? Jawabannya adalah wajib karena Hindia-Belanda, menurut hasil Muktamar itu, merupakan dar al-islam. Yaitu, kawasan yang mayoritas penduduknya pemeluk Islam, pernah dikuasai kerajaan-kerajaan Islam dan umat Islam tidak dibatasi dan dilarang untuk menjalankan ibadahnya. Dari sini bisa disimpulkan bahwa, keikutsertaan NU dalam Volksraad adalah masalah politik dan kekuasaan, oleh karena itu bisa ditolak dan bisa juga diterima seandainya hasil voting itu menghasilkan sebaliknya. Tetapi masalah kawasan Hindia-Blanda adalah masalah negara dan bangsa, karena itu harus dipertahankan dengan basis argumen Islam.

Dalam konteks inilah bisa dipahami ketika KH Hasyim Asy’ari sebagai Rois Akbar PBNU mengeluarkan fatwa “resolusi jihad”pada tahun 1945 yang mewajibkan kepada seluruh umat Islam dan bangsa Indonesia sebagai wajib ‘ain dalam jarak tertentu dari Surabaya yang sedang berperang untuk mempertahankan kemerdekaan. Dari fakta demikian, tidak heran pula jika komunitas NU tampak lebih bisa menerima penjajah Balanda dalam konteks negara-bangsa ketimbang Islam aliran wahaby yang terus menerus menghardik mereka dengan tuduhan musyrik, kafir dan TBC yang merupakan semacam pemaksaan arabisasi.

Hendak diberi catatan atas disertasi ini bahwa keterkaitan yang erat antara berdirinya NU dan proses terbangunnya negara-bangsa Indonesia, maka pergulatan itu pun menjadi bagian dari tradisi NU itu sendiri. Artinya gugatan Gus Dur atas disertasi ini mengenai kenyataan historis pergulatan kaum santri dan komunitas lain dalam dinamika sosial politik di awal-awal kebangkitan nasionalisme Indonesia itu semestinya menjadi bagian dari kajian post-tradisionalisme Islam dalam komunitas NU juga. Meski demikian, sebagai sebuah disertasi, bisa dipahami bahwa pembatasan atas rentang waktu dan luasan kajian harus dilakukan oleh Dr. Rumadi. Topik itu mungkin akan menjadi kajian tersendiri nantinya.

Evolusi
Begitu juga topik-topik yang menjadi perhatian gerakan pemikiran post-tradisionalisme tidak terlepas dari perubahan yang sedang terjadi pada level negara dan bangsa Indonesia. Jika kita kaji lebih mendalam maka kajian-kajian topikal itu memiliki konteksnya masing-masing. Kajian tentang demokrasi, civil society dan HAM, mislanya, lebih banyak berkembang di masa otoritarianisme Orde Baru, dan bahkan ketika itu dilakukan secara “undergorund.” Sementara saat ini, topik-topik itu lebih menjadi gerakan praksis ketimbang sebagai gerakan pemikiran.

Sementara masalah hak-hak perempuan, korupsi, dan hak-hak minoritas muncul menjadi pergulatan intensif saat ini, sehubungan dengan kian derasnya arus fundamentalisme yang anti kesetaraan perempuan dan anti pluralisme dan multikulturalisme serta maraknya korupsi sejak Orde Baru. Dengan kata lain, evolusi pemikiran psot-tradisionalisme Islam mengikuti arus perkembangan bangsa Indonesia itu sendiri. Karena itu, sesungguhnya di luar itu semua, masih ada sejumlah isu yang belum terangkum dalam disertasi ini, misalnya gerakan tentang pertanian, lingkungan, pengelolaan seumber daya alam dan tradisi lokal. Semua ini menanti sebuah karya lanjutan berikutnya.[]

*Direktur Eksekutif the WAHID Institute Jakarta.

Penulis: Dr. Rumadi
Halaman: 382+ XVIII
Penerbit: Fahmina Institute, 2008

http://www.wahidinstitute.org/Resensi/Detail/?id=15/hl=id/Post-tradisionalisme_Islam_Dan_Tradisi_NU

Meneladani warisan Gus Dur

Meneladani warisan Gus Dur
Submitted by admin on Mon, 01/04/2010 - 00:00

Bisnis Indonesia
Opini

Meneladani warisan Gus Dur

Mengelola perbedaan untuk kemajuan
OLEH ISMATILLAH A. NUAD Associate Researcher Pusat Studi Islam dan Kenegaraan, Universitas Paramadina. We should not force our own Interpretation upon others - Gus Dur, 1940-2009 Kita t.k perlu memaksakan tafsir kita supaya orang lain mengikutinya. Itulah petikan pernyataan KH

Abdurrahman Wahid atau populer dengan panggilan Cus Dur saat diwawancara media internasional menyangkut adanya kekerasan agama yang pernah menghiasi bangsa Indonesia. Gus Dur kini telah kembali ke haribaan Ilahi di usia 69 tahun. Tokoh besar NU dan mantan presiden ke-4 RI ini memiliki prisma pemikiran, tak hanya ahli dalam bidang agama hingga disebut tokoh pluralis, tetapi juga ulama yang menghayati politik, pengamat seni, budayawan sekaligus pencinta sepak bola. Pada 1999, penerbit buku LK1S mendokumentasikan berbagai pemikiran Gus Dur dalam buku berjudul Prisma Pemikiran Gus Dur.

Memahami sosok pemikiran Gus Dur memang sangat kompleks. Karena itulah sebagian orang menilai bahwa bangsa Indonesia belum siap menerima kepemimpinan Gus Dur ketika beliau dimandat sebagai Presiden RI pada 1999. Itulah sebabnya, kebijakan dan pendapat Gus Dur dianggap kontroversial oleh kalangan awam.

Meskipun di kalangan intelektual maupun akademisi, kebijakan dan pendapat Gus Dur sebenarnya hal yang sangat wajar dan adaptif dengan fakta serta kondisi bangsa ini. Misalnya, kebijakan meniadakan sekat-sekat perbedaan
antara kaum mayoritas dan minoritas, yang diimplementasikan dengan penghapusan Kepres No. 56 yang selama masa Orde Baru membelenggu warga Tionghoa. Atau pendapatnya mengenai pluralisme agama, yang menurutnya perbedaan tidak seharusnya disikapi dengan kekerasan fisik.

Meski Gus Dur hanya dua tahun berkuasa, sebuah masa yang paling singkat dalam sejarah kekuasaan di Indonesia, telah banyak jasa yang ditorehkan. Selain soal memperlakukan adanya perbedaan dalam tubuh bangsa ini, Gus Dur juga telah menanamkan prinsip berdemokrasi seperti mengembalikan Dwi Fungsi ABRI atau militer harus kembali ke barak, pemisahan TNI-Polri, kebebasan pers dan berpendapat.

Tidak ketinggalan, warisan penting seperti desakralisasi kekuasaan Presiden juga digagas oleh Gus Dur. Lewat kepemimpinannya, institusi kepresidenan tak lagi sakral, bahkan rakyat biasa pun yang memakai sendal jepit boleh memasuki Istana Presiden untuk pengajian.

Mungkin hanya sekali sepanjang sejarah Indonesia, di mana istana kepresidenan bisa menjadi tempat pengajian bagi masyarakat umum. Hal ini dapat dipahami, karena Gus Dur terlahir dan dibesarkan dalam tradisi pesantren yang sangat kental. Di kalangan NU, Gus Dur dianggap sebagai pewaris tahta, bukan cuma karena dia keturunan kodrat al-Syaikh KH Hasyim Asyari, melainkan juga karena penghormatan warga nahdiyin selama ini terhadap integritas keilmuwan Gus Dur serta pembelaan-
nya terhadap kaum minoritas (Barton, 2001).

Gus Dur tak hanya seorang intelektual, tetapi juga lebih dari itu, beliau adalah intelektual publik yang membumi untuk dibedakan dengan intelektual kampus yang terkesan soliter. Dalam bahasa lain, Cus Dur adalah seorang mufakir jamahir atau pemikir yang memiliki massa fanatik, sama halnya seperti cendekiawan dan tokoh Revolusi Iran Ali Syariati atau Rachid Ghannuci intelektual dan tokoh politik dari Syiria.

Memang, pada akhir hayatnya, beliau terkesan terjerumus dalam politik PKB. Setidaknya selama paruh akhir dekade 90-an, Gus Dur memang terlalu menjerumuskan diri dalam dunia politik praktis. Risiko utama yang harus dibayar jika seorang masuk dalam politik praktis, apakah dia seorang intelektual, akademisi atau ulama, akan menjadi profan. Sementara itu, jika seorang intelektual, akademisi atau ulama, tak masuk dalam politik praktis, kesaksiannya dimata publik akan tetap tenaga. Kesan itulah yang ditangkap publik awam.

Membangun mitos Awalnya, Gus Dur sudah berhasil memosisikan diri sebagai tokoh sakral dalam wilayah NU khususnya. Sebuah kesakralan yang awalnya dibangun dari mitos-mitos. Misalnya, bahwa Gus Dur masih ada keturunan dengan Joko Tingkir (pahlawan legendaris dalam kisah masyarakat Jawa), atau bahwa dia bisa berhubungan dengan jin, dan mitos lain yang muncul (atau dimunculkan).

Semua mitos tersebut membawa konsekuensi logis, di mana Gus Dur akhirnya menjadi sakral di mata warga nahdiyin. Itulah sebabnya, dalam dekade sebelum paruh akhir 90-an, misalnya, mencium tangan kiai (seperti Gus Dur) atau meminum air di gelas bekas seorang kiai, diyakini warga nahdiyin sebagai barokah (Najib, 2002). Jika hal itu dilakukan seorang santri, dia berpotensi mendapat makrifat atau

kepintaran supranatur-al karena mendapat barokah, dan cerita miring lain yang selama ini berkembang dalam tradisi NU. Kesan persaingannya dengan anak-anak muda NU yang berpolitik di PKB seperti Syaifullah Yusuf, Muhaimin Iskandar dan sebagainya, di sebagian kalangan menganggap Gus Dur semakin kerdil ketika memasuki persaingan itu. Padahal, anak-anak muda NU tersebut dibesarkan sendiri oleh Gus Dur. Bagaimanapun, mereka anak-anak asuh Gus Dur, kebesaran mereka kini tak lain karena bayang-bayang serta pengaruh Gus Dur.

Dari sini kita bertanya-tanya, apakah situasi itu sengaja diciptakan Gus Dur? Artinya, Gus Dur sengaja mempersiapkan kader-kader yang kelak akan mengkritik dan beroposisi dengan beliau. Sebab, mantan Gubernur DKI Ali Sadikin juga pernah menciptakan iklim seperti itu ketika mendirikan LBH Jakarta. Saat Ali Sadikin masih menjabat Gubernur, salah satu yang mendanai LBH adalah Ali Sadikin. Namun, apa yang terjadi, LBH Jakarta justru banyak mengkritik kebijakan-kebijakan Ali Sadikin yang kurang pro rakyat. Itu penting dilakukan, supaya ada kontrol kekuasaan, meskipun yang mengontrol itu didanai sendiri oleh orang yang menjadi bahan kritik. Kesan itulah yang juga muncul ketika melihat Gus Dur yang beroposisi dengan anak-anak muda NU asuhannya yang berpolitik.

Lepas dari semuanya, Gus Dur bagaimanapun telah memberikan warisan atau teladan yang sangat mulia dan berharga bagi bangsa Indonesia, bukan saja untuk warga nahdliyyin. Yakni bagaimana seharusnya masyarakat Indonesia hidup dalam sebuah negara-bangsa.

Fakta bahwa bangsa ini memiliki banyak perbedaan, tak hanya perbedaan agama, keyakinan dan pemikiran, tapi juga etnis dan suku. Warisan Gus Dur yang paling utama ialah bagaimana mengelola perbedaan tersebut untuk kemajuan, bukan untuk peperangan dan konflik.

Selama ini Gus Dur selalu berada di garis terdepan [avant garde) jika ada kaum minoritas ditindas oleh kesewenang-wenangan mayoritas, rakyat jelata tidak mendapatkan keadilan-nya. Karena itulah, akan sangat disayangkan jika perjuangan Gus Dur selama masa hidupnya itu akan dicederai lagi oleh pihak atau kekuatan tertentu yang tidak bertanggung jawab untuk kembali memperkeruh keadaan.

Tugas Gus Dur telah selesai, kini tinggal kaum muda yang akan melanjutkan perjuangannya yang mungkin masih tersisa. Selamat jalan Gus, selamat kembali ke haribaan Tuhan yang satu! Wallalmalam.

http://bataviase.co.id/node/35683

Gus Dur - Cak Imin, Sandiwara Politik ?

Gus Dur - Cak Imin, Sandiwara Politik ?
Diposting oleh Redaksi
Monday, 05 January 2009
Kiriman : Luthfi Nul Ikhvan

Seorang teman santri lulusan S2 Unair mengaku curiga soal konflik Gus Dur-Cak Imin. Jangan-jangan dua tokoh PKB itu hanya sandiwara. "Soalnya tradisi keluarga Pesantren Tebuireng sering seperti itu," katanya. Artinya, meski terlibat perbedaan pendapat cukup tajam – bahkan marah-marah –ternyata di balik konflik mereka tertawa-tawa ketika bertemu dalam acara keluarga. Dalam bahasa Jawa, habis gegeran lalu gergeran.
Teman saya itu lalu mengutip cerita Gus Solah, adik kandung Gus Dur. Menurut Gus Solah, dari sekian saudara itu biasanya ada tiga orang yang selalu terlibat debat keras dalam rapat keluarga. Mereka adalah Gus Dur, Gus Solah dan Nyai Liliek Wahid.
Tiga bersaudara ini saling mempertahankan pendapat dan pendiriannya masing. Tak jarang Gus Dur walk out alias meninggalkan rapat keluarga dengan nada marah-marah. Tapi besoknya Gus Dur malah mengirim dr Umar Wahid – adik Gus Dur yang lain – untuk menyampaikan permintaan maaf kepada saudara-saudaranya yang lain. Intinya, Gus Dur dan saudara-saudaranya sudah terbiasa konflik, tapi setelah itu sama-sama saling memaafkan.



"Karena itu saya curiga, Cak. Jangan-jangan Gus Dur dan Cak Imin hanya konflik di permukaan, tapi dalam acara keluarga malah tertawa-tawa. Kan Cak Imin keponakan Gus Dur," kata teman itu lagi kepada saya.
Saya kira konflik ini memang harus dipahami dalam dua perspektif. Pertama, perspektif negatif (syuudzan). Dalam perspektif negatif konflik Gus Dur-Cak Imin adalah konflik faktual. Artinya, konflik itu adalah fakta politik yang bersifat hitam-putih.

Kedua, perspektif positif (husnudzan) yang memahami peristiwa ini sebagai pseudo-konflik. Dalam perspektif ini konflik Gus Dur-Cak Imin adalah bagian dari "sandiwara politik". Nah, dalam kontek ini kita bisa menemukan penjelasan dalam teori Erving Goffman. Dalam perspektif Goffman, konflik Gus Dur-Cak Imin adalah bagian dari dramaturgi politik. Goffman melukiskan kehidupan sosial dengan metafora teater yang terdiri dari front stage (panggung depan) dan back stage (panggung belakang).
Inti proposisi Goffman, apa yang tampak di panggung depan (publik) bukanlah cermin atau realitas sebenarnya dari panggung belakang. Jadi, meski di ruang publik Gus Dur-Cak Imin seolah terlibat konflik sengit, tapi sejatinya mereka akur-akur saja ketika bertemu dalam acara keluarga. Karena itu mudah dipahami jika dalam kasus konflik Gus Dur-Cak Imin muncul spekulasi politik, jangan-jangan konflik terbuka itu sengaja dicipta untuk kepentingan publikasi. Sementara di balik panggung publik paman-keponakan itu justeru ha ha-he he.

Beberapa kiai bahkan punya asumsi bahwa Gus Dur sejatinya kini sedang melakukan proses penempaan karakter kepemimpinan ala pesantren salaf. Dalam sejarah tradisional pesantren, kiai-kiai mukasyafah (weruh sa'durungi winarah atau tahu sebelum peristiwa itu terjadi) sering membentuk karakter dan mendidik mental kepemimpinan santrinya dengan metode efek biliar.
Syaikhona Kholil Abdul Latif Bangkalan, misalnya, pernah memerintahkan santrinya agar menyiapkan senjata dan pentungan karena akan ada macan masuk pesantren yang dipimpinannya. Para santri sigap. Ada yang mengambil batu, pentungan dan sebagainya. Namun setelah ditunggu, ternyata yang muncul justeru anak muda bertubuh kecil kurus. Para santri bingung dan bertanya, mana macannya, kiai?
Syaikhona memberi isyarat bahwa pemuda kecil itulah macannya. Serentak para santri mengejar dan melempari batu santri baru itu. Peristiwa dramatis ini kemudian dipahami sebagai isyarat bahwa pemuda itu kelak akan jadi "macan" atau tokoh besar Indonesia yang tahan banting. Siapa dia? Sebagian menyebut pemuda itu adalah KH A Wahab Hasbullah, namun sebagian lagi menyatakan Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari. Mana yang benar? Wallahua'lam. Yang pasti, proses penggodogan calon pemimpin dengan cara "menyakiti" seperti ini lumrah terjadi dalam kultur pesantren yang dipimpin kiai mukasyafah.
Tampaknya tradisi ini mengalir dari sejarah Nabi Khidir ketika "menguji" Nabi Musa dalam "kelana spiritual", disamping para sufi yang sulit dinalar. Bertolak dari paradigma ini, maka konflik yang mendera PKB bisa jadi bagian dari kawah candradimuka yang secara natural untuk mematangkan jiwa kepemimpinan anak-anak muda NU dalam panggung politik yang secara sadar atau tak sadar dicipta oleh Gus Dur.
Faktanya, konflik ini justeru menjadi momentum kelahiran para pemimpin baru sekaligus keterlepasan dari kepompong figur kharismatik Gus Dur. Jadi, sejatinya peristiwa ini adalah awal era baru dalam kultur kepemimpinan politik NU.
Memang, belum bisa diketahui secara pasti, bagaimana tren kultural kepemimpinan politik NU ke depan. Tapi tampaknya faktor paternalistik yang selama ini menjadi kekuatan hegemonik akan mulai berkurang dalam politik NU. Ini berarti, faktor achievement oriented (berorientasi prestasi) akan mendapat tempat terhormat dalam politik NU ke depan. Selain itu tentu kekuatan karakter dan penguasaan terhadap kultur NU akan tetap dominan.
Jadi, yang potensial memegang mandat kepemimpinan politik NU ke depan adalah mereka yang memiliki kekuatan karakter dan moralitas ke-NU-an, disamping profesionalisme. Moralitas ke-NU-an ini penting karena diantaranya adalah bisa menghormati kiai. Sulit dibayangkan, misalnya, seorang politisi NU tapi tak memiliki tradisi menghormati kiai.
Sebab dalam tradisi NU dan pesantren ucapan Sayidina Ali, "ana 'abdu man 'allamani harfan, in sya`a ba'a, wa in sya`a a'taqa wa in sya'a istaqarra" (Saya adalah hamba orang yang pernah mengajarkan satu huruf kepada saya, apabila ia mau boleh menjualku, memerdekakanku, atau tetap memperbudakku) sangat populer. Karena itu perhormatan terhadap guru (kiai) mutlak. Sayangnya, banyak politisi kita yang kadang alpa terhadap masalah ini.
Namun terlepas dari dramaturgi politik dan paradigma pesantren, sejatinya ada rasionalitas politik di balik konflik Gus Dur-Cak Imin. Terutama, jika dilihat dari perspektif regenerasi kepemimpinan. Pepatah Arab menyatakan, bahwa setiap masa ada orangnya dan setiap orang ada masanya. Nah, dalam perspektif ini, konflik Gus Dur-Cak Imin bisa dipahami sebagai sunnatullah, keharusan sejarah.
Buktinya, dengan adanya konflik ini aura dan jati diri kader-kader muda PKB yang selama ini berada di bawah bayang-bayang Gus Dur muncul secara spektakular. Jadi – sekali lagi – tampaknya Gus Dur sengaja "mempemainkan" kader-kadernya agar segera mandiri, tidak selalu berada di balik bayang-bayang Gus Dur.
Peristiwa ini sekaligus menunjukkan bahwa regenerasi dalam PKB berlangsung secara alamiah dan dahsyat.
Pada sisi lain juga berarti bahwa konflik bukan sesuatu yang harus diratapi, tapi harus kita kelola secara kreatif agar menjadi energi untuk kekuatan ke depan. Apalagi, selain potensial melahirkan pemimpin berjiwa tangguh, konflik juga bisa melahirkan tokoh yang terampil mengelola konflik. Wallahu a'lam bisshawab.

http://buntetpesantren.org/index.php?option=com_content&task=view&id=821

Gus Dur dalam kenangan (1)

Gus Dur dalam kenangan (1)
Jual kacang dan es lilin buat tambah-tambah

Image
Foto: jakartapress.com
BULAN kalangan, kata orang tua tanda duka cita. Begitu seorang teman menulis di status facebook malam tadi. Benar, semalam -setidaknya di Semarang- bulan bersinar terang bundar nyaris sempurna. Maklum, sudah tanggal 13 bulan Jawa. Benarkah itu tanda duka cita, tetapi faktanya memang, seorang tokoh besar negeri ini berpulang. KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Presiden ke-4 RI, wafat di RSCM pukul 18.45, Rabu malam (30/12). Gus Dur mengalami kritis sekitar pukul 18.30, dan Tuhan telah memanggilnya. Sontak, media memberitakannya nyaris tiada henti.

Dua televisi swasta dan TVRI menyiarkan secara langsung meninggalnya Gus Dur, dan mengundang orang-orang yang punya kedekatan dengan Gus Dur untuk berbagai perbincangan. Radio Elshinta (Jakarta) dan Radio Idola (Semarang) pun menyiarkan suasana di Ciganjur hingga lewat tengah malam. Dan, seharian ini televisi tak henti menyiarkan wafatnya Gus Dur hingga ke pemakaman, dan semua koran menjadikan berita itu sebagai head line.

Gus Dur adalah presiden yang luar biasa. Pada masa pemerintahannya, banyak hal terjadi. Perubahan dilakukan di TNI, dan baru pertama kali menhan seorang sipil, yakni Mahfud MD. Dia dikenal sering melanggar protokoler kepresidenan. ”Kepada saya Gus Dur bilang, presiden yang mengatur protokol, bukan protokol yang mengatur presiden,” kata mantan Kepala Protokoler Kepresidenan Wahyu Muryadi di TVRI tengah malam tadi.

Banyak yang belum tahu bahwa nama kecil Gus Dur adalah Abdurrahman Addakhil. Secara leksikal, Addakhil bermakna penakluk, sebuah nama yang diambil ayahnya dari seorang perintis Dinasti Umayyah yang telah menancapkan tonggak kejayaan Islam di Spanyol. Dalam perbincangan di TVRI tengah malam tadi, Wahyu Muryadi yang juga wartawan Tempo itu, Gus Dur dikenal sebagai pendobrak sesuai namanya. Wahyu menerjemahkan kata addakhil sebagai pendobrak.

Darah biru NU
Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940. Dia putra pertama dari enam bersaudara dari keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah KH Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, KH Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan. Ayah Gus Dur, KH Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny Hj Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang. Karena mbah buyut-nya pendiri NU, maka us Dur dikenal juga dengan sebutan ”berdarah biru NU”.

Berdasarkan silsilah keluarganya, Gus Dur menyatakan ia memiliki darah Tionghoa yakni keturunan dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak. Tan A Lok dan Tan Eng Hwa merupakan anak dari Putri Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V.

Setelah meninggalkan Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir (tidak selesai) dan Universitas Baghdad di Irak, Gus Dur bergabung dengan dengan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) pada 1971. Gus Dur terjun dalam dunia jurnalistik sebagai kaum intelektual muslim progresif dan sosial demokrat. Dalam periode yang sama, Gus Dur merasa terpanggil untuk berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa. Gus Dur merasa prihatin dengan melunturnya nilai-nilai tradisional pesantren. Salah satu penyebabnya adalah pada saat itu, pesantren berusaha keras mendapatkan pendanaan dari pemerintah dengan cara mengadopsi kurikulum pemerintah.

Abdurrahman Wahid meneruskan karirnya sebagai jurnalis, menulis untuk majalah Tempo dan koran Kompas. Artikelnya diterima dengan baik dan ia mulai mengembangkan reputasi sebagai komentator sosial. Dengan popularitas itu, ia mendapatkan banyak undangan untuk memberikan kuliah dan seminar, membuat dia harus pulangpergi antara Jakarta dan Jombang, tempat Wahid tinggal bersama keluarganya.

Meskipun memiliki karier yang sukses pada saat itu, Gus Dur masih merasa sulit hidup hanya dari satu sumber pencaharian. Maka, seperti ditulis Barton dalam Biografi Gus Dur, ia bekerja untuk mendapatkan pendapatan tambahan dengan menjual kacang dan mengantarkan es untuk digunakan pada bisnis es lilin istrinya.

Garis hidup
Sejak masa kanak-kanak, ibunya telah ditandai berbagai isyarat bahwa Gus Dur akan mengalami garis hidup yang berbeda dan memiliki kesadaran penuh akan tanggung jawab terhadap NU. Pada bulan April 1953, Gus Dur pergi bersama ayahnya mengendarai mobil ke daerah Jawa Barat untuk meresmikan madrasah baru. Di suatu tempat di sepanjang pegunungan antara Cimahi dan Bandung, mobilnya mengalami kecelakaan. Gus Dur bisa diselamatkan, tetapi ayahnya meninggal. Kematian ayahnya membawa pengaruh tersendiri dalam kehidupannya.

Dalam kesehariannya, Gus Dur mempunyai kegemaran membaca dan rajin memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya. Selain itu ia juga aktif berkunjung ke perpustakaan umum di Jakarta. Pada usia belasan tahun Gus Dur telah akrab dengan berbagai majalah, surat kabar, novel dan buku-buku yang agak serius. Karya-karya yang dibaca oleh Gus Dur tidak hanya cerita- cerita, utamanya cerita silat dan fiksi, akan tetapi wacana tentang filsafat dan dokumen-dokumen manca negara tidak luput dari perhatianya. Di samping membaca, tokoh satu ini senang pula bermain bola, catur dan musik. Dengan demikian, tidak heran jika Gus Dur pernah diminta untuk menjadi komentator sepak bola di televisi. Kegemaran lainnya, yang ikut juga melengkapi hobinya adalah menonton bioskop. Kegemarannya ini menimbulkan apresiasi yang mendalam dalam dunia film. Inilah sebabnya mengapa Gu Dur pada tahun 1986-1987 diangkat sebagai ketua juri Festival Film Indonesia.

Masa remaja Gus Dur sebagian besar dihabiskan di Yogyakarta dan Tegalrejo. Di dua tempat inilah pengembangan ilmu pengetahuan mulai meningkat. Masa berikutnya, Gus Dur tinggal di Jombang, di pesantren Tambak Beras, sampai kemudian melanjutkan studinya di Mesir. Sebelum berangkat ke Mesir, pamannya telah melamarkan seorang gadis untuknya, yaitu Sinta Nuriyah anak Haji Muh. Sakur. Perkawinannya dilaksanakan ketika ia berada di Mesir.

SMEP dan Krapyak
Setelah lulus dari Sekolah Dasar, Gus Dur dikirim orang tuanya untuk belajar di Yogyakarta. Pada tahun 1953 ia masuk SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama) Gowongan, sambil mondok di pesantren Krapyak. Sekolah ini meskipun dikelola oleh Gereja Katolik Roma, akan tetapi sepenuhnya menggunakan kurikulum sekuler. Di sekolah ini pula pertama kali Gus Dur belajar Bahasa Inggris. Karena merasa terkekang hidup dalam dunia pesantren, akhirnya ia minta pindah ke kota dan tinggal di rumah Haji Junaidi, seorang pimpinan lokal Muhammadiyah dan orang yang berpengaruh di SMEP. Kegiatan rutinnya, setelah salat subuh mengaji pada KH Ma’shum Krapyak, siang hari sekolah di SMEP, dan pada malam hari ia ikut berdiskusi bersama dengan Haji Junaidi dan anggota Muhammadiyah lainnya.

Santri keheranan
Ketika menjadi siswa sekolah lanjutan pertama tersebut, hobi membacanya semakin mendapatkan tempat. Gus Dur, misalnya, didorong oleh gurunya untuk menguasai Bahasa Inggris, sehingga dalam waktu satudua tahun Gus Dur menghabiskan beberapa buku dalam bahasa Inggris. Di antara bukubuku yang pernah dibacanya adalah karya Ernest Hemingway, John Steinbach, dan William Faulkner. Di samping itu, ia juga membaca sampai tuntas beberapa karya Johan Huizinga, Andre Malraux, Ortega Y. Gasset, dan beberapa karya penulis Rusia, seperti: Pushkin, Tolstoy, Dostoevsky dan Mikhail Sholokov. Gus Dur juga melahap habis beberapa karya Wiill Durant yang berjudul ’The Story of Civilazation’. Selain belajar dengan membaca buku-buku berbahasa Inggris, untuk meningkatan kemampuan bahasa Ingrisnya sekaligus untuk menggali informasi, Gus Dur aktif mendengarkan siaran lewat radio Voice of America dan BBC London. Ketika mengetahui bahwa Gus Dur pandai dalam bahasa Inggis, Pak Sumatri-seorang guru SMEP yang juga anggota Partai Komunis- memberi buku karya Lenin What is To Be Done . Pada saat yang sama, anak yang memasuki masuki masa remaja ini telah mengenal Das Kapital-nya Karl Marx, filsafat Plato,Thales, dan sebagainya. Dari paparan ini tergambar dengan jelas kekayaan informasi dan keluasan wawasan Gus Dur.

Setamat dari SMEP Gus Dur melanjutkan belajarnya di Pesantren Tegalrejo Magelang Jawa Tengah. Pesantren ini diasuh oleh K.H. Chudhari, sosok kyai yang humanis, saleh dan guru dicintai. Kyai Chudhari inilah yang memperkenalkan Gus Dur dengan ritus-ritus sufi dan menanamkan praktik-praktik ritual mistik. Di bawah bimbingan kiai ini pula, Gus Dur mulai mengadakan ziarah ke kuburankuburan keramat para wali di Jawa. Pada saat masuk ke pesantren ini, Gus Dur membawa seluruh koleksi buku-bukunya, yang membuat santri-santri lain terheran-heran.

Pada saat ini pula Gus Dur telah mampu menunjukkan kemampuannya dalam berhumor dan berbicara. Dalam kaitan dengan yang terakhir ini ada sebuah kisah menarik yang patut diungkap dalam paparan ini adalah pada acara imtihan,pesta akbar yang diselenggarakan sebelum puasa pada saat perpisahan santri yang selesai menamatkan belajar, dengan menyediakan makanan dan minuman dan mendatangkan semua hiburan rakyat, seperti gamelan, tarian tradisional, kuda lumping, jathilan, dan sebagainya. Jelas, hiburanhiburan seperti tersebut di atas sangat tabu bagi dunia pesantren pada umumnya. Tetapi itu ada dan terjadi di Pesantren Tegalrejo. Widiyartono R/bersambung-yan

NU Sepeninggal Gus Dur, antara Tradisi dan Inovasi

NU Sepeninggal Gus Dur, antara Tradisi dan Inovasi
Judul : Pergolakan di Jantung Tradisi NU yang Saya Amati

Penulis : Asad Said Ali
Penerbit : LP3ES
Tebal : 264 halaman

APA dan bagaimana Nahdhatul Ulama (NU) sepeninggal Gus Dur? Buku berjudul "Pergolakan di Jantung Tradisi NU yang Saya Amati" tulisan Asad Said Ali ini sangat komprehensif dalam membedah jeroan NU, terutama pergolakan pemikiran yang telah dan sedang terjadi di kalangan generasi muda NU. Pemetaan yang jelas dan lugas telah disajikan oleh penulis yang tidak hanya menyoroti dimensi politik, budaya dan pemikiran, akan tetapi juga dimensi yang sangat mendesak untuk diprioritaskan yaitu perekonomian. Pergumulan anak muda NU dalam berinteraksi dengan neoliberalisme (neolib) juga terpapar dengan gamblang dalam buku ini.

Terdiri dari 7 bab, buku ini menghadirkan pengamatan cermat tentang perubahan besar yang terjadi pada jantung tradisi NU sebagai buah perubahan di dunia dalam dan dunia luar yang membawa sintesis kreatif antara tradisi dan inovasi. Dari bab ke bab bertutur perihal Fiqh sebagai cara pandang, reformasi pemikiran dan politik, neoliberalisme dan para penyebarnya, sayap kultural, benturan gagasan dan langkah, serta Refleksi Khittah 1926.

Sebagai ormas Islam yang meletakkan dasar akidah ahsunnah waljamaah, NU dalam perjalanan sejarahnya mengalami pasang surut, pergolakan dan perubahan, meski akhirnya bisa diselesaikan secara musyawarah. Perubahan bukanlah proses mendadak. Selalu ada kondisi yang menjadi prasyarat bagi munculnya perubahan. Dan, kondisi itu adalah perubahan sosiologis warga nahdliyyin.

Institusi Modern
Seiring kemajuan ekonomi dan sosial yang berlangsung sejak dekade 1970-an, komunitas NU mulai berkenalan dengan institusi-institusi modern. Pesantren yang awalnya terstruktur dalam sistem pendidikan otonomi dan mandiri, lama kelamaan mulai bersentuhan dengan sistem pendidikan kurikulum nasional. Perkenalan ini mengantar generasi muda NU untuk mengenyam pendidikan modern. Namun, pendidikan modern memang bagaikan kotak pandora. Sekali generasi muda NU bersentuhan dengannya, maka dampak jangka panjangnya tidak terkirakan.

Mereka tokoh-tokoh pembaru kemudian tidak hanya mengenal pemikiran-pemikiran kritis (ini pun sudah di luar pakem tradisi pesantren), melainkan mampu menjalin jaringan yang luas dengan komunitas-komunitas di luar NU, dunia gerakan ataupun Non-Goverment Organization (NGO) atau dikenal sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Kita mengenal sepak terjang KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, seorang tokoh pembaru dari dalam NU dan Presiden RI ke-V yang ucapan dan pernyataan-pernyataannya sampai sekarang selalu kritis, di luar struktur dan terkadang nyeleneh. Selain Gus Dur, juga tampil tokoh-tokoh pembaru NU seperti Kiai Achmad Siddiq, Kiai Sahal Mahfudz dan Masdar F Masudi.

Kebetulan, NU saat itu masih diwarnai dominasi kalangan ulama tua dan politisi, sehingga kurang memberi ruang terhadap generasi baru. Sentuhan dengan komunitas non-NU itu menjadikan kalangan muda masuk dalam agenda-agenda global, seperti neoliberalisme dan sejenisnya. Pergumulan pemikiran memang terjadi. Serapan terhadap gejala mutakhir, mau tidak mau, berkonfrontasi dengan kemapanan tradisi. Sebuah benturan besar memang sedang berlangsung. Dan, dampak benturan itu adalah goyahnya sejumlah pilar tradisi.

Uniknya, benturan gagasan antara tradisi dan inovasi akan diiringi dengan munculnya proses saling akomodasi. Akhirnya, kalangan tua menyerap sebagian gagasan kalangan muda, sedangkan kalangan muda berlatih bersabar sambil mengevaluasi langkah-langkahnya. Uniknya lagi, kedua kelompok yang bersitegang itu sama-sama berangkat dari tradisi.

Dengan kata lain, pemahaman terhadap tradisi digunakan sebagai titik pijak untuk melakukan perubahan dan bukan menolaknya. Jelas, dinamika NU selama dua dekade seakan membantah teori para pakar dan politisi, bahwa perubahan besar justru dapat berlangsung dari jantung tradisi itu sendiri.

Denyut Perubahan

Pada bab yang membahas perihal neoliberalisme dan para penyebarnya, penulis secara runtut dan menarik memaparkan ihwal denyut perubahan yang mulai bergeliat dan persoalan yang lebih besar telah menghadang. Komunitas NU dihadapkan sejumlah persoalan yang tidak mudah dibaca dengan perspektif kitab kuning (kitab klasik). Bagaimana memahami reksadana, bursa efek, Hak Asasi Manusia (HAM), barang publik, ekspansi kapital dan seterusnya. Persoalan-persoalan ini dimensinya lebih luas yang tidak akan memadai jika dipahami dengan kitab klasik.

Cara NU merespons persoalan ini sebenarnya unik. Secara tidak langsung, sentuhan dengan persoalan kontemporer itu dilakukan lebih dahulu oleh anak muda NU yang berpendidikan ganda. Mereka bergerak sebagai aktivis NGO (LSM) atau akademisi yang tentunya lebih terbuka. Mereka pula yang mula pertama menggeluti isi-isu kontemporer, khususnya agenda neoliberalisme. Melalui ulah mereka, persoalan itu tertransmisikan ke dalam jantung utama NU yaitu para ulama. Dengan demikian, pada tingkat tertentu, pengaruh kekuatan global, yang acap diidentikkan dengan neoliberalisme itu, justru sudah ada jejaknya pada kalangan anak muda NU.

Pada akhirnya, progresivitas pemikiran kalangan muda dan dinamika yang terjadi di kalangan ulama NU belakangan ini mungkin tidak terbayangkan oleh Kiai Achmad Siddiq, 25 tahun lalu, saat mula pertama merumuskan pentingnya kembali ke Khittah 1926. Saat itu, Kiai Achmad Siddiq hanya memimpikan para ulama mendidik santrinya tidak hanya untuk menjadi muqallid ama (pengikut buta), tetapi untuk memiliki kemampuan lebih tinggi lagi, untuk menjadi muqallis yang lebih baik.

Harapan itu sekarang sudah terlampaui. Tidak hanya menjadi muqallid yang lebih baik, tetapi merambah lebih jauh yaitu mengeksplorasi pendekatan manhajy (metodologis) dalam meneropong berbagai persoalan kontemporer. Konsen jumud (stagnan) dan anti-kemajuan yang selama ini melekat pada jamiyyah nahdliyyah, dengan sendirinya terhapus oleh dinamika perkembangan NU selama lebih dari dua dekade belakangan ini.

Doktrin ahsunnah wal jamaah yang menjadi nafas organisasi, dengan sadar tidak pernah dikesampingkan, malah diperkukuh dengan memberi visi baru. Dan muatan baru itu bermula dari gagasan sederhana, bagaimana melakukan kontekstualisasi ajaran-ajaran Islam klasik. Dengan membaca buku ini, kita dapat mengetahui dimensi kontekstual realitas sosial yang sedang kita alami yang akan sangat berguna bagi ijtihad kita dalam menemukan fiqh sosial yang tepat dan bermanfaat.

Selain itu, buku ini juga memberikan referensi yang baik untuk menempatkan tradisi NU dalam melakukan social control dan social engeneering yang tepat. Walau sangat tebal (264 halaman) dan tidak ada ilustrasi foto sama sekali, yang terpenting buku ini merupakan maalim (rambu-rambu) perjalanan NU ke depan, sebagaimana dikatakan almarhum Gus Dur. "Gitu aja kok repot," guyon Gus Dur dalam menanggapi riak perjalanan di partai Islam yang menganut paham ahlussunah waljamaah.

http://www.balipost.com/mediadetail.php?module=detailberitaminggu&kid=15&id=27901

Gus Dur dan Masa Depan (Politik) NU

Gus Dur dan Masa Depan (Politik) NU
Oleh Firdaus Muhammad Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar
Tribun Timur/Andre

Rabu, 6 Januari 2010 | 20:56 WITA

Mekanisme politik NU harus ditata agar tidak terjadi pembiaran padahal NU sebagai pasar suara, NU harus diselamatkan dan disatukan, jika tidak ditata justru akan dimanfaatkan orang lain yang justru kemungkinan merusak NU, sebab hanya orang NU yang ikhlas membesarkan NU

Gus Dur panggilan akrab KH Abdurrahman wahid berpulang di tengah berkelindannya problematika bangsa. Kepergian Gus Dur menjadikan bangsa ini kehilangan figur guru bangsa, guru yang mengajarkan pluralisme, demokrasi, inklusivisme Islam dan pembelaan terhadap kaum minoritas yang acap termarginalkan.
Sosok Gus Dur yang terbuka dan kontroversi menjadikan dirinya sebagai figur news maker, menarik diliput. Salah satunya, kiprah Gus Dur dalam Nahdlatul Ulama (NU) yang merupakan organisasi terbesar di Indonesia. Kiprahnya selama 15 tahun menjabat Ketua Umum PBNU, Gus Dur telah banyak mewarnai organisasi kaum pesantren dan ulama tersebut.
Kontribusi terbesar Gus Dur dalam NU di antaranya, ia mampu mensterilkan NU dari kubangan politik praktis melalui komitmen kaum Nahdliyin kembali ke khittah 1926. Gus Dur pula yang menjadikan NU menjadi opisisi vis a vis dengan negara dibawah kekuasaan rezim Soeharto.
Berselang 15 tahun kemudian, ternyata Gus Dur yang masih menjabat Ketua Umum PBNU membidani kelahiran partai politik dlam rahim NU bernama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sejak itu, NU menjadi sulit mengambil jarak dengan politik ditandai sejumlah tokoh kharismatik NU terlibat dalam partai dan menjadi anggota legislatif.
Implikasi politiknya mengarahkan kaum Nahdliyin dalam muara konflik, terjadi fragmentasi politik secara internal. Akibat lain, warga NU juga mengalami perpecahan karena perbedaan sikap politik mereka.
Mengamati kian rumitnya permasalahan partai berbasis Nahdliyin ini, sejumlah pihak menaruh harapan sikap melunak antara kedua kubu tersebut, demi menyelamatkan PKB dari keterpurukan. Berharap Gus Dur melunak sangat tipis, maka etikanya dalam tradisi NU, Muhaimin dapat bersikap terbuka dan siap bekerjasama dengan kubu Gus Dur. Jika langkah itu benar-benar dilakukan hingga sowan kepada Gus Dur, tentulah sedikit menyelamatkan citra PKB ke depan. Namun Muhaimin tidak pernah melakukan itu hingga Gus Dur wafat.

Determinasi Gus Dur
Siapa dalang konflik PKB sesungguhnya, tentulah Gus Dur yang "dieksekusi" publik sebagai tokoh determinannya. Tetapi bagi pendukung Gus Dur, opini demikian tidak dapat dibenarkan, melainkan akan menuduh keterlibatan pihak ketiga, pemerintah, misalnya. Terlepas dari berbagai spekulasi yang ada, sulit diingkari bahwa PKB tidak terlepas dari bayang-bayang Gus Dur selaku deklaratornya.
Lalu apakah Gus Dur "diadili" atas perilaku politiknya yang otoriter. Bukankah Gus Dur dikenal sebagai ikon penegakan demokrasi? Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab secara normatif, sebab Gus Dur figur yang banyak langkah kontroversial, berbeda dengan logika masyarakat secara umum.
Bagi yang memahami nalar politik Gus Dur, dengan gampangnya berkilah, Gus Dur adalah tokoh yang memiliki telenta dan "terawang" politik sehingga langkahnya yang dinilai keliru hari ini, justru dapat dibenarkan pada masa mendatang.
Namun persoalan konflik PKB sekarang ini, bukan lagi berwacana ihwal Gus Dur sebagai tokoh kharismatik yang setiap langkahnya dibenarkan dan diterima atau sebaliknya. Di luar itu, persoalan yang terpenting adalah bagaimana menyelamatkan nasib PKB dari keterpurukan citra dan perolehan suaranya pada pemilu-pemilu lalu. Gus Dur ternyata tetap menjadi faktor determinan yang mewarnai PKB sepanjang hayatnya.
Determinasi Gus Dur dalam PKB dapat bernilai positif selama partai dijalaninya di atas khittahnya, menyalurkan aspirasi politik kaum Nahdliyin. Sebagai kaum mayoritas, jelas kaum Nahdliyin sebagian besar petani dengan standar ekonomi relatif rendah. Maka konflik internal PKB yang merupakan partai yang didirikan tokoh NU itu tidak dapat memenuhi harapan Nahdliyin untuk perbaikan nasibnya.
Fragmentasi elite NU politik di tubuh PKB membuatnya abai terhadap kemaslahatan kaum Nahdliyin. Implikasinya, suara Nahdliyin eksodus ke partai lain akibat krisis kepercayaan pada elite politik NU di PKB.
Gus Dur tetap menjadi figur dan lokomotif Nahdliyin dengan ke-khos-annya. Dalam pengakuannya, kiai khos adalah istilah yang dipopulerkannya dengan menyebut sejumlah kiai yang menjadi tokoh partai PKNU, pecahan dari PKB yang kecewa dengannya.
Artinya, Gus Dur sebagai desainer kiai khos dapat melakonkan perilaku politik yang arif dengan keteladanan bersahaja. Jika benar banyak kader PKB yang bermain mata untuk meraup fulus secara pragmatis diniscayakan untuk "mengadilinya" dengan recall atau sanksi lainnya, tapi bukan menyulut konflik horizontal dalam partai.

Merawat Tradisi
Awalnya NU didirikan atas kesadaran politik keagamaan dalam membendung arus Wahabisme dan puritanisme. Meski kemudian dipertegas bahwa NU sebagai ormas keagamaan, tetapi dengan pengikut jutaan menggoda dan tergoda untuk terlibat dalam politik praktis. Akibatnya, NU sulit dilepaskan dari kancah politik.
NU memiliki khazanah tradisi yang kuat dan mengakar. Tradisi pesantren yang terbangun secara emosional antar kiai dalam jaringan geneologis, tetap terpelihara baik. Ikatan ideologis keaswajaan dan sentimen keagamaan yang kuat melalui jaringan tradisi pesantren, menumbuhkan intelektualisme kaum santri.
Tradisi lain yang juga menjadi karakteristik kaum Nahdliyin adalah perhargaannya terhadap ulama. Kepatuhan dan kesantunan santri, setidaknya karena pengaruh kitab Ta'lim Muta'allim. Kitab ini mengajarkan etika dan penghargaan yang tinggi terhadap ilmu dan orang berilmu, ulama.
Namun yang memperihatinkan kemudian, pengalaman dan pengamalan etika tersebut hampir hilang dalam konstelasi politik. Perilaku politik elite NU yang saling bertikai akan menjatuhkan wibawanya. Pendiri NU tidak mewariskan tradisi politik yang melahirkan perpecahan, tetapi tradisi politik moral kebnagsaan untuk kemaslahatan anak bangsa.
Problematika internal NU yang cukup menyita perhatian adalah pada persoalan politik, terutama karena keterlibatan sejumlah kiai dalam kancah politik praktis. Akibatnya terjadi fragmentasi antara kiai yang berimbas pada perilaku politik santri dan warga Nahdliyin. Dan, pada kenyataannya sejumlah kiai yang terjun dalam politik praktis, baik melalui pilkada maupun pilpres mengalami kekalahan.
Maka salah satu tawaran untuk diagendakan dalam Muktamar NU Ke-32 di Makassar adalah menata politik. Setidaknya melakukan sterilisasi guna meminimalisir arus fragmentasi yang justru "melumpuhkan" NU. Perlu proses reinventing politik NU, yakni mencari identitas dan formulasi politik, bagaimana menatanya, menjabarkan take and give bagi NU dan bukan mengabaikannya. Sebab jika NU sepenuhnya menagggalkan politik justru hanya akan menjadi "pasar" yang diperebutkan untuk mendapatkan keuntungan.
Mekanisme politik NU harus ditata agar tidak terjadi pembiaran padahal NU sebagai pasar suara, NU harus diselamatkan dan disatukan, jika tidak ditata justru akan dimanfaatkan orang lain yang justru kemungkinan merusak NU, sebab hanya orang NU yang ikhlas membesarkan NU. Karena itu, NU harus punya mekanisme dan rumusan konsep yang mengatur relasi NU dengan politik praktis, NU harus diselamatkan agar tidak terseret menjadi korban politik yang menyuplai suara NU belaka tapi tidak memberi manfaat dan kemaslahatan bagi Nahdliyin.
Aspek lain yang meniscayakan penataan mekanisme politik itu, sebab selama reformasi ternyata NU hanya didera fragmentasi dan turbulensi politik yang tidak terkendalikan karena tidak adanya mekanisme yang mengatur, NU dirugikan. Tampaknya dinamika konflik internal berkepanjangan menjadi keunikan NU, apalagi konflik itu muncul dari kalangan elit
Kini Gus Dur telah pergi untuk selamanya, bagaimana kelak masa depan NU berkiut kiprah politiknya, akan sangat tergantung pada kedewasaan politik kaum Nahdliyin sendiri. Tetapi suatu yang tidak terlupakan bahwa Gus Durlah yang telah mengantarkan NU menjadi organisasi yang diakui eksistensinya, baik dalam politik maupun intelektualitasnya. Selamat jalan Gus Dur.***

Tribun Timur, Selalu yang Pertama

http://www.tribun-timur.com/read/artikel/67377

MEMANG PAHLAWAN KOK…

MEMANG PAHLAWAN KOK…

Saya baca di Koran Tempo, bahwa Ketua Fraksi Golkar di DPR-RI Setya Novanto menyatakan pihaknya setuju Gus Dur diberi gelar pahlawan nasional, dengan syarat Soeharto juga diberi gelar serupa. Setya mengingatkan, Gus Dur dulu menzalimi partainya karena mengusulkan pembubaran Golkar.

Ada dua hal yang harus dicermati. Pertama: saya tak menggunakan kutipan langsung, sehingga bisa saja nuansanya tak lengkap. Kedua: saya tak tahu itu pendapat pribadi Setya atau Golkar.

Bagaimana kalau pernyataan Setya juga merupakan suara partai? Tak penting bagi saya. Dengan atau tanpa gelar pahlawan, Gus Dur tetaplah tokoh dan hero bagi banyak orang Indonesia.

Pengakuan formal bukanlah segalanya untuk seorang Gus Dur. Dia terlalu besar untuk sekadar diberi gelar resmi oleh pemerintah. Bahkan secara pribadi saya menganggap kalau pengakuan terhadap kebesaran seorang Abdurrahman Wahid hanya dibuktikan dengan penamaan jalan raya, maka itu belum seberapa. Bisa-bisa itu cuma menghilangkan jejak lama toponimis sebuah wilayah jika pemilihan ruas jalannya tak tepat.

Maaf jika pendapat saya menyinggung perasaan Anda dan bahkan keluarga Gus Dur. Tiada niat saya merendahkan almarhum. Justru karena dia terlalu besar maka formalisme yang hanya formalisme bisa mengerdilkannya. Bagi saya lebih utama merawat spirit Gus Dur tentang demokrasi, pluralisme, dan humanisme.

Saya pribadi tak mengenal Gus Dur. Memang pernah beberapa kali bersua, itu pun karena tugas jurnalistik ketika dia belum menjadi presiden. Satu hal yang saya pegang, bahwa setiap ucapannya — meskipun ada bukti dan dia siap mempertanggungjawabkannya — tidak asal saya kutip padahal sangat layak kutip. Tanpa pemahaman terhadap konteks, maka ucapannya bisa membuat pihak lain meradang dan menimbulkan kontroversi.

Terlalu banyak cerita tentang Gus Dur. Biarlah itu menjadi khazanah khalayak. Tapi saya ingat, ketika kemampuan matanya masih memungkinkan, di kantor PBNU (bangunan versi lama) Gus Dur masih melakukan hal mengasyikkan seperti yang dilakukan ayah saya: membaca koran lalu memotong sendiri untuk kliping. Kadang dia bercanda, tanpa tatap muka, dengan beberapa petugas kantor yang tak berada di depan mejanya.

Gus Dur dengan segala keanehannya, yang kadang memang menjengkelkan, tetap saya kagumi. Dia bukan manusia sempurna — begitu pula kita. Masa-masa Gus Dur masih sehat mata dan raganya adalah ketika dia menulis “serius” untuk Prisma dan LP3ES. Kolomnya untuk Tempo dan Kompas juga mengesankan.

Barusan saya baca, pengasuh Tebuireng K.H. Salahuddin Wahid meminta peziarah lebih rasional, tak usah mengambil gumpal tanah pusara Gus Dur (untuk diserap khasiatnya). Tentang ini saya ingat bahwa Gus Dur, dalam sebuah buku terbitan LP3ES (saya lupa judulnya), pernah menyinggung soal esoterisme dalam tradisi pesantren. Kalau tak salah dia sempat mencontohkan kyai sakti yang bisa melompati (atau merubuhkan?) pohon kelapa.

Gus Dur adalah salah satu tokoh NU yang membawa keluar pesantren ke kancah urban dan ilmiah, antara lain melalui media dan proyek Friedrich Naumann Stiftung/LP3ES. Tulisan awalnya di Kompas pada 70-an hanya mencantumkan “pengajar di Pesantren Tebuireng”. Gelar “K.H.”, seingat saya belum ada waktu itu (oh ya berhaji tahun 80-an kalau tak salah — ditemani Walkman berisi lagu Mozart dan Beethoven). PDAT pasti menyimpan foto Gus Dur muda yang berkaos Voice of America.

Tentang sosok visual Gus Dur, baiklah saya berterus terang justru dengan kekaguman. Foto-foto dia yang beredar dan belakangan digandakan untuk aneka keperluan, apalagi setelah kesehatannya menurun, bukanlah foto yang secara fisik gagah. Bukan foto-foto yang sesi pemotretannya dirancang dengan kesadaran pencitraan diri yang mengarah ke penciptaan aura. Tapi rakyat Indonesia tak peduli itu. Aura ada di benak dan hati khalayak. Lebih utama spirit di balik raga Gus Dur.

Di situlah saya menemukan makna kharisma. Di sisi lain, foto dari kantor berita asing tentang suasana Istana ketika Gus Dur dimakzulkan, terutama peci di atas tumpukan barang, itu tak mengurangi auranya: dia tetap rakyat dan bagian dari rakyat. Dia tampak humane.

Gus Dur itu sangat multidemensional sekaligus membingungkan. Indonesia kehilangan dia — dengan maupun tanpa gelar pahlawan dari pemerintah, dengan maupun tanpa pengabadian nama untuk jalan. Perbendaharaan kata kita seperti cupul untuk menggambarkan dia. Biarlah sejarah mencatat apa saja kata orang banyak tentang dia.

Gus Dur NU dan Indonesia

Gus Dur, NU, dan Indonesia

Rabu, 6 Januari 2010 | 02:27 WIB

Oleh KACUNG MARIJAN

Kacung Marijan Di sela-sela proses pemakaman Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng, beberapa orang berbisik sambil bertanya, ”Bagaimana masa depan Nahdlatul Ulama sepeninggal Gus Dur?” Bahkan, ada juga yang mengajukan pertanyaan, ”Bagaimana masa depan Indonesia?”

Bisa jadi, yang bertanya seperti itu bukan hanya warga nahdliyin yang sangat mengagumi Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Hal ini tidak lepas dari realitas bahwa yang merasa kehilangan atas ”kepulangan” Gus Dur juga beragam. Pemikiran dan aksi Gus Dur yang lintas etnis, kesukuan, agama, dan bahkan negara telah memungkinkan hal ini terjadi.

Basis pemikiran

Banyak orang NU dan Indonesia yang cerdas dan memiliki kepemimpinan yang bagus. Namun, Gus Dur memiliki keunikan yang membedakannya dengan orang- orang semacam itu. Bahkan, dalam taraf tertentu, Gus Dur berbeda dengan almarhum kakeknya, Kiai Hasyim Asy’ari dan almarhum ayahnya, Kiai Wahid Hasyim.

Gus Dur lahir di lingkungan tradisi pesantren yang kuat di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Namun, Gus Dur juga tumbuh dan berkembang di alam modern yang kuat pula, di ”kawasan Menteng”. Dua lingkungan ini telah menyatu di dalam diri Gus Dur, yang kemudian terefleksi pada pikiran-pikirannya.

Dunia pesantren telah memungkinkan Gus Dur memahami dan mendalami pemikiran-pemikiran klasik Islam, khususnya yang berakar pada tradisi Ahlussunnah wal jama’ah (Aswaja). Sementara itu, penguasaan bahasa asing (non-Arab), kemampuan belajar otodidak yang luar biasa, dan bergaul dengan komunitas nonpesantren telah memungkinkan Gus Dur berkenalan dengan pemikiran-pemikiran mondial.

Ladang dan benih-benih pemikiran Gus Dur berkembang dan teraktualisasi berseiring dengan kemampuannya di bidang tulis menulis, suatu bidang yang jarang digeluti oleh anggota komunitas pesantren. Maka, sejak 1970-an, nuansa pemikiran yang dihadirkan oleh Gus Dur memiliki kekhasan, yaitu ulasan mengenai isu-isu kontemporer yang berakar pada tradisi pemikiran Islam klasik.

Di antara pemikiran Gus Dur yang mengemuka adalah berkaitan dengan relasi antara Islam dan kebangsaan. Dalam pandangan Gus Dur, keduanya tidak harus didudukkan di dalam posisi yang saling bertentangan. Keduanya bisa menjadi satu kesatuan yang berkait.

Wujud pemikiran itu terejawantahkan melalui keputusan alim ulama NU pada tahun 1983 bahwa negara Indonesia yang berasas Pancasila itu bersifat final. Ini memang keputusan jam’iyah, organisasi NU, dan bukan keputusan pribadi Gus Dur. Namun, Gus Dur merupakan salah satu aktor kunci bagi lahirnya keputusan itu.

Dalam pandangan NU—dan Gus Dur— negara Pancasila merupakan negara ideal yang mampu menaungi dan menghargai kebinekaan masyarakat Indonesia. Negara demikian memungkinkan Islam dan agama-agama lain tumbuh dan berkembang dalam sebuah wadah kebersamaan.

Pandangan semacam itu pula yang mendorong lahirnya pemikiran dan praksis Gus Dur yang bercorak multikultural. Realitas bahwa negara-bangsa Indonesia itu beragam dari segi etnik, agama, dan pembeda-pembeda lainnya tidak bisa dikonstruksi melalui pemikiran atau kelompok tertentu. Karena itu, sejak awal, Gus Dur merupakan pembela kelompok-kelompok minoritas yang merasa termarjinalkan oleh kelompok mayoritas.

Dalam pandangan Gus Dur, betapapun kuatnya mayoritas tidak boleh melakukan penyingkiran terhadap kelompok-kelompok minoritas karena mereka memiliki hak untuk tumbuh, berkembang, dan berdampingan dengan kelompok mayoritas.

Kepemimpinan

Pemikiran kebangsaan semacam itu bisa jadi bukan hanya khas Gur Dur. Pemi- kir-pemikir lain juga pernah mengemukakan hal serupa. Yang membedakan Gus Dur dengan yang lain adalah berkaitan de- ngan pengaruh pemikian-pemikiran itu.

Sejak 1980-an Gus Dur telah menjadi salah satu sosok yang sangat berpengaruh. Kapasitas pribadi yang berbeda dengan yang lain dan trah darah pemimpin besar Islam—Kiai Hasyim Asy’ari dan Kiai Bisri Sansuri—telah menjadi sumber legitimasi kepemimpinan yang cukup besar bagi dirinya. Bagi orang luar, kepemimpinan itu lebih terlihat pada kemampuannya memformulasikan gagasan-gagasan secara orisinal, jernih, dan mudah terkomunikasikan, serta kemampuannya mengendalikan organisasi besar NU. Bagi warga NU, kepemimpinan itu bersumber pada kepenguasaannya pada tradisi pemikiran Aswaja, trah kiai besar, dan kemampuannya melakukan olah spiritual.

Tidak seperti kebanyakan pemimpin modern yang semata-mata mengedepankan pemikiran kasatmata semata. Gus Dur sangat dekat dengan olah spiritual. Gus Dur sangat rajin mengunjungi makam- makam, khususnya makam-makam leluhur dan tokoh-tokoh spiritual. Bahkan, konon, Gus Dur biasa berkomunikasi dengan tokoh-tokoh yang telah ”berpulang” itu. Kemampuan semacam itu membuat Gus Dur bukan pemimpin biasa. Implikasinya, apa yang digagas dan dikerjakan juga bukan hal yang biasa saja. Pemikiran tentang multikulturalisme, misalnya, tidak hanya telah menjadi salah satu pegangan penting bagi warga NU di dalam berbangsa dan bernegara. Komunitas di luar NU juga telah menjadikannya sebagai rujukan.

”Quo vadis”?

Orang yang memiliki pemikiran seperti Gus Dur saat ini sebenarnya cukup banyak. Namun, orang yang memiliki pengaruh besar, memiliki akar tradisional dan modern sekaligus seperti halnya Gus Dur jelas tidak mudah muncul lagi.

Dalam situasi semacam itu, tidaklah mengherankan kalau muncul pertanyaan tentang masa depan NU dan ke-Indonesiaan. Sosok Gus Dur telah memungkin- kan NU menjalin komunikasi yang lebih luas dan intens dengan komunitas-komu- nitas non-NU. Sosok Gus Dur pula telah memungkinkan nilai-nilai multikulturalisme terpahami dan terpraktikkan, khususnya di kalangan komunitas Muslim.

Gus Dur memang telah tiada. Namun, pemikiran-pemikirannya tidak akan mudah sirna mengikutinya terutama di lingkungan NU karena di antara sumber pemikiran Gus Dur itu berasal dari tradisi pesantren. Selain itu, saat ini telah muncul pemikir-pemikir muda NU yang cukup pa- ham apa yang telah dilakukan Gus Dur.

Saat ini, masalah kebangsaan di Indo- nesia masih menghadapi tantangan yang tidak ringan. Di antara kelompok-kelompok masyarakat, baik yang mayoritas maupun minoritas, telah muncul pemikiran- pemikiran dan aksi yang tidak saling menyapa. Dalam situasi semacam itu, tidaklah salah apabila saat ini kita kembali pada akar berdirinya negara-bangsa Indonesia, yang dibangun di atas perbedaan-perbedaan untuk kebersamaan. Pemikiran Gus Dur layak menjadi salah satu rujukan penting.

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/06/02271666/gus.dur.nu.dan.indonesia

Beberapa Komentar tentang Gus Dur

Gus Dur-Kitab suci yang paling porno di dunia adalah Al Qur’an
Masuk Kategori: HOT NEWS
Masya ALLOH…Gus Dur..istighfar sampeyan…
Eling…
Nyebut…
Selagi ALLOH SWT masih memberikan kesempatan kepada sampeyan untuk hidup…selagi nafas belum di ujung tenggorokan…selagi…selagi…dan masih 1000 selagi masih ada kesempatan dari ALLOH, Gus..
Istighfar Gus…sebelum semuanya terlambat… :’-(
Ya ALLOH … Yaa Rabbi… :’-(
*menitikkan air mata utk statement Gus Dur ini…*
JIL: Gus, ada yang bilang kalau kelompok-kelompok penentang RUU APP ini bukan kelompok Islam, karena katanya kelompok ini memiliki kitab suci yang porno?
Sebaliknya menurut saya. Kitab suci yang paling porno di dunia adalah Alqur’an, ha-ha-ha.. (tertawa terkekeh-kekeh).
JIL: Maksudnya?
Loh, jelas kelihatan sekali. Di Alqur’an itu ada ayat tentang menyusui anak dua tahun berturut-turut. Cari dalam Injil kalau ada ayat seperti itu. Namanya menyusui, ya mengeluarkan tetek kan?! Cabul dong ini. Banyaklah contoh lain, ha-ha-ha…
Wawancara lengkapnya baca di artikel ini.
BERITA TERBARU: JIL ADALAH SEKUMPULAN ORANG PENGECUT!!! MEREKA MENGGANTI ISI BERITA+LINK TTG KOMENTAR GUS DUR INI…!!! TIDAK PERCAYA? SILAKAN BACA DI SINI.
282 Komentar »
URI untuk TrackBack artikel ini: http://tausyiah275.blogsome.com/2006/04/17/gus-dur-kitab-suci-yang-paling-porno-di-dunia-adalah-alquran/trackback/
Gus Dur boleh ngomong gitu, Mas Fahmi juga boleh nyuruh Istighfar. Tapi Gus Dur tidak harus istighfar, dan Mas Fahmi tidak perlu percaya kalau Al Qur’an adalah kitab suci yang paling porno.
Adil sekali bukan?
lebih adil lagi jika GD tidak perlu mengatakan hal2 ga penting seperti itu, mas Herman
silakan baca komentar saya di blognya Toni
Komentar oleh Herman Saksono — April 27, 2006 @ 5:05 am
Kalau saya baca-baca, sepertinya Gus Dur justru mengikuti definisi ‘porno’ dari RUU APP, sehingga mengatakan bahwa Al Qur’an adalah ‘porno’.
Di RUU APP ‘porno’ = merujuk ke organ yang terbuka.
bukankah di RUU APP juga sudah dijelaskan detailnya…??
Sehingga, menurut saya yang dibilang Gus Dur memang benar dan tidak ada penghinaan thd Al Qur’an sehingga perlu istighfar.
silakan berkomentar seperti itu..saya hargai…dan tolong juga hargai sikap saya
Dengan mengacu RUU APP, maka buku seksologi kedokteran juga akan ‘porno’. Patung-patung di laboratorium anatomi juga akan ‘porno’. Demikian pula Al-Kitab dan Al-Qur’an juga (mungkin) akan ‘porno’.
ehmm…hati2, jangan main hantam kromo
Note : saya menulis ‘porno’ dengan tanda petik untuk menunjukkan definisi ‘porno’ ala RUU APP.
hmm…nampaknya saya mesti muat artikel khusus tentang RUU APP ini…
Komentar oleh Adi — April 27, 2006 @ 12:24 pm
setuju ma yg diatas..
dan heran dengan yg nyuruh gus dur istigfar.. kae yg paling bener dan gusdur salah aja.. situ tuhan ya?!
lho..tidak harus menjadi tuhan (ALLOH SWT) untuk meminta orang lain istighfar..
sudah kewajiban sesama muslim untuk saling mengingatkan jika ada kesalahan (menurut satu pihak) dan menjelaskan kenapa tindakan tsb dianggap ‘kesalahan’
masalah benar dan salah, untuk urusan dunia mungkin bisa kompromi…tapi untuk urusan akhirat…sudah jelas siapa yg benar dan siapa yg salah…
nyebuttt.. istigfarr..
lho…anda sendiri menyuruh orang lain untuk istighfar?
ah…tidak konsisten..
Komentar oleh noneedforyoutoknow — April 29, 2006 @ 5:12 pm
haha, saya mah cuman nyoba ngikutin aja..[quote]sudah kewajiban sesama muslim untuk saling mengingatkan jika ada kesalahan (menurut satu pihak) dan menjelaskan kenapa tindakan tsb dianggap ‘kesalahan’[/quote]nah ini, apa ga mikir mungkin GD jg lagi mengingatkan dengan cara mengkritik?!
mengkritik boleh2 saja…bahkan seperti quote yg anda sertakan..WAJIB!!
tapi apakah tidak ada CARA LAIN mengkritik, selain menggunakan Kitab Suci saya dg nada ‘cemoohan’ dan guyonan…atau apapun itu, yang membuat orang bisa menafsirkan macam2??
Komentar oleh noneedforyoutoknow — May 1, 2006 @ 9:53 am
Musti tanya dokter ahli syaraf nih,apa dampak dari serangan stroke yg berulang terhadap kemampuan berpikir seorang manula.Takutnya Gusdur ini mengalami kelemahan mental,dulu bumbu masak yg sudah di perikas di laboratorium dan dinyatakan mengandung babi masih dinyatakan halal sama gusdur.
wah…mas Justus tidak boleh berkata kasar seperti itu…sudahlah…ALLOH SWT memang menciptakan bermacam-macam karakter manusia (+makhluk). Semua itu untuk menguji kita…seberapa sabar kita menghadapi karakter-karakter tersebut…
Jadi serem juga sama yg namanya Islam Liberal, Al’quran di plesetin, ayat & hadits di debat.
Allah SWT & Nabi SAW di pertanyakan, Islam di Gugat, masya allah.
apa yg di cari yah ? dosa ? azab dari Allah SWT ? nama biar ngetop ? atau apa yah ?
wah…saya tidak tahu persis mas Justus…mungkin yg suka melakukan aksi sebagaimana mas Justus sebut, bisa menjawab..??
Komentar oleh Justus — May 2, 2006 @ 11:46 am
[quote]tapi apakah tidak ada CARA LAIN mengkritik, selain menggunakan Kitab Suci saya dg nada ‘cemoohan’ dan guyonan…atau apapun itu, yang membuat orang bisa menafsirkan macam2?? [/quote]
itu kan bukan kitab suci sodara doang.. kitab GD juga tuh.. [jangan2 GD ga dianggap muslim sama situ?] hehe
wah…bukan saya yg menyatakan GD bukan muslim lho
saya hanya hendak menyatakan bahwa seorang muslim hendaklah bercanda yg baik…tidak perlu menggunakan Kitab Suci sebagai bahan lelucon…masih banyak contoh lain yg bisa digunakan
yahh, GD mau ngomong gimana, itu urusan dia, tapi kan disini peran berita di media [dalam hal ini BLOG ini] dan penulis berita yg punya andil untuk meluruskan ato menjelaskan maksud dari omongan ini.. berarti, kalo banyak yg salah kaprah, salah anda! hehe
halah…anda ngeles lagi…jika anda perhatikan, saya mengutip dari website-nya JIL…
jika saya menggunakan logika anda, berarti memang JIL membuat banyak orang salah kaprah ya??
Komentar oleh noneedforyoutoknow — May 2, 2006 @ 12:28 pm
ah,
anda tipikal orang cerdas indonesia; mendalami satu dan lain hal tapi begitu mudah utk melihat hanya permukaan saja.
tolong belajar lebih dalam lagi, kali ini lebih ke esensinya (terlebih ttg Islam itu sendiri)
ya ya ya…terima kasih atas komentarnya.. anda sendiri mungkin saya golongkan tipikal orang pengecut indonesia…berkomentar tapi tidak berani menunjukkan jati diri anda
Komentar oleh yeah — May 4, 2006 @ 9:25 am
Menanggapi Pemilik Blog :
Orang memang berhak dan wajib mengingatkan sesama muslim atau manusia pd umumnya. Tapi sifatnya tidak menuduh (meminta istighfar). Kenapa tidak ? karena toh kita sesama manusia, kita tidak bisa menggantikan Tuhan (Allah SWT).
ehm…apa ada yg salah dg meminta istighfar?
So, biarlah soal agama itu menjadi tanggung jawab setiap pribadi. Kita boleh saja mengingatkan, tapi sifatnya tidak menuduh spt itu, kecuali kalau kita merasa sebagai asistennya Alloh.
lho…saya memang hanya mengingatkan kok..
Seharusnya ya, yang perlu kita kritik justru terorisme yang membunuh banyak orang, kekerasan atas nama agama, pengusiran dan pengancaman terhadap penganut Ahmadiyah, dst. Nah, kalau ini jelas-jelas perlu dikritik dan dituduh, karena jelas-jelas melanggar hukum.
hukum mana dulu? hukum positif atau hukum agama? jika hukum agama yg dilanggar, kita memang HARUS bertindak
Gus Dur dan JIL toh tidak pernah melakukan kekerasan, pembunuhan, pengusiran semacam itu kan. Kalaupun pikirannya tidak sesuai dengan Anda (beda interpretasi soal agama) ya biar saja nanti Allah yang akan menentukan mana yang benar dan salah.
tapi mereka tidak perlu meracuni pikiran orang lain dg statement2 mereka
ALLOH SWT sudah MENENTUKAN BENAR DAN SALAH MELALUI RASULULLOH SAW. Juklak dan juknisnya (petunjuk teknis) sudah tersedia di Al Qur’an dan As Sunnah kok
Atau, anda masih ngotot pingin jadi asisten Alloh SWT ? Kalau saya tidak.
ah…saya tidak merasa jadi asisten ALLOH SWT kok
Komentar oleh Adi — May 5, 2006 @ 6:34 am
Tambahan lagi :
Kenapa Gus Dur seolah “menghina” Al Quran ? Menurut saya beliau justru mengikut pendapat yang beredar di kalangan pendukung RUU APP, yang menganggap penolak itu bukan Islam dan kitab sucinya porno.
Saya kutip wawancara tsb :JIL: Gus, ada yang bilang kalau kelompok-kelompok penentang RUU APP ini bukan kelompok Islam, karena katanya kelompok ini memiliki kitab suci yang porno?
terima kasih atas komentarnya, mas Adi
Komentar oleh Adi — May 5, 2006 @ 6:38 am
Subhannallah
saya rasa dia berfikir seperti itu karena dia terlalu pintar,karena kepintaran itulah dia mendahulukan akal dari pada keimanannya,saya sebagai umta Islam merasa kesal dengan apa yang sudah dia bicarakkan,dia sudah tidak pantas lagi dikatakan sebagai kiyai,mana ada kiyai yang menghina Al-Kitabnya sendiri
itu dia, masa kiyai menghina Kitab Sucinya sendiri?? *geleng2 kepala…*
Komentar oleh Libasa — May 6, 2006 @ 3:39 am
lalu kiyai yg menebarkan kebencian terhadap agama lain adalah pantas menyandang gelar tersebut?! mungkin tidak menebarkan…tapi MEMBELA DIRI dari agama lain yg menyerang.barangkali mas NNFTK bisa menyebutkan nama kiyai2 yg anda anggap menebarkan kebencian tsb?
Komentar oleh noneedforyoutoknow — May 10, 2006 @ 4:19 am
assalamualaiku sodaraku…
wa’alaykumsalam wr wb
kalau boleh saya kasih gambaran sedikit tentang konflik diatas.. maaf ya.. sebelumnya..
1. seorang arsitek kemungkinan besar pekerjaanya akan lebih dimengerti oleh arsitek juga.
2. seorang designer juga demikianjadi saya fikir jangan lah berlebihan berkomentar kalau kita belum merasa sebanding, maaf sodaraku..maksud saya dengan tingkatan yang dimiliki seorang KH Abdul Rahman Wahid, kemungkinan besar akan hanya selevelnya, saya yakin juga GD tidak semata-mata mengeluarkan perkataan itu kalau dia tidak mengerti betul dalamnya Al-Quran, jadi patut kita sadari bersama jika kita masih hanya tau kulitnya aja, lebih baik kita diam, dan coba cari tau apa dibalik itu, .. ingat hujatan itu berkecenderungan berlebihan dan mendekati fitnah. .. KECUALI .. kita sangat2 faham Al-Quran.. nah itu lain lagi..Benar memang kekhawatiran anda berdasar, tapi apakah yang anda khawatirkan sama seperti khawatirnya anda .. belum tentu.. yah..
saya menutip komentar diatas “masalah benar dan salah, untuk urusan dunia mungkin bisa kompromi…tapi untuk urusan akhirat…sudah jelas siapa yg benar dan siapa yg salah…”,saya mau mengomentari siapabilang urusan akherat sudah jelas siapa yang salah dan siapa yang benar.. konteks yang anda bicarakan terlalu jauh… ini masalah duniawi mas.. dan masalah akherat urusan Allah, dan itu sangat sulit hitunganya, dimata manusia salah belum tentu dimata Allah INGAT ITU…!!
.. maaf anda fikir mencemoohkan orang lain tanpa klarifikasi yang clear, apa itu bukan perbuatan salah.. waduh.. subhanallah .. maaf.. maaf.. sekali lagi maaf.. INTINYA LEBIH BAIK KITA BERHATI-HATI.. berhati2 bicara dan hati hati kalau KOMENTAR.. takutnya masalah ini jadi besar karena KOMENTAR-komentar sepihak.. wah.. gawat ini..
maaf jangan tersinggung saya cuma turut bersedih kesemuanya..
hmmm…untuk topik GD, saya sudah tutup…jadi saya tidak akan komentari lebih jauh..
Komentar oleh muhammad faozy — May 22, 2006 @ 2:12 pm
menurut aku,orang yg menyuruh gusdur agar beristighfar,justru dia orang yg bukan sekedar sok suci,tapi juga sok pintar.ungkapan itu jgn hanya dilihat redaksinya dong om,tapi lihat dulu orangnya!gusdur seorang ahli filsafat dan tasawwuf yg ucapannya hanya bisa di mengerti oleh mereka yg menguasai kedua ilmu tersebut.bukan orang2 seperti kalian, cengos tapi polos tak mengerti teori berdialektika,padahal jka orang2 berhenti sejenak tuk berfikir tentang maksud gusdur,saya yakin mereka dapat mengerti dan sampai pd pemahaman yg fositif.yg plg penting itu jgnlah kita merasa sebagai org yg pintar dlm segala hal sehingga tak terbiasa untuk berlogika secara jernih sebelum menilai ungkapan seseorang.toh betapa banyak kebenaran2 di alam ini yg telah kita persalahkan,hal itu disebabkan femahaman kita yg dangkal dan males untuk menggunakan nalar kita sendiri secara maksimal.
terima kasih atas komentarnya mas Deden..
saya tidak butuh penilaian dari mas Deden kok
anda sendiri komentarnya kok mbulet…mau bilang apa sebenarnya??
Komentar oleh deden sajidin — May 24, 2006 @ 8:59 pm
saya setuju dan sangat sangat setuju mas sajidin, persis sesuai dengan yang aku bilang,, semua itu akan terungkap sebenarnya oleh orang orang yang selevelnya ( GD), ya bukan berarti kita yang selevelnya lalu berkoar bicara kebenaran.. harusnya kita mawas diri.. untuk menyjelek2 orang… kalau saya perhatikan koentar2 miring mengenai GD diatas, ini bukan mengomentari sifat dan sikapnya .. tapi malah ke individunya.. dan itu tidak dibenarkan..
hati2 terhadap profokasi berkedok kebenaran.. bahaya.. yu kita sama2 menahan diri dan belajar memahami..
mana yg lebih baik:- orang level tinggi bicara dengan levelnya terus menerus tanpa memikirkan orang lain salah tanggap dg ucapannya?atau
- orang level tinggi bicara sesuai dengan level orang yg dia ajak bicara?
Komentar oleh muhammad faozy — May 25, 2006 @ 6:11 am
wah hati-hati dong….jangan menyuruh orang seenaknya untuk istighfar…
lho..seenaknya saja bagaimana mas Muhammad?
soal keyakinan tanggungjawabnya ya antara manusia dengan Alloh saja…
ah…(maaf) jawaban standar …
belon tentu situ yang menyuruh Istighfar lebih baik dari Gus Dur…belon tentu juga situ kalo ke akhirat ke surga…karna komentarnya itu lho yang kayaknya mewakili Tuhan aja….
wah…mewakili Tuhan? apa yg salah dg komentar? komentar GD sendiri bagaimana? apa bukannya komentar GD seperti yg ‘menurunkan’ Al Qur’an??
Komentar oleh muhammad — May 26, 2006 @ 4:14 pm
mana ujungnya nih mas,
maksudnya apa ya mas Zhall? aku tidak begitu jelas…
kalo gitu jalanin aja apa yang baek buat masing2, masalahnya gini salah- gitu salah, itulah manusia;
tapi ALLOH SWT sudah memberi petunjuk kan??
yang punya masa kadaluarsa/ habis masa berlakunya, tapi ngomong2 udah pada tau blom neh yang gak abis masa berlakunya….
hahaha…bisa saja mas Zhall ini..
Komentar oleh zhall — May 26, 2006 @ 5:08 pm
Udahlah……………. gitu aja ko repot2 kaya anak TK aja, dewasa dikit kenapa, jangan diterjemahkan tekstual kaya gitu lah……lagian. Senangnya ko bikin profokasi nda usah merasa benar sendiri, harusnya kita bisa introsfeksi, refleksi kenyataan hari ini kitaituh kaya apa.
loh…justru saya juga mengajak introspeksi dan refleksi, mas Agus
Tuhan itu maha tahu mana yang haq dan mana yang bathil.Tapi aku bangga gus dur mengatakan demikian, biar umat Islam pada mikir, paling tidak ikut komentar lah………..
mengatakan sesuatu yg membuat heboh, kesannya cari sensasi…tidak ada bedanya dg artis..
ayo kita istihgfar bareng2
Astaghfirullah al adziiimmm…
Komentar oleh Agus — May 26, 2006 @ 7:45 pm
Saya bangga dengan Gus Dur yang bisa menelaah akar permasalahan sebelum mengungkapkannya (mengajukannya). Jangan kita bicara atau memaksakan kehendak atas nama agama karena pada dasarnya Tuhanlah yang menentukan baik buruknya kelakuan kita. Kalau kita melakukan tindakan kekerasan, pencemohan, pemaksaan kehendak walaupun atas nama Allah/Tuhan agama/kesopanan/moral/dll) itu tetaplah salah di mata Allah, bahkan itu lebih buruk dari pendosa lainnya. Hidup Gus Dur !!! marilah kita berkaca dan menilai diri kita sendiri terlebih dahulu sebelum menilai orang lain, jangan merasa paling benar dan paling suci. Sekali lagi Hidup Gus Dur !!! Maju terus bersama bangsa ini. Pertahankan Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila. Hapuskan kemunafikan dari muka bumi ini…
hihihhi….*tertawa saja…*
makasih komentarnya mas Agus…:)
oya…jika selalu meminta berkaca ke diri sendiri sebelum menilai orang lain, tidak akan ada kemajuan loh mas..:)
Komentar oleh Agus — May 27, 2006 @ 3:28 am
anda menyuruh istighfar kepada GD , tapi anda membiarkan para habib dari FPI yang melakukan kekerasan kepada umat islam sendiri, jadi bingung aku dengan pola pikir pemilik blog ini, apa pernah nabi Muhamad SAW mengajarkan kekerasan, justru para Habib atau kiai yang mengobarkan kekerasan dan anarkis lah yang harus istighfar
loh..mas Habib, aku sudah tulis juga di beberapa artikel, bahwa aku juga TIDAK SETUJU dg SWEEPING dan KEKERASAN…
sekarang anda lihat konteksnya…menghina Al Qur’an dg anarkis, kira2 mana yg lebih dekat dg urusan ‘keimanan’?
lagipula, para Habib dan Kiai tersebut barangkali sudah jengkel, karena banyak pelanggaran yg dibiarkan aparat…sementara konteks GD?
Komentar oleh habib — May 27, 2006 @ 4:05 am
Menurut pengamatan Saya,GD melontarkan komentar seenaknya, tanpa meninjau lebih dahulu pernyataan itu. Kita faham , bahwa Banyak sekali kitab-kitab lain selain AlQur’an yang sifatnya lebih cabul dan porno. Sebutlah diantaranya kitab Kamasutra yang justru oleh GD tidak dianggap cabul dan Porno. bahasa AlQur’an adalah bahasa yang angat santun,sopan dan halus. Kalau ada yang mengatakan GD adalah ahli filsafat, memiliki kedalaman ilmu yang tiada bandingannya……Sedalam apa sih ilmunya GD bila dibandingkan dengan ilmu yang terkandung dalam AlQur’an. Mana yang lebih filosofis, bahasanya GD atau kah AlQur’an.
betul mas Khairil…siapa yg sebenarnya mesti diikuti? GD atau Al Qur’an?
lalu, mengapa mengajak orang utk istighfar malah dikecam orang yg mengajak?
*geleng2 kepala…*
Komentar oleh Khairil Anas — May 27, 2006 @ 5:49 am
kita harus memandang gusdus sebagai Kiai yang banyak ilmunya, apa yang dikatakan kita tidak mengerti, untuk itu kita tidak boleh menghina sembarangan
justru karena banyak dari kita yg tidak mengerti, GD sbg Kiyai, tidak boleh bicara sembarangan
Komentar oleh nendyas — May 28, 2006 @ 6:13 am
Dulu KH As’ad Syamsul Arifin bilang dia ga bisa nerusin berimam ke Gus Dur karena sewajiban untuk berimam sudah batal karena Gus Dur kentut.
Dan ternyata Gus Dur memang punya penyakit suka kentut-kentut, jadi berhenti aja berimam ke beliau.Dan buat Gus Dur, mbok ya kalo suka kentut jangan maksain diri memposisikan diri jadi imam getoooo
tenang mas Edward…jangan terlalu emosi
Komentar oleh edward saeed — May 28, 2006 @ 10:58 am
….udah sejak zaman dulu tokoh seorang Gus Dur paling saya benci, omongannya ceplas ceplos kyak orang gak beres, ngelantur, sok tau masalah pokoknya saya super hiper anti sekali. Saya anti bukan kemudian gak mempelajari seorang Gus Dur tapi selalu saya cermati semampu saya …. dan setelah sekian tahun ….Maha Besar Allah …… ternyata Gus Dur itu klo boleh saya ktakan ternyata orang super jauh … amat jauh di atas saya ……. hingga segala kta yg diucapkannya (yg selama ini saya anggap ceplas ceplos dll) ternyata bila dipahami (kdang saya bisa memahami setelah berhari2, berminggu2, ato sangat lama) dlm katanya terkandung makna yg sangat dlm dan sama sekali gak ngawur …. yg hingga saat ini memberikan saya pelajaran bahwa perlu pemikiran yg amat sangat dlm terhadap sesuatu yg ada … bahwa bungkus tak mencerminkan isi sama sekali …dan saat ini Gus Dur adalah orang yg teramat saya kagumi
….gak masalah sihh nyuruh Gus Dur istighfar … tapi yg saya tau dan saya yakinin dalam denyut nadinya dan nafasnya ada dzikir…..
anda tahu darimana? (mengutip komentar dari komentator lain) apakah anda ALLOH atau wakil ALLOH?
… Gus Dur itu mudah dipahami dg teknik dzikir … coba aja baru komentar
terima kasih untuk sarannya
jika memang bisa dipahami dg dzikir, kenapa kemarin saat di Purwakarta banyak yg demo ttg komentar GD ini? apa mereka masih kurang dzikir?
Komentar oleh orang biasa — May 28, 2006 @ 2:45 pm
Hahahaha… Gus Dur banyak-banyak istigfarlah, sudah disuruh bercermin koq ndak ngerti2
tenang mas Jesie…kita sedang melawan main stream-nya GD loh..
Komentar oleh jesie — May 29, 2006 @ 1:46 pm
Gus dur blh intelek, tapi kan ngga semuanya yang mendengar/merespon ucapannya GD,bisa mengerti,krn manusia itu berbeda satu sama lain,jadi jangan hanya menempatkan k’intelektualnya aja(jadi orang jangan takabur,pintar boleh tapi harus menghargai perasaan orang yang pemikirannya d bawahnya,jadi jangan ngomong asal ceplak aja),kan banyak orang awam yang tdk mengerti dgn makna yg tersirat dari ucapan GD, yang ada malah menimbulkan fitnah dan sara.
tepat sekali mas DSM…:)
Komentar oleh dsm — May 29, 2006 @ 10:37 pm
seorang kyai adalah figur dan panutan… sehingga apa yang diucapkan dan di lakukan akan selalu dianggab serius bagi umat. dari itulah kenapa kiayai dimulyakan di dunia dan di akhirat, sebab dia mampu menjaga tindak tanduknya yang mampu memberi pengayoman bagi umat. GD sebagai seorang kiayi tak salah jika juga pandai dalam berpolitik karena dalam islam juga ada ilmu mantik ilmu balaghoh. tapi masalahnya tak seluruh umat tahu akan hal itu. sungguh tragis jika statement seorang yang difigurkan dan memiliki pengikut yang besar walau “guyonan” malah menimbulkan interpretasi yang salah apalagi menimbulakn keresahkan bagi pengikutnya. kiayi bagi saya harus punya jiwa pengayom pelindung, apapun yang di perjuangkan apapun yang di bawakan harus membawa nama baik ALLAH SWT dengan cara yang membawa ketenangan dalam masyarakat.menurut saya GD adalah GD biarkan dia bersama caranya, yang terpenting kita harus lebih giat menjaga keimanan kita serta juga lebih waspada terhadap musuh kita kaum misionaris manapun yang mencoba memecah belah umat, ingat untuk menumbangkan pohon janganlah pakai kapak besi tapi pakailah juga pegangan kayu agar ayunan bisa lebih bertenaga. waspadalah …!waspadalah ..!
tepat sekali mas Arief…seorang Kiai (ulama) idealnya memang mesti LEBIH menjaga tindakan dan ucapan…jangan sampai timbul salah tafsir dan salah persepsi, yg ujung2nya mengarah ke tindakan anarkis
Komentar oleh arief rahman — May 30, 2006 @ 12:16 pm
ahhhhhhhhhh… tolong kaji lagi Al-Quran.. tentang akibat dari perdebatan.. jelas kok di Al-Quran.. brang siapa yang memperdebatkan sesuatu yang akhirnya makin besar efeknya.. ya .. itulah yang bertanggungjawab atas isu yang sesungguhnya.. INGGGAATTTTTTT.. jaga lisan
sabar…sabar…
Komentar oleh muhammad faozy — May 30, 2006 @ 11:11 pm
Terus terang saya heran, kok masih banyak juga orang ngga mikir untuk jadi pengikut setia atau pembisik2 gusdur, padahal kita sudah sering mendengar kelakuan gusdur yang nyeleh, yang sembarangan ngomong, yang katanya intelektualnya tinggi, tapi sikapnya kayak orang yang ngga punya pikiran. Seharusnya gusdur itu sydah harus insyaf, sadar, dan bertaubat. Jangan lagi berbuat hal-hal yang bisa buat orang bertengkar, saling menuduh,menjelek-jelekan satu sama lain yang ujungnya perpecahan antar umat islam.Kita harus belajar dari sejarah, dari dulunya umat islam itu hancur karena gara2 hal seperti ini,akhirnya masuk pihak ke3 dan mengadu domba ( kalo dulu ada istilah de vide at impera, apa betul tulisan saya juga sudah lupa, abis pelajaran sd, smp seeh…hehehe).Saya pernah melihat waktu gusdur dibaptis digereja.saya punya VCDnya.emang ngga ori lagi, tapi saya copy dari VCD orinya.Disitu gusdur dijanjikan akan disembuhkan penyakit matanya,saya akhirnya jadi bertanya-tanya dan bingung sendiri, gusdur itu agama islam atau udah pindah ya????entahlah kawan, hanya tuhan yang tau…….( “sambil ngurut kening…*&$#???)
entahlah mas Zufar…saya sendiri tidak mengerti kok…
Komentar oleh zufar sahara — May 31, 2006 @ 10:26 pm
Sekali lagi saya himbau kepada pengikut setia gusdur, yang loyal dan terus setia kepada gusdur, apakah saudara tidak memikirkan segala tindak-tanduk gusdur itu justru memecah-belah kita selaku umat seagama?terus terang saya heran, saaaaaangaaaat heran sekali, kenapa segala kebodohan yang dibikin gusdur kok malah di ikutin???sadar hai kawan….saya kenal banyak kyai( walaupun mungkin kyai lokal…ataupun yang sering nongol di tipi, kebanyakan mereka itu berusaha membawa umat kejalan yang benar, jalan kedamaian, penyejuk hati, pemersatu umat).tapi, sama kyai yang satu ini, yang mungkin selalu jadi panutan sama segelintir orang(maaf sebelumnya,sebab, setahu saya islam di indonesia luas, dari sabang sampai merouke, dari pulau sumatra, jawa, bali, kalimantan, sulawesi, papua, setahu saya yg fanatik gusdur hanya dijawa, dan itu hanya sebagian kecil)selama ini gd selalu berusaha memecah belah umat dengan ucapan yang kontroversial, tindakan yang tidak sesuai dengan ajaran qur’an(seperti yg saya uraikan diatas, saya punya VCD pembaptisan gusdur!!)dan mungkin masih banyak lagi….(mungkin kawan2 lain ada yg lebih banyak referensinya dari saya).sekali lagi saya ingatkan, coba fikir lagi bagi kawan2 yg sekarang masih terus memuja gusdur, menjadikan gd panutan, dan mungkin ingin menjadikan presiden lagi( saya berdoa semoga jangan sampai gd jadi presiden lagi, saya pribadi malu…kayak ngga ada orang yg lebih baik dari gusdur, biar dari segi pemikiran maupun fisik.FISIK…????ya…fisik, sangat berperan dalam kinerja seseorang.tidak ada alasan untuk bantah hal tersebut…tul ngga!saran saya, mending gusdur lebih istirahat total, lebih mendekatkan diri kepada allah swt (kalo masih agama islam, tapi lako ngga…:) )atau pulang kedesa, hirup udara segar, dan selalu berdoa semoga saat ajal menjemput nanti, dikau udah siap, ok gus…salam hangat dari saya singa gurun….!!!!!!
hwaduh…sabar mas Zufar…jangan emosi..
Komentar oleh zufar sahara — May 31, 2006 @ 10:46 pm
siapa yang merasa terpecah belah… siapa ???
aku yakin orang orang yang merasa terpecah belah itulah orang2 yang berselisih.. ingat orang yang berselisih itu di benci alloh.. kaloau kita gak merasa berselisih lenapa harus merasa terpecah belah.. saya malah lebih heran kepada Mr. jufar .. waduh hati2 tentang paparan anda .. bisa menjadi fitnah.. pernah anda berdialog dengan gusdur langsung dan menanyakan hal2 yang anda sebut diatas.. kaloau belum hati2 mas malah bisa jadi fitnah.. mendingan kita jaga hati.. filter informasi.. dan jada diri dari mendekati hal2 yang membawa ke dosa.. saya fikir itu lebih baik.. maaf bukan berarti saya pengikut gusdur tapi.. kita sama sama muslim.. .. dan pastidong tau batasa2 seorang muslim..
maaf dan terimakasih
wah…sabar…sabar..
Komentar oleh muhammad faozy — June 1, 2006 @ 10:26 pm
….duhhh Gusti ………web site ini mengapa jadi tempat tuk ngomongin orang
saya orang yg sedikit ilmu ini jadi malu baca web ini.kebenarankah ….. fitnahkah…..…ya Allah apa maaf itu ada…. dihati kami……kebencian itu tertaut pada diri atau hati…
hmmm….terima kasih komentarnya mbak Daku
Komentar oleh daku — June 3, 2006 @ 5:09 pm
Menurut saya,Dalam dialog tersebut ada kata kata yang terpotong sehingga menimbulkan kontra yang tajam.Yang memotong dialog tersebut adalah pihak yang mengeluarkan pertama yaitu JIL,tujuannya tak lain memang menciptakan kontra,dan ini berhasil.Coba kita lihat di block resminya gus dur yang berjudul gus dur kritik otak porno.semuanya insyaallah akan jelas
memang JIL adalah pengecut kok
Komentar oleh assyaukany — June 4, 2006 @ 1:19 pm
KH. Gus Dur dah bukan sekali ini saja bikin ulah. Menyakiti kaum muslimin baik sengaja atau guyon waton sa’ udele dhewe.
Benarlah hadist Rasulullah yang menyuruh hati-hati dalam guyonan yang kelewatan karena bisa meMATIkan HATI.
Orang yang sudah tahu ketidakwarasan Gus Dur dan masih juga membelanya adalah lebih tidak waras.
KH. Gus Dur yang dipuja2 banyak orang dan bahkan sampe dianggap wali… (wali setan mustinya, wa naudzubillah) tentu bukan anak kemaren sore yang nggak tahu menahu kalau mengolok-olok Al-Quran itu dengan keyakinan ataupun kebodohan bisa membuat si pengolok dihukumi kafir/ murtad dari Islam. Al-Quran adalah kalamullah, berarti dia sudah membuka konfrontasi langsung dengan Allah.
TIDAK TEPAT KALAU beliau DIMINTA UNTUK ISTIGHFAR…!!! Tetapi lebih berat lagi yaitu disuruh mengulang SYAHADAT.
Bersyukurlah beliau ini hidup di negeri sekuler macam Indonesia ini. Kalau tidak, tentulah sudah lama beliau ini jadi kompos.
Orang yang sombong(tidak mau menerima kebenaran), ahlul bid’ah macam beliau ini baru mungkin akan sadar kalau sudah nyawa di ujung leher. Antek2nya, fans beratnya, dan orang2 yang (ikut2 buta) mengikutinya, menyebarkan pemahamannya akan semakin menambah berat gudang dosa yang beliau pikul.
Tidakkah sebagian kalian yang ada di sini membaca bahwa Allah juga melaknat ABU LAHAB(dengan MENYEBUTKAN NAMANYA) di dalam Alquran padahal beliau dulu juga dikenal suka memberi makan para peziarah Kabah?
Membicarakan keburukan ahlul Bidah dan wali setan macam beliau ini adalah kewajiban untuk mengingatkan ummat akan bahayanya dan jangan sampai mengekor. Fanatik hanya untuk Rosulullah.
Semoga Gus Dur masih diberi Hidayah Taufik oleh Allah azza wa jal untuk rujuk, kembali ke Islam yang lurus.Amiin
wah…komentarnya mas Bujang lebih pedas dari isi artikel ini malah….hihihi..
sabar mas Bujang…
Komentar oleh Bujang — June 7, 2006 @ 9:41 am
Mas Bujang, Bener Banget tuh…..
terima kasih komentarnya, mas Sugeng
Komentar oleh NoName — June 8, 2006 @ 3:39 pm
Saya rasa Gus Dur memiliki kecerdasan intelektual yg memang sedikit rumit untuk diikuti oleh khalayak umum seperti saya . namun bila ditelaah lebih dalam akan maksud maksud yg diutarakan Gus Dur dalam setiap kesempatan….Saya menjadi yakin bahwa beliau memang memiliki tingkat pemahaman yg luar biasa….
tapi mas Ardians, mestinya beliau menyampaikan dg bijak, dengan kata2 yg bisa dimengerti orang banyak… Rasululloh SAW sendiri yg ilmu agamanya langsung dari ALLOH SWT, senantiasa berdakwah dg bahasa yg dimengerti khalayak
Komentar oleh ardians — June 9, 2006 @ 10:14 am
GD sudah tidak didukung lagi oleh sebagian besar kaum NU, dia lebih banyak didukung oleh golongan liberal yang menolak RUU APP. Kalau dia mengaku seorang penganut paham demokrasi (baca: demo crazy), alangkah baiknya dia memberikan statement yang cerdas tanpa menimbulkan polemik. Permasalahannya dia menyebut Al-Qur`an yang notabene adalah kitab suci umat Islam, tentu ini sangat disesalkan.
Saya mohon, kepada saudara-saudara fans GD untuk tetap kritis, jangan karena kultus individu kebenaran dikesampingkan. GD bukan malaikat yang selalu benar, dia adalah manusia biasa seperti kita yang butuh nasihat. Wassalam
sabar mas Hasan…
terima kasih komentarnya
Komentar oleh Hasan — June 9, 2006 @ 2:29 pm
Ass. Wr. Wb.
wa’alaykumsalam wr wb
Musibah yang sebenar-benar musibah adalah ketika manusia sudah kehilangan akhlaq yang baik, jalan terbaik untuk mencapai akhlaq yang baik adalah setiap pikiran, ucapan, dan tindakan kita harus selalu berbanding lurus dengan ketentuan Al’Quran. Sebagaimana disampaikan oleh Aisyah RA, bahwa Al Qur’an berjalan adalah Rasullullah SAW, maka dengan melaksanakan sunnah Rasul, insyaAllah kita terjaga dg akhlaq Al Qur’an dan selamat dunia-akhirat. Jika konteks wawancara GD di JIL yang pada akhirnya menimbulkan Pro-Kontra, maka yang terbaik bagi kita adalah:
1. Menelaah apakah Rasul pernah mencontohkan, atau paling tidak pernah melakukan sesuatu yang mempunyai equalisasi/padanan dengan konteks wawancara di JIL itu?, jika dari berbagai sudut tidak bisa di equalisasi dengan sunnah Rasul, maka itu jelas tidak dibenarkan.
2. Dalam berkomentar haruslah merefer kepada sunnah Rasul yang berbunyi: “siapa yang membuka aib sudaranya, maka akan terbukakan aibnya oleh Allah SWT di dunia dan akhirat, siapa yang menutup aib saudaranya, maka akan tertutupkan aibnya oleh Allah SWT di dunia dan akhirat”. Jadi menjauhkan diri dari membuka aib GD adalah akan menjaga kita dari ke-obyektifan pendapat kita.
3. Segala Pikiran, ucapan dan tindakan kita haruslah me-refer kepada sunnah Rasul SAW, sebagaimana sabda beliau SAW;”Barang siapa menghidup-hidupkan sunnahku, maka dia cinta kepadaku, barang siapa cinta kepadaku, maka dia akan bersama aku di Surga (sambil merekatkan jari telunjuk dan tengah beliau SAW, sebagai tanda dekatnya)”
Yakinlah bahwa kesemua yang terjadi ini (pro-Kontra) tidak akan mengurangi Kebesaran dan Kebenaran Allah SWT. Dalam kondisi apapun, istighfar haruslah terus terkumandang dari mulut dan hati kita agar kita terjaga dan sadar bahwa manusia adalah tempatnya salah, sebagaimana dibiasakan oleh Rasul SAW, meskipun beliau SAW adalah manusia Machsun.Semoga bermanfaat.
wah…terima kasih sekali komentarnya, mas Luthfie
Wass. Wr. Wb.
wa’alaykumsalam wr wb
Komentar oleh luthfie — June 13, 2006 @ 2:06 pm
saya ambil dari komentar pendukung GD
( maaf anda fikir mencemoohkan orang lain tanpa klarifikasi yang clear, apa itu bukan perbuatan salah.. waduh.. subhanallah .. maaf.. maaf.. sekali lagi maaf.. INTINYA LEBIH BAIK KITA BERHATI-HATI.. berhati2 bicara dan hati hati kalau KOMENTAR.. takutnya masalah ini jadi besar karena KOMENTAR-komentar sepihak.. wah.. gawat ini..)
MENYARANKAN ORANG BERHATI2 BERBICARA KENAPA TIDAK MENYARANKAN GD AGAR BERHATI2 BER BICARA
(tapi lihat dulu orangnya!gusdur seorang ahli filsafat dan tasawwuf yg ucapannya hanya bisa di mengerti oleh mereka yg menguasai kedua ilmu tersebut.bukan orang2 seperti kalian, cengos tapi polos tak mengerti teori berdialektika,padahal jka orang2 berhenti sejenak tuk berfikir tentang maksud gusdur)
BERARTI YANG MENGADUKAN GD ATAS PENGHINAAN TERSEBUT ( ULAMA) TIDAK MENERTI ILMU TASAWUF DAN FILSAFAT,.. CKCKCK
Indonesia mayoritas islam ( ada undang2 porno ko malah di tolak ) yang nolak islam lagi alah2,.. geleng2…
IKUTILAH AJARAN ALLAH S.W.T DAN NABI MUHAMMAD S.A,W YANG SEBENAR2NYA YANG TERCERMIN DALAM AL-QURAN DAN AL-HADIST.
sabar mas Makhful…jangan ikut2 emosi..
terima kasih komentarnya
Komentar oleh Ikhtiar & tawakal — June 14, 2006 @ 2:11 pm
kayaknya,,,mereka yg terus2an nyalahin gusdur gak nyambung2 deh ama komentar pertamanya gw.
padahal maksud gw …ya jangankan ucapan gusdur ,,ungkapan tuhan dlm al quran skalipun,,,, kalau di fahami spotong2 dan di baca spenggal2 artinya justru malah bertentangan,maka bagaimana mereka menafsirkan ayat fawailul lil mushalliin (neraka wail lah tempat bg org2 yg suka shalat) dan wa makarallaah wallaahu khairul maakiriin(dan Allah tlh berbuat makar dan Allah lah yg paling makar dr sekian banyak org2 yg berbuat kemakaran).nah dari 2 penggalan ayat di atas tadi..jls al quran pun bisa di plintirkan oleh org2 yg mempunyai kepentingan politik dan bisa di salah fahami oleh org2 yg berotak tapi tak berakal sehat.,,apalagi ucapan gusdur…..
tapi org yg brakal sehat pasti akan bertabayyun (berkonfirmasi) terlebih dahulu kpd gusdur bkn lantas memelintir ucapannya demi kepentingan politik atau ingin menarik simpati publik seperti yg di gembor2kan oleh preman preman berjubah dan bersorban putih,mirip kayak telur kacingcalang…..
wah…mas Deden benar2 pendukung GD sejati…
Komentar oleh deden sajidin — June 21, 2006 @ 7:03 am
Ass. wr wb
Mengapa harus bangga Kalo si Abdurahman Wahid adalah ahli tasawuf? (mengutip dari http://smd.atibidah.net)Katakan, Tasawuf bukan Islam!
Berikut ini kami jabarkan dengan ringkas tentang pertanyaan :
“apakah tasawuf bagian (kelompok) Islam ?”
Maka katakan:
Tasawuf ber-aqidah Sufi, karena tasawuf berbeda dengan aqidah ahlussunnah wal jama’ah yang merujuk pada al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih.
Jika ditanya: ‘ Bukankah dia juga menggunakan al-Qur’an dan Hadits’ ?
Maka katakan: Tasawuf melencengkan makna al-Qur’an dan tokoh tasawuf tidak ada yang menjadi ahli hadist, bahkan sebaliknya mereka ahlul kalam semua.
Para tasawuf menetapkan ‘ilham’ merupakan wahyu yang dimiliki para wali mereka hingga sekarang. Sehingga mereka mendapat petunjuk dari Tuhannya kapan saja baik saat terjaga atau mimpi.Tafsir mereka adalah isyarat, dimana setiap huruf pada al-Qur’an mengandung makna yang tidak diketahui oleh siapapun kecuali wali mereka termasuk Nabi Muhammad Shalllallahu ‘alayhi wa sallam, sehingga penafsiran ayat pada al-Qur’an yang dianut oleh agama Islam tidak sama dengan mereka.
Allah ta’ala menurut tasawuf dan tarekat lainnya dapat berada (wihdatul wujud) pada makhluk yang diciptakan, bahkan pada kambing sekalipun.Rosulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam menurut tasawuf tidak mengetahui apa-apa tentang ilmu agama Islam, sebaliknya tarekat lainnya meyakini bahwa Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa sallam adalah Allah ta’ala yan bersemayang di ‘Arasy.Wali yang sudah mencapai tingkatan alim, keramat juga sempurna menurut tasawuf adalah lebih mulia dari pada seoarang Nabi.Mereka memiliki dewan wali yang berkumpul di Goa hira, untuk menunggu takdir-takdir manusia.Surga tidak pantas dicari menurut tasawuf, karena akan mengurangi kesempurnaan, sebaliknya neraka adalah tempat yang paling nyaman dan nikmat bagi tasawuf.Fir’aun dan Iblis adalah mahkluk yang paling bagus aqidahnya, karena tidak mau sujud kepada Nabi Adam ‘alayhis salam, dan tidak patuh kepada Allah ta’ala dengan mengatakan “Akulah Tuhanmu yang paling tinggi, dan fir’aun termasuk orang yang beriman dan masuks surga.Tidak jelas siapa Nabinya, apa Kitabnya, Siapa Tuhannya.Katakan 10 alasan itu untuk menolak ajaran tasawuf di tempat anda, jika mereka mengelak dengan alasan yang ada, maka katakan padanya ” Sesungguhnya hanya ada 2 kelompok yang dapat selamat dari mereka ”
Orang awam, yang baru mau mengenal tasawuf. Maka ajaklah dia untuk menghindari pengajian-pengajian tasawuf ditempat anda.Orang yang sudah sampai tingkat atas dan mendapatkan hidayahNya, maka dengan sendirinya akan mengakui kerusakan tasawuf seperti Imam Ghazali.Adapun orang yang kamu dapati sampai sekarang masih sibuk dengan tasawuf, mencari tahu hakikat Allah ta’ala, meneliti perkara ghaib yang hanya Allah ta’ala yang mengetahui, maka menghindarlah, tutup telinga anda mendengar ocehannya, jangan membaca buku-buku mereka, jangan duduk-duduk dimajelis mereka, jika bertemu tokoh mereka…larilah!!
Jadi kesimpulan gampangnye kalo kita ketemu abdurahman wahid si ahli tasawuf (katenye sih) maka hidarilah segera.
Orang2 yang bangga disebut nadliyin (ormas pendukung berat Si GD) ini pun harus di sentil lagi tingkat keimanan (ISLAM)nya. mereka panutannya adalah GD atau Nabi Muhammad SAW sih????
kalo panutannya / idolanya adalah GUSDUR…. astagfirullah…. istighfar mas….
tugas kita sebagai sesama muslim adalah sekali lagi mengingatkan…
wassalam
terima kasih atas sumbangan artikel + komentarnya, mas Singodimedjo
Komentar oleh Singodimedjo — June 21, 2006 @ 3:39 pm
aq setuju ama komentar nya sdr Bujang..bahwa fanatik hanya untuk rosululloh saw.sedangkan gusdur adalah salah seorang ulama,dan Bujang harus tau bahwa ulama adalah pewaris para Nabi,,,,heh Bujang…ente pernah ketemu langsung gak ama gusdur???? pantesan lo blum kenal jgn sok ngomentar deh!!!!ama org yg lom lho kenal….bahaya ente….
lho..pewaris Nabi belum tentu levelnya sama dengan Nabi, lho…
hati2 dalam beranalogi…
Komentar oleh gatal getol — June 22, 2006 @ 10:38 am
dan aq bangga jg ama komentarnya Al ustadz SINGODIMEDJO yg katanya kita harus mengikuti Nabi saw.tapi dia sendiri malah manggil GD dgn sapaan “si”,,,,,oh egitukah cara nabi ketika mengingatkan seseorang?????dan ustadz SINGODIMEDJO knapa antum bicara2 tasawwuf secara panjang lebar???? gak ilmiah banget deh ustadz….sebelum antum bercerita soal tasawwuf secara panjang lebar, ya definisikan dulu tasawwuf itu apa ustadz????? biar gak ngelantur persoalannya githu lho.jangan2 yg tasawuf yg ustadz bilang sesat adalah tasawwuf yg ada dalam tashawwur ustadz sendiri……ya jgn salahkan tasawwuf nya lah !!!!tapi persepsi sampean yg harus dibenahi terlebih dahulu!!!!!klo pengen tau tasawwuf …gak cukup buka satu situs/website donk coy,,,apalagi klo cuma copy paste
anak SD pun bisa,,,,dan ngandelin gituan bkn faham namanya…..coba ya jgn menampakkan bgt deh ketinggalannya,berusaha ilmiah donk!!!!meskipun ustadz SINGODIMEDJO bukan sosok seorang akademis,klo ilmiah pemaparannya ya… sip.. khan……
pamit dulu ya ustadz,wassalam
hwalah…kok jadi merembet ke masalah pribadi??
sabar…sabar…
Komentar oleh gatal getol — June 22, 2006 @ 11:08 am
“Abdurrahman Wahid dan tokoh JIL lainnya sebaiknya jangan disebut ulama. Salah besar kalau kita mengatakan demikian. Yang benar, mereka adalah tokoh yang sering bicara tentang Islam, lepas dari benar atau salah.
Adapun kriteria ulama, sungguh sangat-sangat jauh dari sosok mereka. Abdurrahman Wahid tidak pernah duduk di bangku kuliah syariah, dia hanya duduk di bangku kuliah sastra di Iraq, setelah sebelumnya gagal studi di Mesir. Iraq saat itu sedang dilanda demam sosialis, di mana para mahasiswanya pun tidak sedikit yang terkena dampaknya.
Pernyataan ini bukan pernyataan provokatif, melainkan pengakuan Abdurrahman Wahid sendiri. Dia pernah bercerita tentang bagaimana kehidupan masa lalunya belajar di negeri orang serta kecenderungannya dalam masalah ilmu yang dipelajari.
Oleh sebab itu, sebagai orang yang tidak berada dalam kapasitas sebagai ulama syariah, pernyataannya tidak perlu dijadikan rujukan masalah syariah. Kita tidak perlu pusing-pusing bila ada orang yang seperti itu.
Yang perlu kita pahamkan kepada masyarakat adalah menjelaskan perbedaan antara ulama dengan bukan ulama. Pendapat para ulama yang hakiki tentunya perlu disimak dan didengarkan. Misalnya saja ulama kaliber international seperti almarhum Syeikh Bin Baz, Syeikh Al-Utsaimin, Dr. Wahbah Az-Zuhaili, Dr. Yusuf Al-Qaradawi, Dr. Muhammad Al-Ghazali, Dr. Musthafa Al-A’dhzami, Dr. Said Ramadhan Al-Buhti, Dr. Musthafa As-Siba’i dan lainnya.” (Dikutip dari eramoslem.com, ustadz menjawab, by Ust. Ahmad Sarwat, Lc.06 Juni 2006).
Kita rasa sudah jelas dan transparan bukan?? Mana yang layak menjadi panutan kita. Jangan salah memilih teman!!
terima kasih untuk sumbangan informasinya, mas Hasan
Komentar oleh Hasan — June 26, 2006 @ 11:21 am
Kembali ke thread awal, yang punya blog ini sepertinya suka menyebarkan fitnah dan kebohongan. wawancara dg Gus Dur yg katanya dipetik dari situsnya JIL, kalo anda telusuri link/url-nya, nyata2 tidak ada tuh ungkapan/kutipan seperti itu.
Kalo main kayu gini ya repot.
Ngapain juga ditanggepin.
ah…mbak Ira tidak teliti…
silakan dicek lagi mbak…
Komentar oleh ira — June 27, 2006 @ 11:34 am
betul banget,,,,,,,yg diungkapkan temen aq Ira…soalnya, klo di telusuri dr sumber aslinya… justru merekalah (grup tolol FPI)yg memojokkan gusdur ,DAN UCAPAN GUSDUR YG MAKSUDNYA BENER MEREKA PLINTIRKAN DGN MAKSUD MENFITNAH,…
mbak Nadya coba cari lagi yg teliti ya??
Komentar oleh nadya ambarwati — June 27, 2006 @ 2:52 pm
DAN temen aq yg satu ,,,,HASAN,,,TUH namanya,,,,tolol bgt ,
ngapain jauh2 ngebahas perbedaan yg ulama dan yg bkn ulama,,,,,,????
yg penting siapapun orangnya yg ngomong wajib kita teliti ,,jgn difahami sepintas lalu donk!!!!apalagi ucapan GUSDUR yg berwawasan international dan berilmu agama tinggi dibanding kita ,Coba mas HASSAN pernah megang apa coba????
jd pengasuh pesantren pernah gak? jadi ketua perdamaian dunia pernah? ketua ormas islam terbanyak pernah??? jadi presiden mas hassan pernah?????
jgn macem2 HASSAN,,kamu bukan levelnya buat ngukur dia
,,,wong,,,,ulama setimur tengahpun pd tau ungkapan gusdur tersebut……tapi mereka diam dan ngerti maksud gusdur,,,,FPI aja yg kbakaran jenggot,,,sok alim nafsuan dan provokatif gt,,,,,
halah, mbak Nadya…kok jadi mengarah ke pribadi mas Hasan?
Komentar oleh nadya ambarwati — June 27, 2006 @ 3:05 pm
Anda (mba nadya yang pinter..???)telah mementahkan statement Anda sendiri. Anda mengatakan “yg penting siapapun orangnya yg ngomong wajib kita teliti ,,jgn difahami sepintas lalu donk!!!!”
Kalau Anda konsekuen, tentu kita tidak usah menunggu menjabat suatu ormas tertentu atau menjadi pengasuh pesantren, untuk mengkritik seseorang. Bukan jaminan bahwa orang-orang yang pernah menjabat pada posisi tersebut bebas dari kesalahan atau ma’shum.
Ulama timur tengah diam saja…??? Anda punya data?? Please deh, ente jangan taklid buta gitu dong, kritis dikitlah!!
wah…komentar balik yg elegan, mas Hasan..jangan terbawa emosi ya??
Komentar oleh Hasan — June 28, 2006 @ 10:25 am
tuh khan….masih aja lom nyambung,,,maksud gw klo gusdur aja yg udah berwawasan international pernah minpin ulama,pernah minpin bangsa , gak lepas dr kesalahan, ya,,,apalagi ente hasan….ato temen2 ente yg otak nya nyalahin trus bisanya,,,ente lbh gak maksum . logika nya gak rumit kok.tp klo ente pengen nyalahin trus gusdur,berarti entenya yg maksum.titisan nabi.trus klo emang ada komentar dari ulama tinteng yg validitas keulamaannya diakui ya mana coba,,,,????ada gak datanya????lho ,,,,,ke timteng aja lom pernah sik tau,plg2 klo udah cuma hajian dong,.ya pantes,,lah.
mbak Nadya…silakan berkomentar dg bahasa yg baik…
jangan menghina pribadi mas Hasan…
Komentar oleh nadya ambarwati — June 29, 2006 @ 12:31 pm
POKOKNYA JGN SOK TAU TTG ULAMA TIMTENG BG YG LOM PERNAH KESANA,DAN JGN NGOMONG2 SOAL GUSDUR BG YG LOM KENAL AMA DIA.HASSAN,,,,,,,,KETEMU AJA AMA GD LOM PERNAH KHAN?
ck ck ck…mbak Nadya kok ‘kasar’ sekali komentarnya…
Komentar oleh nadya ambarwati — June 29, 2006 @ 12:37 pm
huh HASSAN HASSAN,,,,,,APES LHO YA,,,,,,,
EMMMMANG,,,, ENAK DIMARAHIN AMA CEWEK…..EH,,,,,Mbak Nadya…..orang sakit kaya SI HASSAN,,,,jangan dimarahin dong….sayangi dia,,,peluk dia ,,,kecup dia….suruh minum obat paramex,,,,jgn minum [sensor] terus gt,,,,,mo [sensor]??????? ngerrres
ck ck ck…ada lagi pengecut yg malah mengadu domba…
Komentar oleh dunia lain02 — June 30, 2006 @ 10:38 am
Afwan, ga perlu emosi dan bicara kasar seperti itu,…ane malah geli dengan kalian. Jangan marah lah! Be patient man!
Ane pernah ketemu GD di sebuah forum di Jawa Timur, bahkan ane nuntun tangan beliau….tepatnya sehabis beliau ngisi acara di Jawa Timur.
Jujur aja, ane males nanggepin ente yg bisanya cuma maki dan ngomong kasar, mendingan ane kasih buku aja ya, judulnya “Al-Qur’an dihina Gus Dur” terbitan hujjah press. Serius ni, ente kasih alamat aje, ntar ane paketin. Trus, ente baca dengan seksama ok!
balasan yg elegan mas Hasan…tetap cool ya??
Komentar oleh Hasan — July 1, 2006 @ 9:04 am
tuh khan,,,,,skarang ktauan klo Hassan adalah “SALES MAN”….pake promosi sgala……trus ngaku2 prnh nuntun GD lg,,,,,keterlaluan bgt lho,,,,,,mmmang nya lho iapanya GD? yg megang dia gak sembarang org deh…..dan jls ktauan skrg,,,buku yg kau tawarin buat aq itulah yg memberikan ispirasi atas pandangan miringmu thdp GD,seandainya hassan melakukan klarifikasi langsung pd GD,gw yakin klo pandanganmu akan lurus gak bakalan terpengaruh buku2 yg dikarang oleh org2 yg sentiment pd GD.
duh…mbak Nadya..mbok jangan provokatif dalam berkomentar..
Komentar oleh Nadya ambarwati — July 1, 2006 @ 10:21 am
Mba Nadya yang budiman, silakan ente ga percaya. Tapi ane bicara sesuai fakta, waktu itu GD abis ngisi acara dialog Nasional di sebuah perguruan tinggi di Jawa Timur. Ente hati-hati dalam bicara, apalagi jika belum kenal orangnya.Apakah ente gak ingat, mendiang kyai As’ad dari Asembagus, Situbondo, telah mengganggap GD adalah imam yang sudah kentut, artinya sudah batal.
terima kasih mas Hasan, anda tidak terpancing mereply dg kata2 yg kasar
Komentar oleh Hasan — July 1, 2006 @ 10:55 am
HASSAN,,,,,,HASSAN,,emang kmauanmu utk ikut campur dlm mslhnya GD,,sgt besar,,,,tp sayang,,,u terlalu cpt ngambil kesimpulan dgn tanpa melirik aspek sosial dan politik dlm sebuah konflik.
dulu jika kiai marah bukan artikulasi nafsu, sebaliknya untuk meluruskan, ngemong dan bahkan untuk melindungi karena ngeman kadernya. Kasus ini bisa kita lihat dalam konflik KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan KH R As’ad Syamsul Arifin, pengasuh Pesantren Asembagus Sukorejo Situbondo. Saat itu Kiai As’ad menyatakan mufaraqah (memisahkan diri) dari kepemimpinan Gus Dur sebagai ketua umum PBNU. Di koran-koran ditulis bahwa Kiai As’ad marah besar terhadap Gus Dur. Karuan saja para kiai kalang kabut. Para kiai pun banyak yang sowan Kiai As’ad baik untuk meredam, klarifikasi maupun minta penjelasan. Salah satu kiai yang mendatangi Kiai As’ad saat itu adalah KH Chotib Umar Jember.
Lalu apa kata Kiai As’ad? ”Siapa yang mufaraqah? Itu hanya strategi karena Soeharto (Orde Baru) mau membunuh Gus Dur,” kata Kiai Chotib Umar menirukan jawaban Kiai As’ad. Kiai Chotib Umar pun mafhum. Karena itu ia tak risau meski di koran-koran masih ramai tentang berita konflik Gus Dur dan Kiai As’ad saat itu. Jadi ”kemarahan” Kiai As’ad kepada Gus Dur yang disiarkan lewat publik justeru untuk melindungi Gus Dur. Ini tentu starategi politik tingkat tinggi yang bisa jadi tak pernah diketahui publik, termasuk kader NU.
Selain Kiai Chotib Umar yang sempat datang ke Kiai As’ad adalah KH Muchit Muzadi. Kiai khittah ini mengaku sempat masuk ke kamar Kiai As’ad ketika konflik dengan Gus Dur itu meluas. Kiai Muchit menyarankan agar Kiai As’ad memarahi Gus Dur langsung ketika berhadapan dengan cucu pendiri NU Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari itu. Lalu apa respon Kiai As’ad? ”Saya kalau berhadapan dengan Gus Dur yang tampak malah wajah Kiai Hasyim Asy’ari,” kata Kiai As’ad seperti ditirukan Kiai Muchit.
hmmm….ada referensinya, mbak Nadya?atau hanya komentar sepihak saja??
Komentar oleh nadya ambarwati — July 2, 2006 @ 11:15 am
makanya gw blg klarifikasi itu perlu,,,,,jgn asal tangkap2 aja ,,,,
karena yg sering km dengar lom tentu benar,,,,sayang,,
terima kasih untuk mengurangi komentar yg kasar, mbak Nadya
Komentar oleh nadya ambarwati — July 2, 2006 @ 11:19 am
Jujur aja ane salut dg kegigihan neng nadya dalam membela GD, salut…salut…
Mungkin untuk masalah yg satu ini kita berbeda pendapat, moga tidak merusak ukhuwah islamiyah kita. Amin.
Ane rasa udah nyampe tahap final pada kesimpulan, ente sangat tersinggung dan marah ketika GD dikritik dan disalahkan. Tapi ane lebih tersinggung ketika ada orang yg berani melecehkan Al-Qur`an.
terima kasih telah ‘meluruskan’ tujuan kita berdiskusi di sini, mas Hasan
Komentar oleh Hasan — July 4, 2006 @ 11:09 am
setelah anda mengungkapkan salut,,,,,aku menganggap tak ada gunanya ucapan tersebut,,,,,,,krn yg kupinta drmu wahai kasih… km bs mencari kebenaran dgn cara lemah lembut,,,,,,,,,,,,,,,,klo anda mase merasa tersinggung dgn ucapan GD,,,dan menganggapnya melecehkan al quran…maka salahkan lah persepsi anda sendiri,,,akan ucapan siapapun…..klo anda merasa tersakiti olh ucapan seseorang,,,,
cepat tanyakanlah pdnya,,,akan maksud sesungguhnya,,,niscaya anda akan tenang…..
keresahan ,kegelisahan,,,,semuanya ada dan timbul dari hatimu sendiri yg kerap tak mau menerima penjelasan org lain,,,dan enggan berklarifikasi,,,,org yg beriman dan bertaqwa selalu memelihara prasangka baik ,,,krn prasangka buruk hanya dpt menyiksa para pemiliknya….
jd bila kau tersinggung ,,,,tersakiti,,,gelisah,,,dan resah,,,salahkan lah diri sendiri,,,krn justru menyalahkan orlain itulah yg membuat diri jd cape dan payah.
“alaa inna auliyaa Alloohi laa khaufun ‘alaihim walaa hum yahzanuun”
bgmn tdk???,,,krn mereka(pr kekasih Allah) sgt fokus & sibuk membenahi aib dan dosa diri mrk sendiri……wallohu a’lam bi man huwa ahdaa sabiilaa.
hihihi…tumben mbak Nadya berpantun
nah, begini dong…tidak banyak kata2 yg kasar…
Komentar oleh nadya ambarwati — July 4, 2006 @ 2:24 pm
Ok deh, sudah lama ane gak ketemu GD, insya Allah kapan-kapan ane ajak dia ngobrol2 en ngopi bareng. Tentu di tempat yg tenang dan damai, tidak di tempat seperti 68H.
Wait 4 me GD, i’ll be there……
saya tunggu kabarnya, mas Hasan..
Komentar oleh Hasan — July 4, 2006 @ 3:49 pm
gt donk,,,,,sayyyang,,,,eh,,,,mas hassan ngomong2 gak pengen ketemu nih ama ane?maen donk sini,,,,mang km dmn sih?km mase single khan,,,,,,
mau donk……………….
ehm…ehm…ini bukan blog tempat cari jodoh lho…
Komentar oleh nadya ambarwati — July 5, 2006 @ 2:45 pm
Mau nih jadi istri keempat ane, hehehe…….Eh maap ama yg punya blog ini, ini sedikit menyimpang dari tema, afwan….
haha…aduh, saya jadi tertawa nih, mas Hasan
Komentar oleh Hassan — July 7, 2006 @ 9:48 am
Gus Dur, Al-Quran, dan Pornografi
Syahdan, Khalifah Harun al-Rasyid marah besar pada sahibnya yang karib dan setia, yaitu Abu Nawas. Ia ingin menghukum mati Abu Nawas setelah menerima laporan bahwa Abu Nawas mengeluarkan fatwa: tidak mau ruku’ dan sujud dalam salat. Lebih lagi, Harun al-Rasyid mendengar Abu Nawas berkata bahwa ia khalifah yang suka fitnah! Menurut pembantu-pembantunya, Abu Nawas telah layak dipancung karena melanggar syariat Islam dan menyebar fitnah. Khalifah mulai terpancing. Tapi untung, ada seorang pembatunya yang memberi saran, hendaknya Khalifah melakukan tabayun (konfirmasi) dulu pada Abu Nawas.
Abu Nawas pun digeret menghadap Khalifah. Kini, ia menjadi pesakitan. “Hai Abu Nawas, benar kamu berpendapat tidak ruku’ dan sujud dalam salat?” tanya Khalifah dengan keras.Abu Nawas menjawab dengan tenang, “Benar Saudaraku.”
Khalifah kembali bertanya dengan nada suara yang lebih tinggi, “Benar kamu berkata kepada masyarakat bahwa aku, Harun al-Rasyid adalah seorang khalifah yang suka fitnah?”
Abu Nawas menjawab, “Benar Saudaraku.”Khalifah berteriak dengan suara yang menggelegar, “Kamu memang pantas dihukum mati, karena melanggar syariat Islam dan menerbarkan fitnah tentang khalifah!”Abu Nawas tersenyum seraya berkata, “Saudaraku, memang aku tidak menolak bahwa aku telah mengeluarkan dua pendapat tadi, tapi sepertinya, kabar yang sampai padamu tidak lengkap, kata-kataku diplintir, dijagal, seolah-olah aku berkata salah.”
Khalifah berkata dengan ketus, “Apa maksudmu, jangan membela diri, kau telah mengaku dan mengatakan kabar itu benar adanya!”Abu Nawas beranjak dari duduknya, dan menjelaskan dengan tenang, “Saudaraku, aku memang berkata ruku’ dan sujud tidak perlu dalam salat, tapi dalam salat apa? Waktu itu, aku menjelaskan tata-cara salat jenazah yang memang tidak perlu ruku’ dan sujud.”
“Bagaimana soal aku yang suka fitnah?” tanya Khalifah.Abu Nawas menjawab dengan senyuman, “Kala itu, aku sedang menjelaskan tafsir ayat 28 surat al-Anfal, yang berbunyi ketahuilah bahwa kekayaan dan anak-anakmu hanyalah fitnah (ujian) bagimu. Sebagai khalifah dan seorang ayah, kamu sangat menyukai kekayaan dan anak-anakmu, berarti kamu suka “fitnah” (ujian) itu.” Mendengar penjelasan Abu Nawas yang juga kritikan, Khalifah Harun al-Rasyid tertunduk malu, menyesal dan sadar.
Rupanya kedekatan Abu Nawas terhadap Harun al-Rasyid menyulut iri dan dengki di antara pembatu-pembatunya. Kedekatan ini dibuktikan Abu Nawas memanggil Khalifah Harun al-Rasyid dengan kata “ya akhi” (saudaraku). Hubungan di antara mereka bukan antara tuan dan hamba. Pembantu-pembantu khalifah yang hasud ingin memisahkan hubungan akrab tersebut dengan memutarbalikkan berita.
***
Saat ini, kisah yang menimpa Gus Dur mirip cerita Abu Nawas. Tersiar desas-desus, Gus Dur mengatakan Al Quran adalah kitab suci porno. Menurut kabar angin itu pula, pernyataan Gus Dur tersebut diucapkan sewaktu acara “Kongkow Bareng Gus Dur” di Kantor Berita Radio (KBR) 68H Jakarta, yang mengudara saban Sabtu pukul 10.00 sampai 12.00 WIB. Kebetulan saya salah seorang pembawa dari acara tersebut. Karena tuduhan itu, Gus Dur diteror oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan Islam di Purwakarta (23/5).Seperti nasib Abu Nawas, pernyataan Gus Dur tersebut sengaja diplintir, dan dilepaskan dari konteksnya karena ada motif dan untuk tujuan tertentu. Padahal dalam acara kongkow tersebut, berkali-kali Gus Dur menegaskan bahwa konsepi porno ada dalam otak seseorang. Kita sering bilang, orang yang otaknya lagi ngeres, atau lagi “piktor” (pikiran kotor). Penyataan Gus Dur yang lengkap begini, “Porno itu letaknya ada dalam persepsi seseorang. Kalau orang kepalanya ngeres, dia akan curiga bahwa Al-Quran itu kitab suci porno, karena ada ayat tentang menyusui (al-Baqarah: 233) dan ada roman-romanan antara Zulaikha dengan Yusuf (Yusuf: 24).” Liciknya, mereka yang pernah juga menyebarkan fitnah bahwa Gus Dur telah dibaptis, menyebarkan bahwa Gus Dur telah berkata bahwa Al-Quran itu kitab suci porno.
Pemenggalan kata-kata tersebut sangatlah berbahaya. Kita bisa mengatakan Al-Quran mengecam orang yang salat ketika hanya mengutip ayat 4 dalam surat al-Ma’ûn, “maka celakalah orang-orang yang salat!” (fawaylul lil mushallîn). Padahal maksudnya orang yang melaksanakan salat tapi masih celaka adalah orang yang salat tapi lalai: ingin dilihat orang, dan enggan bersedekah-dijelaskan dalam tiga ayat sesudahnya.
Gus Dur memang tidak pernah sepi dari tuduhan tersebut. Dulu ia pernah dituduh ingin mengubah assalamualaikum menjadi selamat pagi, siang, sore, dan malam. Seperti Abu Nawas, Gus Dur dituduh ingin mengubah rukun salat, ketika menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mengakhiri salat bukan lagi assalamualaikum yang diucapkan, tapi, selamat pagi untuk salat subuh, selamat siang untuk salat dzuhur, selamat sore untuk ashar, selamat petang untuk salat magrib, dan selamat malam untuk salat isya’. Padahal Gus Dur mengatakan boleh mengganti assalamualaikum dalam konteks sapaan (greeting) bukan dalam salat.
Untuk itulah, bagi yang masih berakal sehat, akan langsung bertabayun kepada Gus Dur, bukan langsung menuduh, menyebarkan fitnah, apalagi melakukan tindak kekerasan. Bukankah menurut Al-Quran hanya orang fasiklah yang tidak mau bertabayun?
Penulis adalah presenter “Kongkow Bareng Gus Dur”
ehmm….saya tidak mau komentar banyak …
Komentar oleh agus — August 4, 2006 @ 9:57 pm
hebat dari pada nonton&beradegan porno
hahaha…mas Joko bisa2 saja…
Komentar oleh joko — August 19, 2006 @ 8:53 am
dari bagian atas dari blog ini selalu isinya saling mengancam, menjatuhkan, memperdebatkan. saya sadar memang yg namanya demokrasi dan kebebasan bicara itu dihargai namun sebuah diskusi yang baik itu mempunyai ujung pangkal dan bernilai mendidik serta memberi wawasan dan wacana baru, bukannya saling mendiskriditkan untuk mencari pembenaran masing-masing bukannya mencari kebenaran. saya setuju kepada yg menyarankan gus dur untuk istigfar karena sudah selayaknya manusia itu beristigfar kepada ALLAH, bukan suatu alasan kalau orang itu beristigfar klo hanya pada saat merasa bersalah saja. namun juga saya menghargai kepada teman-teman yg pro terhadap wacana gus dur tersebut, karena mereka juga memandang dari sudut pandang lain juga. marilah kita berbalik pada diri sendiri, dan menkaji diri sendiri apakah diri kita ini sudah menjadi hamba yang baik. tanpa mengatakan anda baik atau benar, jika anda itu baik dan bertindak benar saya yakin orang lain pun akan menilai anda benar-thx agus
Komentar oleh agus — September 5, 2006 @ 1:15 pm
Mas Agus bijaksana sekali,…memposisikan pada posisi yg netral, dan sejuk dalam beragumentasi. Barangkali ini PR buat kita umat Islam untuk mencari figur pemimpin yg mampu menyatukan seluruh aspirasi umat Islam di seluruh penjuru dunia. (Karena umat katholik saja memiliki paus, yg pengaruhnya sangat luara biasa, di dunia ini. Kenapa kita tidak?), kita sedang mengalami krisis kepemimpinan.Yang kita cari adalah pemimpin yg dapat diterima oleh seluruh kaum muslimin, bukan hanya golongan tertentu saja. Wahai saudara-saudaraku di seluruh penjuru dunia….bersatulah!!!Jangan terpecah belah, moncong meriam musuh sudah di depan mata, kobarkan semangat Jihad! Allahu Akbar!
Komentar oleh Hasan — September 7, 2006 @ 4:14 pm
kalau memang yang dibilang gus dur memang seperti itu lantas kenapa anda sekalian membelanya walaupun buat mengumpamakan(seperti cerita abu nawas tadi) kalau gitu kenapa di AL QURAN ditulis bahwa yang mengolok AL QURAN(MENGANGGAPNYA BERCANDA SEKALIPUN HANYA PERUMPAMAAN)dianggap KAFIR
Komentar oleh rangga — September 9, 2006 @ 8:39 pm
waduhh..saya jadi bingung nih dengan komentar mas rangga, sudahlah mas sebaiknya kita bertayabun kepada gusdur, apakah gusdur bicara dalam konteks bercanda yang sebenarnya atau nasehat yang dikemas dengan canda, sebelum saya sangat mohon maaf sama mas rangga dan yang lainnya
Komentar oleh syamsudin — September 15, 2006 @ 4:29 pm
Kalau ane cermati yg ngebela GD itu2 aja, tapi pake nama yg berbeda-beda. Soalnya intinya cuma satu, dia ga mau GD disalahkan atau dikritik. Kemudian dibungkus dengan ajakan bertabayun. Itu aja diulang-ulang.
Sekedar catatan Abu Nawas dengan segala anekdotnya dalam kitab “Al-Aghani” karangan Al-Ashfahani, sarat dengan kebohongan. Pendamping khalifah Harun ar-Rasyid adalah ulama-ulama besar seperti Abu Yusuf Al-Qadhi, Abdullah bin Al-Mubarak dan Imam Malik bin Anas, bukan pendongeng semacam Abu Nawas.
Komentar oleh Hasan — September 20, 2006 @ 9:12 am
“Kl ada sesuatu yg tidak berkenan buatmu mk hujatlah GD sepuas puasmu”,tp setelah itu cobalah kamu pahami dan mengerti tentang apa yg tlh disampaikan oleh GD (walaupun untuk itu dibutuhkan waktu yg lama),maka insyaALLah kamu akan menjadi lebih pintar,cerdas dan arif dalam menyikapi hidup ini.(Anda jgn membiasakan hanya berpikir dgn otak saja tetapi mulailah berpikir dengan perasaanmu)
Komentar oleh riefants — September 20, 2006 @ 2:56 pm
ass.mengenai masalah gusdur menghina qur’an apakah anda bener2x tahu dan ndengerin dg mata kepala anda sendiri? atau apa anda hanya ikut-ikutan islam garis keras yg merasa benar sendiri.saya berharap and tidak seenaknya ngomong yg isinya melecehkan orang lain,ingat dg kaum khowarij yg sangat radikal mereka apa anda pengen termasuk dalam katagori man tasyabbaha biqoumin fahuwa minhum. anda harus tau gusdur hanya bilang kalo otak kita dlm keadaan ngeres jika kita baca qur’an yg mbahas masalah menyusui. anda harus paham sebelum nuduh orang sembarangan apalagi gusdur seorang kyai hati-hati klo kwalat.wssalm
Komentar oleh gus yahya — September 21, 2006 @ 7:44 pm
ass.ingat siapa yang mengkafirkan saudaranya sesma muslim maka dia yg kafir.kalo anda gak ngerti apa yg disampein gd maka ngaji to-ngaji lan ojo ngrasani to’.wass
Komentar oleh gus yahya — September 21, 2006 @ 7:58 pm
he bung ingat utekmu durung nyampek makanya ngaji-ngaji lan ojo ngrasani,mungkin gd kaya’ gitu agar orang-orang yang kaya’ u seng seneng ngrasani ben gelem ngaji dan bisa memahami kata-kata gd.makanya fas alu ahladz dzikri inkuntum lata’lamun(teko’o karo wong seng ngerti kalo u gak ngerti;okrek wass
Komentar oleh gus yahya — September 21, 2006 @ 8:10 pm
Gus yahya ga usah nganggo ancem2an lah,trus gak perlu ngremehno wong liyo. Terus ojo terjebak stigma islam moderat, islam garis keras, fundamentalis dsb. Iku istilah teko musuh2e Islam, saiki jamane mempererat ukhuwah, masalah gak bakalan rampung.
Saiki sing ndukung GD, yo kudu sadar nek GD yo menungso, ugo iso salah. Sementara sing kontra lan protes, lewih becik nglurusno karo cara sing bijak. Wis gak usah diperpanjang. Wong Islam kuwi kabeh sedulur, opo gak isin ditonton musuh2e Islam, nek wong Islam pada doyan cekcok! Wss.
Komentar oleh Hasan — September 22, 2006 @ 2:51 pm
Al Insaanu Makhalul Khotto Wa Nisyan…tapi ko yo keseringan nylenehe…?
btw, GusDur tu sholat ga yah…? ada yang pernah ngliat beliau sujud khusyu’ ga ?
trus, ana juga pengin ‘protes’ sama Indosiar yang kemarin (ga tau besok2nya) menayangkan renungan sebelum berbukanya oleh GusDur… repot…
Komentar oleh zhyd_elhamidy — September 27, 2006 @ 3:43 pm
Saya kira itu syah syah saja karena itu adalah hak DAN PERLU DIINGAT BAHWA PERKATAAN ITU MENGANDUNG MAKNA YANG SANGAT DALAM DAN SAYA KIRA HANYA ORANG-ORANG TERTENTU SAJA YANG BISA MENGERTI MAKSUD UCAPAN GUS DUR KITA TIDAK BOLEH MENGADOPSI SECARA MENTAH -MENTAH KARENA GUS DUR ADALAH ORANG YANG TIDAK PENUH DENGAN TEKA-TEKI DAN PENUH DENGAN KEJUTAN HANYA ORANG GOBLOK SAJA YANG MENGATAKAN PENDAPAT GUS DUR ITU SALAH PIKIR DOOOOOOOOOOOOONK!!!!!!!!!!
Komentar oleh ERVAN — September 28, 2006 @ 1:49 pm
Assalamu’alaikum wr wb.
Afwan, boleh taruh link gak ya di sini. Mungkin link2 berikut sedikit banyak bisa dibaca. Ada beberapa fakta di sana. Afwan kalo tidak berkenan, baik utk pendukung GD juga yg tidak setuju dengan GD.
500 Ulama Pulau Jawa Laporkan Gusdur ke Mabes PolriPenelitian Untuk Gus Dur ttg “Pornoisme”Gus Dur Menghina Al-Qur’anTantangan Debat Publik Kepada Gus Dur
Sekali lagi afwan jika tidak berkenan.
Wassalamu’alaikum wr wb.
NB: Selamat menjalankan ibadah puasa ramadhan 1427 H bagi yg menjalankan…
Komentar oleh Hamba Allah — September 29, 2006 @ 12:23 am
duh gusti…Gusdur aja dah nyuruh kita jauh-jauh hari. yang gitu-gitu NDAK usah direpotin. bagusnya yang belum pinter kaya Gusdur gak usah ngisi koment deh. mas yang suka njawab, mbok yo kalo orang kasih koment baik terhadap Gusdur gak usah panas tho!!! dia juga orang islam kok, kaya anda juga yang masih sholat berjamaah di masjid, pake sarung dan kopiah di kepalanya. abis sholat bersalaman dan mencium tangan imam. mas koment gitu juga kan?
Komentar oleh bayoe — September 30, 2006 @ 1:18 am
Kata Gus Dur bahwa Al Quran itu alkita yang porno didunia, itu ada kebenarannya, dan ada hubungan dengan nabi kita Muhammad dalam Hadist banyak tertulis tentang Aisya dan Muhammad. Mengapa kita harus ribut soal pornografi ? itu kan sebahagian manusia-manusia munafik yang berlindung dibalik sorban agama.
Komentar oleh Mr.Nunusaku — October 1, 2006 @ 6:19 pm
Assalamu’alaikum semuanya…
Udah donk…!!! Gak usah diperpanjang komen-komen tentang ucapan GD itu. Jujur, awalnya ana tertarik banget ama blog ini, tapi begitu liat2 komennya yang tambah lama tambah PANAS dan beremosi, kok jadi gak asyik ya, mendingan kita saling introspeksi diri aja tiap hari, itu lebih enak dan hangat lho, kayak dipeluk Allah, coba deh Insya Allah bener deh uenak tenan. Allah sayang kita lho…Dia sayaaaaaang banget ama kita, (aduh jadi kangen), kapan ya ke surga…?? Ketemu Nabi Muhammad saw, Nabi Ibrahim as, Ismail, Musa, Yusuf (gantengnya apa sih, masa’ Hizbullah kaya’ aku kalah ganteng…yeee, ya jelas kalah, hehe), ketemu Nabi Sulaiman, wah bisa minta ajarin bicara ama kucingku dong, hehe.
Tulisanku diatas kalo gak nyambung maap yang mas, tapi benernya aku cuma pengen sharing ke semua muslim (kalo memang merasa sebagai seorang MUSLIM…!!!):
Kita semua kan saudara, kan gak semestinya musuh2an, kalo’ dipikir-pikir do’a yang bunyinya, “…wa li jami’il muslimiina wal muslimat, wal mu’miniina wal mu’minat, alahyai minhum wal amwaat” (sori kalo salah), biasanya kan dibaca setelah mendo’akan Ortu, minta maghfirah buat kedua orang spesial kita, trus baru do’a yang tadi itu buat semua muslim & muslimat yang masih hidup atopun yang dah “duluan pergi”(bener gak?!). Nah, do’a itu kan di baca semua muslim di dunia, berarti setiap saat kita selalu dimintakan ampunan kepada Allah oleh saudara2 kita sesama muslim di seluruh penjuru dunia, bener gak…Ya Allah…indah ya Islam, hehehe. Makanya, gak usah aneh2 ta, mendingan ngomongne sing huenak ngunu ae po’o bos…hehehe, pun matur nuwun.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Komentar oleh Hizbullah berhati lembut — October 3, 2006 @ 10:05 am
Perdebatan gini nih yah disukai ama syetandilanjut terus aja bozz…
ane salut ama mas hizbullah!ini nih ciri muslim yang pantas kita teladani,berprasangka baik ma ALLAH.ALLAH itukan bukan DIKTAKTOR
ALLAH itu Maha Pengasih dan Penyayang,Pemberi nikmat, Pemberi maaf, dll (pokoknya yang bagus2 dah)Moga kita masuk surga…Amin
Komentar oleh petani miskin — October 17, 2006 @ 3:25 am
Poso rek, jo pada tukaran ae…..La wong sing diomongin lagi enak-enak turu,
La sampeyan kabeh pada otot2an,Gak maen!
Komentar oleh Hasan — October 17, 2006 @ 10:59 am
Asslamu’alaikum, Wr, Wb.Amat banyak yang harus di kaji dalam hal ini.
Di atas saya udah baca banyak komen2 yang rada gimana gitu,
tapi pada intinya ada dua kubu yang sedang terlibat di sini,
yang satu begitu membenci GD yang dalam beberapa hal suka nyeleneh, di lain pihak ada yang begitu mendukung dan menganggap GD sebagai seseorang yang sebegitu mulia.
Tapi kalau boleh saya menanggapi, kita sesama umat Islam jangan mudah terpancing dan terprovokasi oleh setan. Setan sangat menginginkan perpecahan dalam ummat. Allah berfirman : “berpeganglah kamu pada tali(agama) Allah.”Ayo, Kini adalah saatnya Kita untuk bersatu…..Yang dibutuhkan umat Islam itu adalah suatu persatuan seperti yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Terus terang saya sangat mendukung redaksi JIL. Karena sejujurnya Saya pribadi sempat dibuat “panas” dengan statemen GD tersebut. Bagaimana tidak, Masa kitab suci yang selama saya hidup di dunia dan di akhirat (Insya Allah) dikatain sebagai kitab yang porno.
Tapi ketika saya membaca berbagai komen yang justru memecah belah umat, saya jadi semakin sedih…..Sodaraku…..Masih banyak musuh Allah yang harus kita hadapi,,,,Masih banyak orang-orang sesat yang menginginkan perpecahan kita…
Jangan kita membuat Rasulullah bersedih…dan terlebihJangan kita buat setan tertawa dengan perpecahan kita…GD hanya manusia yang bukan apa-apa,,,
kita tidak layak mati-matian membelanya atau juga menghinakannya….
Sekarang yang paling kita butuhkan adalah kesamaan visi untuk membuat Islam berjaya di muka bumi…Mari kita sama-sama beristighfar….memohon ampunan dari Allah…. karena itulah yang kita butuhkan sekarang…Mari…. sama-sama Kita Istighfar….
Bersatulah Sodaraku
Komentar oleh Dodi — October 17, 2006 @ 1:28 pm
bagus GD mengatakan seperti itu supaya kita semua mempelajarinya, agar kita belajar dan membaca isi Al-qur an ok salam buat semua umat islam jaya terus dan. tidak hnya komentar saja tapi juga belajar dan memahaminya isi Al-Quran .
Komentar oleh budi prakoso — October 20, 2006 @ 3:52 pm
Gus Dur kok dilawanTiada tanding tiada banding. Pak harto aja yang punya ABRI,Shimon perez yang punya Amerika samapai Poros tengah aja gak mampu. Hanya Allah saja yang mampu menghentikannya. Kalau benci ma Gus Dur minta aja pada Allah. Long live Gus Dur. Islam butuh seribu orang jenius seperti sampeyan untuk melawan Yahudi dan Amerika.
Komentar oleh f4tih — October 30, 2006 @ 3:20 pm
Hus, terlepas dari apakah Gus Dur benar atau salah, JANGAN MENDEWAKAN GUS DUR! Semulia apapun beliau pada kenyataannya, ingatlah bahwa dia juga bisa berbuat salah -_- Apakah statemen ini salah satu kesalahannya, itu sebaiknya tidak usah diperdebatkan lagi.
Pribadi, menurut saya umat jangan diajak berteka-teki yang fatal begini…
Bisa menimbulkan salah paham.
Jadi kalaupun Gus Dur hanya berniat menyisipkan makna tersirat sekalipun, statemen ini patut disesali.
Komentar oleh Sosuke Sagara — November 3, 2006 @ 4:40 pm
Gus Dur bukan dewa !!!! tapi Waliullah. MAna ada wali yang ngaku dirinya wali. Gus Dur pun demikian. Banyak cerita tentang keajaiban beliau. Bukan mengkultuskan tapi agar yang saudara seiman yang lain tidak asal menghujat dan memfitnah beliau. Tabayyun …tabayyun…menghujat ulama itu haram.
Komentar oleh f4tih — November 5, 2006 @ 3:27 pm
KENAPA KITA SUSAH2 MEMBELA GD ATAUPUN MENGHUJATNYADIA HANYA MANUSIA BIASA TIDAK LEBIHKITA HANYA BISA BERCERMIN DAN BERFIKIR LAGI DARI KOMENTAR GD SEPERTI APA SIH ARTI “PORNO” ITU SEBENARNYA
DAN BIARLAH TUHAN YANG “MEMBALAS” APA YANG DILAKUKAN GD TERLEPAS DARI ITU BENAR ATAU SALAH
Komentar oleh NOFIK_TOP — November 7, 2006 @ 10:38 pm
Emang betul koq, yang di kate ame GUS DUR. Knapa emang?
Komentar oleh Adil — November 8, 2006 @ 10:48 am
Hai saya rasa Gusdur Benar.Saya rasa Gusdur adalah seorang manusia yang selalu memberikan pembelajaran kepada umat2nya.Belajar menghargai,beljar sopan,belajar untuk membahas permaslahn yang timbul disekitar kita.
Gusdur juga benar bahwa Al-qur’an merupakan kitab suci yang paling komplit.disitu ada berisi tentang kedokteran,sejarah,fiqh,astronomi,bahkan ada sedikit penjelasan tentang kePORNOan.Saya rasa Porno itu kan hanya maslah istilah yang telah tertanam dari kita.Jadi Jangan bandingkan kita dengan Gusdur.Pengetahuan kita tentang agama,fiqh,ushul fiqh,tasawauf itu belum ada apa2ya.kita harus mempelajari dulu jangan sampai memberikan tanggapan yang ga ada artinya seperti TONG KOSONG>HANYA NYARING BUNYINYA tetapi DALAMNYA KOSONG!!!
disitu ada hikmah yang terkandung.bahwa kita sebagai umat islam harus lebih dan lebih lagi didalam mempelajari Al-quran.Gusdur adalah seorang alim ulama yang selalu memancing kita untuk terus belajar…belajar…dan belajar sampai maut menjelang.saya berdoa semoga Gusdur panjang umur dan selalu memberikan kita wejangan maupun pengetahuan2 yang bermanfaat bagi umat islam.
Amin ya Robbal Alamin
Komentar oleh Moh. Ari gusyanto — November 20, 2006 @ 9:59 pm
saya rasa semua komentar diatas tidak lepas dari sejarah islam di indonesia,,,,,sehinga terjadi pro dan kontra,,sebagai sesama muslim saya menyarankan marilah kita jangan egois pada jalan pikiran kita…khusus untuk masalah porno tidak penting didebatkan karena kita udah pada dewasa.(mungkin) tapi..yg lebih penting adalah generasi kita…..sekali lagi lihatlah……..bagaimana generasi kita gak rusak……….klo kita yang dewasa (mungkin ) secara egois mengajarkan mereka porno…………ngotot dan kontra terhadap uu anti porno…menurut saya mengajarkan dan melegalkan generasi kita,,,berbuat porno……….kasian dong anak-anak kita,,,,!?,,mau jadi apa bangsa ini…. ( bagi yang berpikir seh…. )
Komentar oleh wiranto — November 25, 2006 @ 12:41 am
Orang tua yang satu ini memang banyak yang mendukung, walaupun
ucapan nyeleneh tetep aja dianggap hebat! aneh,… Stroke dan penyakit matanya membuat si GD ini tambah ngawur di tambah pengikut dan fansnya yang taqlid buta juga, didukung pula oleh Jaringan Iblis Liberal!
Komentar oleh Maulana — December 1, 2006 @ 11:56 pm
kalau dilihat dari segi fisik dengan mata yang cacat, si GD ini kayak gambaran dajjal !. apa memang dia dajjal yach!. moga aja nggak demikian yach, tapi kok tingkah dia lebih banyak nyeleneh dan melenceng dari kebanyakan ulama islam yach !. gusdur……………gusdur…., lu lebih baik jadi penentang terang-terang dech dari pada lu berkedok silam !
Komentar oleh desi — December 14, 2006 @ 1:22 pm
Gus Dur aja kok ditanggapi biarin ajamulut-mulut dia sendiri kok
capek juga dirasain sendiri sama GD gitu aja kok repot ntar setelah wafat baru urusan kita
Komentar oleh Inoel — December 19, 2006 @ 9:07 am
gak usah ribut ribut, toh yg dilihat oleh Allah swt sang pencipta alam jagat raya ini bukanlah kepintaran, kegantengan, ketenaran, dan hal2 lainnya, tapi yg dilihat oleh Allah swt adalah jiwa kita, so yg tidak mampu mengendalikan diri, nmeski dia seorang ahli filsafat, tasawuf sekalipun, tetap aja dia rendah dihadapanNYa.
dan kita selaku manusia yg masih memiliki toleran apa salahnya memperingati dan menyampaikan kebenaran.
kepada gusdur dan semunya yg memiliki ilmu yg dalam, ingatlah kebenaran tidak dapat diukur oleh lamanya ibadah, tingginya titel seseorang, gelar atw kedudukan, tapi sebagaimana kebenaran itu mampu melahirkan kekuatan pengendalian diri. bertobatlah sebelom pintu taubat ditutup.
Komentar oleh irfandy ali — December 28, 2006 @ 8:19 pm
Disarankan agar jangan berselisih persepsi agama yang mubazir membuang-buang waktu, tenaga, pikiran dan emosi PANAS, toch tidak akan selesai sebelum Allah datang dengan 1. Hari takwil kebenaran Kitab sesuai Al A’raaf (7) ayat 52,53. 2. Allah menjadikan Al Quran dalam bahasa asing ‘Indonesia’ selain dalam bahasa Arab sesuai Fushshilat (41) ayat 44. 3. Allah menyempurnakan wahyu Al Quran berkat do’a manusia sesuai Thaha (20) ayat 114,115. Dan hari-hari Allah sebanyak 444 ayat lainnya sesuai Ibrahim (14) ayat 5, Al jaatsiyah (45) ayat 14. Semuannya ini wajib ditunggu-tunggu akan tetapi sampai hari ini dilupakan oleh umat manusia. Padahal hal ini sudah datang di Indonesia, tinggal menunggu saat publikasinya. Wasalam, -Soegana Gandakoesoema- pembaharu persepsi tuggal agama awal millennium ke-3 masehi.
Komentar oleh Soegana Gandakoesoema, pembaharu persepsi tunggal agama awal millennium ke-3 masehi — January 14, 2007 @ 9:00 am
Memang koh apa yang dinyatakan Gus Dur itu ada kebenarannya, ada sangkut pautnya dengan nabi Muhammad SAWyang memang doyan kawi anak yang berumur 7 th dinikahi setelah 9 th baru disetubuhi sedangkan kakek ini telah berumur 53 th. Jika anak sampean yg berumur 9th maukah diberikan pada kakek yg berumur 53 th ? nah tolong jawabannya.
Komentar oleh Mr. Nunusaku — January 24, 2007 @ 10:44 pm
Ehm… buat nunusaku yang ngomentari Rasulullah, klo biasanya yang nyerang sama model gini ni non muslim, klo muslim berarti dah copot syahadatnya, soalnya ngejelekin Rasul Allah itu namanya ingkar sunah, islam mengajarkan segalanya dengan lugas, jangan memandang kebenaran dengan perasaan begitu, yang kita rasa bagus belum tentu bagus di mata Allah, sedang yang kita anggap jelek bisa saja bagus di mata Allah, soal jawabannya tentu saja ada, di jaman sekarang di indonesia aja, anak smp sudah jualan sedangkan di luar negri anak2 setingkat sd saja sudah sering sekali terjadi inces antara kakak beradik, dan banyak lagi contohnya.
Komentar oleh seebayu — January 31, 2007 @ 11:09 pm
assalamualaikum..
diri ini cuman bisa bilang…mari kita lebih arif dlm memandang suatu permasalahan…jgn sampai kita terjebak akan tulisan itu sendiri…sama seperti kita mengukur kadar keimanan dlm diri kita masing2,….toh nantinya juga di pdg makshar kita ga ngurusi orang lain….trima kasih dan wassalam….
Komentar oleh udin — February 18, 2007 @ 4:33 am
Pro Gus Dur
Komentar oleh ddfd — February 19, 2007 @ 8:58 am
BARU LIHAT KULIT SUDAH BERANI BILANG ISINYA,SEBAIKNYA KALIAN BERISTIGHFAR,SIAPA YANG KALIAN TELADANI AKHLAKNYA?KALO MEMANG BENAR GUS DUR BERSALAH,KENAPA KITA TIDAK MENEGUR BELIAU SECARA SANTUN SEPERTI YANG DIAJARKAN RASULULLAH?KENAPA MALAH MENGOLOK2 SEPERTI CARA KAFIR QURAISY YANG SENANG MENGHASUT?DIAKUI ATAU TIDAK TELAH BANYAK JASA GUS DUR KEPADA BANGSA INDONESIA DAN DUNIA ISLAM TIDAK SEPERTI ANDA YANG HANYA MENGHASUT DAN MENEBARKAN KEBENCIAN KEPADA SESAMA
Komentar oleh TRI SETIADI — February 22, 2007 @ 8:45 pm
tetep aje,gusdur ga boleh ngomong begitu
Komentar oleh adjid — March 13, 2007 @ 11:44 am
kita akhiri perdebatan ini sampai disini aja,,OK..toh kyknya mslhny makin mengembang aje…
Komentar oleh simon — March 27, 2007 @ 1:53 pm
gto aja kok repot….
Komentar oleh simon — March 27, 2007 @ 2:05 pm
AsWrWb jangan lupa kunjungi situs yang penuh maklumat baru berikut ini: www.aziznawadi.co.nr insyaallah tidak rugi, bagi tau ikhwan dan akhawat yang lain juga yah..!
Komentar oleh nazrah — March 30, 2007 @ 4:21 am
kalo mau mengenal tashawuf yang haq, kunjungi www.aziznawadi.co.nr
Komentar oleh rahmayanti — March 30, 2007 @ 4:23 am
gus dur orang unik dan kayaknya sekarang gusdur lagi belajar telanjang serta kencing sambil berlari supaya tahu bahwa gusdur tidak bisa di tiru oleh pengikutnya yang puritan terhadap diri gusdur
Komentar oleh mustofa — April 4, 2007 @ 3:03 pm
Gusdur sebenarnya membawa bencana, kenapa demikian? Dia bilang Al Qur’an itu paling porno ada kata menyusui dan menetek, hal ini dianggap porno oleh pikirannya yg Geblek itu.Akibatnya ALLAH menunjukan tentang air susu itu tepatnya di Jawa Timur tempat Dia berada, maka keluarlah air LUMPUR sampai sekarang (bukan air susu) malah lebih kotor.Kenapa mesti karena omongan Dia itu bisa menjadi begitu. Karena Dia dianggap sebagai Panutan dalam Agama, tetapi hati dan pikirannya seperti orang tak berilmu.kalau Dia bukan dianggap sebagai panutan dalam agama nggak jadi masalah, biarpun yang kotor dan bau yang keluar dari mulutnya, contohnya seperti orang kafir, menghina Islam ya nggak masalah malah akan menambah kebaikan terhadap orang islam yang sabar dan berilmu.Ini dianggap sebagia Panutan agama sampai sampai mendapat gelar Kiyai Haji lagi, tapi tak berilmu, Islam sebenarnya memiliki ajaran akhlak dan ilmu yang tinggi.
Komentar oleh Ahmad Syafrie Parinduri — April 7, 2007 @ 7:11 pm
teros2no wae wonk2…..
Komentar oleh simon — April 9, 2007 @ 1:34 pm
gusdur, keseringan gilanya dari pada benernya
Komentar oleh ekadystiant — April 11, 2007 @ 7:41 pm
Hidup Gusdur, biar bisa tobat.
Komentar oleh Abdurahman Wahid Anjing — April 15, 2007 @ 11:27 pm
gusdur koq diladeni, biarin aja ngoceh kan bisa kita biarin pepatah bilang GD menggonggong kafilah berlalu…. gitu aja koq repot..
Komentar oleh mailman — April 27, 2007 @ 10:26 am
gus,mengapa dunia ini semakin sempit aje,pa mungkin kiamat udah deket ya…
Komentar oleh saiful amri — May 22, 2007 @ 10:17 pm
yang nanggepin berlebihan ttg Gus Dur….aku yakin dia tidak lulus SD. TK…TK
Komentar oleh Muhammad Riza — June 9, 2007 @ 2:02 pm
Menurut pendapat pribadi saya, GusDur itu diciptakan untuk membuat orang beribadah. Buar orang yang sependapat sama GusDur, Gusdur membuat mereka terus menerus berfikir tentang “betulkah kata2 Gusdur itu betul ? sesuaikah kata2 Gusdur dengan kandungan AlQur’an ?”. Lha buat Yang tidak setuju, Gusdur membuat mereka beristighfar. Gitu aja ko repot ?
Komentar oleh GusDoer — June 13, 2007 @ 10:19 pm
gusdur itu belum bangun dari tidurnya, jadi ijtihadnya ijtihad tidur waqktu bilang al-qur’an kitab paling porno. lihat aja di majalah hidayatullah.
Komentar oleh widianto — June 21, 2007 @ 4:39 pm
gus menurut saya anda asl jeplak saja tanpa dipikir, jadi kalau mau koment lagi mending dipikir 100000000x
Komentar oleh gus HARRY — June 22, 2007 @ 3:55 pm
Menurur saya kalau menanggapi gusdur tidak lulus SD atau TK,masalah menanggapi bukan masalah sekolah lulus atau tidak, sekolah seperti itu hanya soal dunia yang penting hati/qolbu apabila baik maka baik lah seluruhnya, Banyak yg sekolah tinggi jg Geblek dan kurang berakhlak, kita harus bisa membaca karena Allah pertama kali menurunkan Alquran adalah Iqra’/bacalah, semua bisa dibaca bukan hanya tersurat tapi tersirat juga ,dan masalah beristigfar tanpa omongan gusdur juga kita harus selalu istigfar dan zikir setiap saat
Komentar oleh Ahmad Syafrie Parinduri — June 24, 2007 @ 9:10 pm
Gusdur itu hanya seorang yang mempunyai kelemahan pada otaknya disebabkan karena penyakitnya yang lama diderita,dan tidak pernah lulus sekolah,pikirannya suka ngaco dan nyeleneh.amit-amit Gus Blok.
Komentar oleh Muhammad Imam Muslim — July 8, 2007 @ 8:03 pm
yang Punya Blog ini GOBLOK, apa anda tau definisi dari porno? pemikiran sempit otak keladai anda mungkin hanya tau arti definisi porno hanya sekadar pada pembahasan tubuh, padahal bukan hanya itu, makanya saran saya sekolah dulu yang pinter, minim smp lah biar sedikit tau..biar tidak asal kritik, eh iya pelajaran sd udah ada tentang peribahasa TONG KOSONG NYARIN BUNYINYA? kalo belum tau peribahasa itu ga usah cape2 tanya teman, aku beritau, jawabanyya adalah “ANDA=KAMU=SAMPEAN and in english is YOU!! heheheeh….
Komentar oleh abdy — July 9, 2007 @ 11:33 am
dasar wong gendeng
Komentar oleh adi — July 13, 2007 @ 12:50 pm
masukin aja gus dur ke rumah sakit jiwa, biar komentarnya bisa direspon keluarganya yang sudah sekian lama ia tinggalkan. gus dur itu memang-memang gila, tapi yang lebih gila lagi orang yang mempercayai pada fatwanya
Komentar oleh arief — July 14, 2007 @ 6:34 pm
biasanya orang yang sudah kalah ulahnya akan bermacam-macam, contohnnya yang sedang diperdebatkan sekarang ini, ya Allah berilah diapetunjuk biar nggak ngawur ngeluarin fatwa, yang membuat umat muslim bisa terpecah belah.salah satu cara untuk menghentikannya adalah dengan membungkam mulutnya………..gitu aja kok repot…..!!!!!
Komentar oleh matho — July 14, 2007 @ 6:42 pm
waduh waduh… jangan esmosi dunk..!
saya sih sependapat bahwa sebaiknya para “pemimpin” yang ucapannya didengarkan banyak orang.. bisa lebih mawas diri dalam berkata-kata.. lha iya kalau sempet setiap orang itu tabayyun langsung ke dia.. lha kalau enggak kan bisa berabe.. kaya berita gossip.. yang makin lama makin gak bener beritanya.. dari satu orang ke orang lain..
Ini terlepas dari GD or anyone.. bahkan diri kita masing-masing.. berhati-hati dalam lisan akan menjaga hubungan baik kita dengan sesama.. termasuk sesama pengguna web / forum ini.. apalagi sesama umat yang berkeyakinan sama.. bahwa Tiada “Ilah” sesembahan / yang diabdi selain ALLAH SWT dan Muhammad SAW adalah utusanNya..
saya cuma berharap dari “obrolan” di atas, kita semua bisa lebih memahami cara pandang orang lain.. dengan begitu bisa lebih menahan emosi atas ketidaksamaan penilaian atas suatu hal..
Wassalaamu’alaikum wr wb..
Komentar oleh mmbanget — July 25, 2007 @ 5:16 pm
manusia boleh berbicara bebas di dunia,sesngghnya akan diminta pertanggung jawabannya oleh alloh di akhirat.ALLOHUAKBAR!!!seyogyanya kita jernih sebelum berpikir,berpikir sebelum berbicara.wass.
Komentar oleh pangat@prience. — July 27, 2007 @ 11:49 pm
semoga Allah menyadarkan Manusia yang tak Jelas Pemikirinnya ini,..tapi satu yang jelas klo dia itu “PERUSAK ISLAM MASA KINI”
Komentar oleh Ridwan — August 30, 2007 @ 10:05 am
gus dur sering kumpul2 diundang orang yg enggak tauhidnyaas jadi rizki yg didapati gusdur uang2 haram pesangon yg diperolehnya namanya saja gusdur[gadur]/semaunya dari nama saja dah kliatan enggak bener kyai yg satu ini ,,, lbh baik cari kyai yg jelas yg lain bannyakk,,, konon orang2 yg jemput gusdur kebetulan teman gue langganannya nampak seharian dlm forum dg enggak sholat enggak apa lalu kyai macam apa iniii
Komentar oleh ali — September 2, 2007 @ 9:49 am
capee’ deh (yang komen buanyak bgt).. wong Gus Dur tuh manusia biasa (punya kantong kotoran kaya’ kita kan?) bisa salah juga, kalo salah ya dibilang salah to’ ga usah malu-malu, kalo bener juga bilang aja bener. Al-Qur’an kan dibaca tiap hari, masa’ pedoman hidup kite, yang dipastikan keindahan bahasanya, yang dijaga keasliannya sepanjang jama ama Allah SAWT masa’ dijadiin bahan becandaan diomongin begituan pula (sampai enggan diriku menyebutkan kata itu), reaksi pertama sakit hati? pastilah… muslim mana yang ngga’ sakit hati? mending diem aja Gus daripada bikin kita2 orang pada beradu tulisan. panas.. panas nih.. (kaya’ dimana ya panasnya?)
Komentar oleh arian — September 3, 2007 @ 2:10 pm
sebagai manusia biasa yang mencoba mengetik dengan benar ternyata bisa juga salah tekan, huruf A-nya ikutan, dengan ini meminta maaf kepada seluruh pembaca. ini diluar kesengajaan. semoga Allah SWT memaafkan hamba yang hina ini. Astaghfirullah al adziimmm…
Komentar oleh arian — September 3, 2007 @ 2:16 pm
- komentar dihapus, terkait tidak beretika dalam diskusi -
di sini bukan forum untuk menghina suatu ajaran agama!
Nabi kami Muhammad SAW, membawa ajaran “untukku agamaku, untukmu agamamu…”, tolong anda belajar beretika dan menghargai orang lain, jika anda merasa ajaran agama yang anda anut itu baik,jangan tunjukkan kejelekan anda sendiri!!!
admin tausyiah275
Komentar oleh WONG_GOBLOG — September 5, 2007 @ 9:54 am
sesama warga indonesia kita memang harus saling damai tapi memang bener kalo gus dur ngomong “jangan bikin aturan hanya berdasarkan islam karena di indo banyak juga yang nonmuslim”tapi kalo bilang al-qur`an itu porno ya gmna ya soalnya porno kalo menurut saya itu kalo ada gambar yang fulgar ama cerita yang hot…..(dalam buku/tulisan) tapi selama saya baca al-qur`an ga da tu gambar yang fulgar` tau ga kenapa karena qur`an yang bikin bukan jendral he he he he he he
Komentar oleh MBAH_BEJO — September 13, 2007 @ 2:18 am
Kita harus maklum bahwa GD mungkin punya pemahaman sendiri tentang arti kata “porno” itu, yang tentu saja berbeda dengan pemahaman orang banyak. Itulah mungkin celakanya jika ada orang yang memahaminya dgn pengertian sempit.Walaupun begitu mudah2an ini tidak akan menjadi polemik berkepanjangan sehingga mengancam keutuhan ukhuwah islamiyah. Amin
Komentar oleh Atho — September 13, 2007 @ 11:34 am
didalam hukum islam semua adalah benar kecuali ada hukum yang menyalahkannya, semua adalah halal kecuali ada hukum yang mengharamkannya, dan semua jawaban adalah benar jika mempunyai alasan yang benar juga.
jadi jangan kita memandang suatu hal dari satu sisi, jangan melihat kubus adalah hanya suatu bujur sangkar.artinya gusdur boleh berkata hal seperti itu jika dia mempunyai alasan hukum (agama) yang benar, kita pun boleh menyalahkannya kalau kita mempunyai landasan hukum (agama) yang benar.
Intinya jangan menghakimi pendapat seseorang jika kita tidak mengetahui ilmu tentangnya/ tidak mempunyai alsan yang kuat dan benar.
Komentar oleh bedjo — September 22, 2007 @ 1:48 pm
Dari pada kita ‘Gibah’ tanya aja langsung ke GusDur Kayaknya beliau punya rumah/telepon/web/kantor apa lagi ya ??.
mungkin ini jalan yang terbaik dari pada kita menerka2.
Komentar oleh Acep Rahmat Kosim — September 24, 2007 @ 11:59 am
Acep, kok dibilang ghibah ? Anda sudah baca belum semua detailnya ? Semuanya tertulis jelas, hitam diatas putih, bukan ghibah.
Dan yang jelas gus dur & JIL adalah gerombolan penipu & pemfitnah
Komentar oleh harry — October 6, 2007 @ 5:41 am
Seringkali terjadi suatu perbedaan pendapat yang sudah tidak semestinya lagi terjadi, berlebihan, hingga seolah-olah menjadi berseteru dan saling memusuhi.
Semoga tujuan dibuatnya blog ini adalah baik, untuk mengetahui mana yang benar dan salahnya (atau setidaknya mana yang lebih benar, atau setidaknya menambah wawasan mengenai dalil dari suatu topik yang ada)Di lain sisi terlihat bahwa sepertinya pembuat blog dapat mengedit bahkan menghapus tulisan yang tidak berkenan.Sekedar ide: bagaimana bila setiap comment yang tidak disertai dalil mohon dihapus saja, perbedaan harus ada dalilnya dan semoga suatu perbedaan tidak menjadi kian meruncing.Setiap tulisan yang “sensitif” cenderung akan menimbulkan pro dan kontra dan tidak akan menimbulkan suatu solusi melainkan menimbulkan suatu masalah baru jika tidak diarahkan. Harus ada aturan-aturan baku yang dibenarkan agar semuanya menjadi terarah.Jazakallah khairan.
Komentar oleh Hamba Allah — October 19, 2007 @ 7:33 pm
nabi Muhammad SAW. pernah bersabda bahwa orang yang paling berbahaya adalah para ulama yang sesat, kayak GUS DUR gitu menurut saya jangan ditanggepin omongan orang ngaco kayak gitu kalo gus dur menurut saya cuma orang yang pengen dapet perhatian aja
Komentar oleh fuad — November 2, 2007 @ 10:25 am
Qta harus kembali pada nurani. Ga perlu jauh-jauh untuk membela atas nama ‘ketinggian’ seorang ulama, ‘bahasa menakjubkan’, atau ‘ilmu tasawuf’ yg hanya bisa dipahami oleh segelintir orang. Yang jelas, Islam ini agama untuk banyak manusia. Sehingga penyampaiannya pun harus bisa diterima oleh khalayak manusia, bukan segmen orang2 tertentu. Tentunya kita, kalau menggunakan nurani (yg muncul atas pemahaman agama yg kurus, benar, dan jujur), akan askit sekali jika Quran sebagai dustur Ilahi malah dituduh yg merendahkan itu. Sudah, jangan pake argumen “Quran sudah tinggi, maka tidak perlu dibela jika ia direndahkan”. jangan. Sebab, argumen ini justru mengurangi ketinggian Quran itu sendiri. Mengurangi makna Quran itu sendiri, yg kudu dibela, dihargai, di”tolong”. Sebab Allah akan menolong siapapun yg menolong agamaNya (Q.S Muhammad 7, mhn dibenarkan bila salah). Tapi,…KH.Abdurahman Wahid tetaplah saudara kita. Kita kudu mendoakan beliau. Jangan sibuk pada debat ini, jika toh menyebabkan perpecahan diantara kita. Yg mau menganggap wali, monggo. Yg tidak ya monggo. Tapi, kualifikasi waliullah itu sangat ‘tidak bisa sembarangan diberikan’ begitu saja. Apalagi didasari oleh taklid semata, buka pemahaman Islam yg hanif, sesuai syariat, dan kaidah fiqh yg benar. Sebab menurut asya, tidak ada waliullah yg membiarkan Qurannya dihina, ataupun membiarkan dihina, apapun konteks muatannya. Guyon atopun serius. Berat atopun ringan. kalangan tertentu atopun khalayak ramai. Mari bertaubat, mari beristighfar. Sebab menjaga persatuan umat itu lebih didahulukan daripada bersikukuh pada argumen yg diambilnya. Peace!
Komentar oleh redza — November 8, 2007 @ 4:48 pm
Assalamu ‘alaikum wr. wbAna ingin sedikit urun rembug…keliatannya forum ini semakin menjadi-jadi.Pengen sedikit mengingatkan.Bagi yang mengkritisi Gus Dur (termasuk jg Ana) sebagai seorang muslim kita WAJIB mengingatkan saudara muslim kita yang lain bila memang salah,kita hanya manusia tempatnya salah dan lupa. Akan tetapi jika kita salah kita pun juga legowo mengakui kesalahan dan memperbaiki diri, bukan malah mencari pembenaran diri dan mencari massa sebanya2knya untuk mendukung. Kalo’ GusDur salah ya yg pengikutnya GusDur mohon diingatkan.Kalo’ tadi dikatakan GusDur Ulama, masa’ ulama kok senengane buat kontroversi. Ana sangat yakin jika Rasul dan para sahabat masih hidup mereka akan mengkritisi hal ini. Harusnya jika dikatan ulama mestinya ya ittiba’ pada Rasul…
Apa rasululullah bertindak seperti itu…?????Dan lagi dalam QS. At Taubah Ayat 65-66 sangat jelas disebutkan
65. Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”66. Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.
Udah jelaskan…????Bagi pengikut GusDur…mbok yo jangan taqlid buta, Imam syafi’i yang dijadikan madzhab saja sangat menentang taqlid buta. Sebenarny gak apa2 jika yang dikatakan GusDur itu pada saat dia sedang sendiri dan untuk dirinya sendiri. Yang jadi masalah adalah dia berkata dihadapan orang banyak dan ada yang menjadikan dia sbg panutan sehingga dikawatirkan dia malah menyesatkan umat yang aqidahnya belum kuat. Apakah seperti ini ciri seorang ulama / waliyullah??? Cobalah kita berpikir dengan jernih…Janganlah kita memperturutkan emosi dengan mati2an membela GusDur yang perkataannya belum tentu benar, jangan2 nanti kalo’ mati beneran bukannya mati syahid malah mati sangit.Harusnya yg kita perjuangkan adalah perkataan dan perjuangan rasulullah.Harusnya kita jg melihat siapa yang kita tokohkan, bagaimana kiprahnya dalam keluarganya…apakah bisa membimbing keluarganya sesuai dengan syariat islam ato tidak. Kalo menasehati keluarga+pengikutnya untuk berjilbab yang syar’i saja belum bisa bagaimana bisa menasehati orang lain.Akan tetapi bagi kita yg mengkritisi kita pun harus selalu introspeksi diri dan menjaga diri agar tidak jatuh dalam emosi gila. Kita juga wajib mengingatkan kepada kaum muslimin yang masih belum kuat aqidahnya tentang permasalahan ini, jangan samapi berlarut2 dan menimbulkan keresahan. Dan jika kita mengingatkan para pengikut GusDur haruslah yang sabar karna bisa jadi diingatkan sampe 1000 kali pun mereka tidak akan mau menerima.
Saya adalah pengikut Rasulullah Muhammad saw, umatnya. BUKAN UMAT ATO PENGIKUT GUSDUR…..!!!!!!!!
mari banyak2 istighfar agar trhindar dari fitnah seperti ini lagi.
Subhanallohumma wabihamdika asyhadu alla ilaa ha ilaa anta astaghfiruka wa atubu ilaik
Wassalamu ‘alaikum wr. wb
Komentar oleh Nanang — November 13, 2007 @ 5:35 pm
Gus Anda itu memang master of genius, jalan pikiran Anda itu ga bisa diindera, sampe-sampe pastor-pastor keparat itu bisa membuka aib tentang injil sampai sebegitu detailnya. kesimpulannya kitab suci kok porno, injil-injil… aneh!!!!!
Komentar oleh imas — November 19, 2007 @ 9:03 am
bravoo bwt GUS DUR…aku dukung sgala perkataanmu
emg patut digituin koq…
hahahah
biar pada kocar kacir
Komentar oleh muhammad aliyan — November 21, 2007 @ 1:52 pm
imas yg aneeh!!!!!
km yg seharusnya dipriksa oleh orang GILA!!!
hahaha
bravo GUS DUR…
ttp JAYA sepanjang MASA
hiiduuppp
Komentar oleh muhammad aliyan — November 21, 2007 @ 1:55 pm
Masya Allah klo Gusdur bilang Al Qur’an adalah kitab yang paling porno, itu sama saja dengan menyamakan Al Qur’an dengan Kitab Porno. Logika sederhana aja ya sebagai orang awam, klo Al Qur’an itu adalah kitab yang porno, maka dapat diibaratkan seperti ini,Nabi Muhammad diutus oleh Allah untuk menyampaikan Alqur’an kepada umat manusia, maka redaksinya dapat diganti “Nabi Muhammad diutus oleh Allah untuk menyampaikan kitab porno kepada umat manusia
atau, Allah berfiman dalam Al Qur’an, bisa di anggap “Allah berfirman dalam Kitab Porno”
atau, ketika ada lomba Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), maka akan menjadi Musabaqah Tilawatil Kitab Pornoatau saat kita mengatakan, ajarkanlah kepada anakmu Al Qur’an, maka tentu akan berubah menjadi “ajarkanlah kepada anakmu Kitab Porno”atau, saat ibu-ibu melihat anaknya pandai baca Alqur’an dan dia mengatakan,”duh anakku udah pandai baca Al Qur’an lho jeng..” maka tentu akan berubah menjadi “duh anakku undah pandai baca Kitab Porno lho jeng..”
Masya Allah… Mengatakan Al Qur’an sebagai kitab yang paling Porno maka sama saja dengan menganggap Al Qur’an sebagai kitab Porno, sama ketika kalau kita bilang Majalah Playboy itu majalah yang paling porno, tentu kita sepakat bilang kalau Majalah Playboy itu adalah majalah porno..ya kan ??trus kalau kita lihat di Mesjid ada tulisan TPA (Taman Pendidikan Al Qur’an), maka dapat diganti dengan “Taman Pendidikan Kitab Porno”Masya Allah…..apa Gus Dur ndak mikir ya sebelum ngomong itu ? Rasulullah dan sahabat aja berjuang mati-matian menegakkan kalimat allah, eee dia (GD) enak-enak aja bilang kitab Porno….
Semoga Gus Dur bertobat….amin..
Komentar oleh yayoex — November 26, 2007 @ 2:54 pm
harry, fuad, dan gengnya adalah tukang fitnah terbesar di Indonesia
Komentar oleh didin — November 29, 2007 @ 11:42 am
komentar gusdur masuk dalam gaya n lahjahNya. kalu gak komentar gitu bukan Dia.. menefsirinyapun berbeda2.. toh semua itu lebih memberikan pada kita banyak wacana sbgai proses kedewasaan berfikir yang objektif.dan saya menunggu kata - kata dan ungkapan yang lebih menarik dari yang sebelumnya. teruskan gus….
Komentar oleh ahmed — December 7, 2007 @ 2:16 am
Kalo Kita Bicara Hukum Di Indonesia dan Lawan Bicaranya Bahas Tentang Aqidah Islam Sampai Kapan Pun Gak Nyambung…by www.aab32.com
Komentar oleh www.aab32.com — December 12, 2007 @ 8:55 am
mungkin maksudnya gu dur, Al-Quran itu menerangkan apa adanya dan sejelas2nya, jadi karena berkaitan dengan ruu app maka disebut kalimat porno.
tapi itu cuman asumsi saya, kalau salah mohon maaf
Komentar oleh cahyo achsanto — December 16, 2007 @ 11:29 pm
Gusdur itu tau apa???Orang gak bisa liat aja, Mbok biarin aja nti juga di panggil jga ma allah.Ana yang baca situs ini juga ikut gregetan ma gusdur.
Gitu kok ya ada pendukungnya ya??Dah jelas-jelas di udah “mendustakan Allah”
Istighfar Gus!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!Orang Islam tapi KTP-nya doang..ISTIGHFAR
Komentar oleh hamba allah — December 19, 2007 @ 9:06 am
Apa gusdur itu da’jal???????????????
Komentar oleh hamba allah — December 19, 2007 @ 9:13 am
Memang gus dur begitu, khan dia bukan sarjana berbasis islam toh, cuman berbasis satra aja, jadi nggak usah di dengar omongannya, dia memang sudah jauh tersesat, mudah2an Allah memberikan ganjarannya…
Komentar oleh arman efendi — January 4, 2008 @ 9:58 am
mas-mas.. mba-mba..yuk kita semuanya tersenyum..tarik nafas dalam dalam.. kita ngga tau lho kapan kita dipanggil sama yang diatas..kenapa kita ngga pilih untuk bahagia??yang lagi pada emosi coba bayangin senyum anaknya atau senyum anak siapa aja yang polos lugu penuh kasih sayang..aku ngga tau banyak soal agama,,so komentar akulove.. peace… respect….
Komentar oleh Putra — January 8, 2008 @ 10:09 am
gusdur itu bukan kiai tapi dukun.wong matanya saja gak bisa ngliat mana bisa baca alquran.liat aja temennya saja inul.itulah kalau zaman sudah mendekati akhir banyak ulama yang fasik dan bodoh.Allohuakbar semoga Alloh menghukum dan melaknat orang yang menghina kitab suci yg tdk ada tandingannya
Komentar oleh adin — January 11, 2008 @ 8:21 pm
Assalamu’alaikum wr wb,
saya selaku warga Indonesia merasa malu, mengingat seorang GusDur pernah menjabat sebagai presiden RI, pemimpin dari lebih 200 juta penduduk indonesia.
Ya Allah, kumohon pada-Mu, jangan sampai terulang kembali tragedi ini.
wassalamu’alaikum wr wb
Komentar oleh Irfan — February 8, 2008 @ 7:24 am
alhamdulillah tentu pro dan kontra kita d sini,sama2 mencintai dan mengagungkan islam terlebih lagi pada kitabnya alqur’anulkarim.
Komentar oleh junaedi — February 21, 2008 @ 11:59 am
nanang lagak km kyak ustat. . . .hati2 kl ngomong gusdur gk cuma punya pengikut yang setia,tapi jg punya lebih dari 12.000 laskar yang siap membungkam mulut2 sok pintar,salam panas (laskar 1 )
Komentar oleh PBM.(pasukan berani mati) — February 22, 2008 @ 3:30 pm
buat yang mengaku singa gurun. .?kenalkan nm q junaedi dlm bhasa arab berarti(tentara). . .dan gusdur gak cma punya 1.junaedi tapi masih banyak bahkan ribuan.tolong jaga komen anda,tentang ulama kami(Gd)atau tantara ini akan membantai habis singa ompong di gurun(zufar sahara).salam panas PBM (1). .(pasukan berani mati/laskar 1 kiai graning)
Komentar oleh PBM — February 22, 2008 @ 8:31 pm
orang gila didengerin GUSDUR PANTESNYA ADANYA DI GROGOL
Komentar oleh subhan — March 6, 2008 @ 10:06 pm
LOE NGAPAIN bela-belain orang yang udah ga waras lagi eh Junaedi lu udah gila apa miring orang gila di belain dia udah bukan orang islam lagi coz udah berani ngatain kitab sucinya sendiri sadar lo ni gua siap ganyang GUSDUR KALO DIA NGOMONGNYA NGAWUR LAGI LEBIH BAIK DIAM KALO KAGA BISA NGOMONG YANG BAIK
Komentar oleh subhan — March 6, 2008 @ 10:12 pm
Memang begitulah keadaan keagamaan di Indonesia, tidak bisa disangkal lagi, fakta telah saya coba apa yang telah tertulis di buku tersebut, hanya karena menanyakan kenapa anda begitu percaya Sunan Bonang waktu wafat menjadi dua? Tidak adakah satupun orang yang mengetahui dirinya menjadi dua? Bukankah dia seorang ulama/”wali”, Sedang orang awam pun kalau akan meninggal sanak saudara berkumpul? Mungkinkah waktu sakhratul maut tak ada seorangpun menungguinya? Terus malaikan datang pada kuburan yang mana?
Nahdliyin itu pun mencak-mencak, dengan muka merah, main tuding, dan langsung memutuskan silaturahim. padahal yang saya tanyakan (saya tidak dalam keadaan marah) hanya ingin tahu hal tersebut yang tak masuk akal. Dan hemat saya, apalah artinya memuji-muji, menyanjung-nyanjung seorang “wali” dengan berlebih-lebihan?, toh bukankah sudah jelas apa yang tersurat dalam Al Qur’an bahwa satu-satunya manusia yang ma’sum hanya para Nabi dan Rasulullah SAW?
Jika memang mau ber-Islam yang sebenarnya ya hindari Ashobiyah, penilaian Ashobiyah, Kultus Individu (kenyataan di lapangan memang begitu). Memang tulisan buku Hartono AJ terasa pahit dan menusuk kalbu bagi yang membela golongan dan kyai2 mati-matian. Jika akidah anda banyak merujuk pada Qur’an dan Hadits2 shahih, Insya Allah tak ada yang perlu dihina dan dihujat. Islam sebenarnya ya Ahlussunah Waljamaah dengan pemahaman Salafus sholih tanpa ditambahi dengan bid’ah dan khurafat dan takhayul. Saya tadinya seperti anda merasa ga terima, alhamdulillah saya tidak terfokus pada yang bicara, saya cari dalil yang dia gunakan benar ga? Ahlul Haq adalah Allah SWT dan Rasul-Nya, bagaimanapun bertentangan dangan hawa nafsu saya, saya yakini apa yang datang dari Allah SWT dan Rasul-Nya.
Jika keanehan, keajaiban dan lain sebagainya yang terjadi pada selain nabi, apakah mutlak harus diyakini kebenarannya bahwa hal tersebut sesuai dengan apa yang disyariatkan oleh Islam? DAn haruskan apa yang dia ucapkan dan perbuat menjadi suri tauladan bagi umat Islam (di Indonesia?) Kurang sempurnakah apa yang disampaikan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya? Lebih utama mana meyakini Rasul SAW yang jelas2 ma’sum dengan “Wali” yang nota bene hanya cerita turun temurun dan dibesar-besarkan(oleh mereka yang ghuluw dalam menyanjungnya)? Seandainya para “Wali” tersebut dihidupkan lagi pun Insya Allah kaget dengan cara beragama yang seperti sekarang ini di kalangan masyarakat Jawa. Karena metode yang digunakan oleh para “Wali” itu sifatnya hanya darurat, karena dengan cara itulah Islam bisa diterima. Tapi apa lacur pada jaman sekarang ini cara berdakwah memakai metode jaman “Wali”, masihkah kita merasa menganut “Islam yang sebenarnya”? Bukankah pada jaman sekarang ini sudah ada yang menggugurkan kedaruratan? Saya pun kagum dengan metodenya, karena dengan metode tersebut banyak orang animisme masuk Islam. Tapi untuk jaman sekarang ini, jika diterapkan metode tersebut dipakai akan menjadi bias, rancu, dan kacau. Islam menjadi Hinslam (Hindu Islam), Krislam, Buslam dll dan akhirnya bias. Terus apa maksud Gus Dur dukung JIL, Pluralisme, bahkan yang katanya Ulama, KH, dan “Tokoh Islam”? pun mau diberkati oleh >10000 pendeta, akrab dan mau dijadikan centeng Israel (yg sudah jelas dilarang Allah), jadi juri FFI, jadi anggota BSF, bicara ceplas ceplos akibat stroke, jadi laskar kristus, mangku istri orang. Terus apa yang harus dibanggakan dengan orang seperti itu? Jika yang dibela kebenaran Islam, tegurlah GD, Rasulullah SAW saja mengancam anaknya Fatimah, jika mencuri dipotong tangannya. Berpahalakah orang yang membela GD habis2an hanya berlandaskan ketaqlidan, ghuluw dan fanatisme saja?
Suatu contoh, dan sekarang masih. Dzikir itu kepada siapa? kepada Allah bukan? Kenapa harus dengan suara keras? Padahal dzikir dan berdo’a kepada Allah SWT harus dengan rendah hati dan suara yang lembut? Tulikah Allah SWT? Kalau dijawab tidak, terus dengan tujuan apa melakukan dzikir tsb dengan suara keras? Tidakkah itu mengganggu orang yang sholatnya terlambat?
Komentar oleh eko — March 7, 2008 @ 12:40 am
subhan sebelum km ganyang gus dur.km dulu yang akn kami bantai
ku penggal dan ku arak kepalamu keliling kota surabaya. bagaimana bila kita ketemu saja. . . . dan satui lagi’ bukan gus dur yang gila tapi kamu.yang sinting,km gak tau kronologis
kejadian waktu itu jd gak usah banyak bacot.(ini tantangan resmi)jawab testi q agar ini lebih lanjut.
Komentar oleh PBM — March 13, 2008 @ 12:13 pm
benar siapa saja yang menghina gus dur dia pantas mati,subhan kami tunggu jawabmu.sampai ketemu di medan perang
Komentar oleh GARDA BANGSA — March 13, 2008 @ 12:18 pm
eh subhan lagak kamu kayak tuhan aj pk ngehukumi orang muslim gak muslim.padahal kamu tu masih suka ONANI di kamar mandi.
Komentar oleh baskoro — March 13, 2008 @ 12:42 pm
ne yg nmnya subhan jangan percaya ama kata2 di atas itu cuma gertakan aj. . .saya hargai testi/komen kamu,boleh kami tau alamat email km ,biar kami bisa (add)nanti km tunggu. . .
Komentar oleh pagar nusa — March 13, 2008 @ 12:50 pm
eh subhan km dh bikin bangun macan yg udah tidur lebih dr 60th,tp ada gunanya jg soalnya udah kelamaan tidur,dan sekarang lagi lapar berat pengen cincang kamu punya badan,seperti dulu kami cincang dan bantai orang2 PKI. .km pasti cr tau tentang km jangan kuatir kita pasti ketemu . .cox
Komentar oleh musa — March 14, 2008 @ 9:16 am
subhan ente pengen mampus ya. . . .yg punya blog ini kyknya juga agak gila. . .
Komentar oleh guruh — March 14, 2008 @ 9:24 am
Assalamu ‘alaikum wr.wb
Wong orang salah kok dibela-belain mati2-an.Tahu apa antum semua tentang perang dan jihad?Jihad bukanlah membela seseorang yang sudah jelas menghina Al Qur’an. Semoga Allah memberikan hidayah-Nya pada antum sekalian.Buat PBM, kalo antum emang brani mati silahkan antum pergi ke medan jihad di palestine, jangan cuman menyombongkan diri berani mati.Kalo ana tidak gentar sedikitpun karena yang menentukan hidup mati ana bukanlah antum. Antum tidaklah pantas untuk ditakuti karna antum hanyalah manusia, sama lemahnya dengan ana. Allah yang paling hak untuk ditakuti.Jika Allah berkehendak ana dan antum pun bisa mati besok pagi, bahkan hanya dengan kejatuhan seekor semut.Buat apa menyombongkan diri dengan mengatakan berani mati.“Rasulullah bersabda :”Barangsiapa yang terdapat kesombongan dalam hatinya sebesar biji dzaroh, maka ia akan masuk neraka”(HR.Bukhori-Muslim)
Semoga Allah senantiasa mengampuni hamba2NYA yg selalu bertobat dan memohon ampun, dan semoga Allah memberikan hidayahNYA bagi kita semua.
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: “Alangkah baiknya, andaikata kami ta’at kepada Allah dan ta’at (pula) kepada Rasul”. Dan mereka berkata: “Ya Tuhan Kami, sesungguhnya kami telah menta’ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”. (QS. Al-Ahzaab (33): 66-68)
Allah SWT berfirman: “Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang zhalim itu menggigit dua tangannya, seraya berkata:”Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan (yang lurus) bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan jadi teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari al-Qur’an ketika al-Qur’an telah datang kepadaku.Dan syaitan itu tidak akan menolong manusia”. (QS. Al-Furqan (25): 27-29)
Itulah ancaman Allah bagi orang yang taqlid buta pada pemimpinnya.
Jikalau antum memang orang islam yg istiqomah harusnya antum menghidupkan dan menegakkan sunnatullah dan sunnah rasul, bukan malah menghina.
Mungkin jika saja GusDur hidup di jaman Rasulullah maka Umar akan segera memenggal kepalanya karena telah menghina Al Qur’an.
Ya aiyuhal ladzina amanu ittaqullah, haqqo tuqotihii walaa tamutunna illaa wa antum muslimun.
Wassalamu ‘alaikum wr.wb
Komentar oleh nanang — March 21, 2008 @ 10:51 pm
hhmm….
apa kalo rasulullah marah lantas berkata kotor/mengumpat?orang macam musa tidaklah pantas menyandang nama musa, nama Nabi yang senantiasa menjaga hatinya dari hal2 kotor.Anda secara tidak langsung juga merendahkan gus dur sendiri dengan bertabiat jelek spt itu, saya yakin gusdur juga gak suka kalo anda mengumpat2. ternyata orang yang suka mengumpat2, yang itu adalah perbuatan yang disukai syetan.Semoga anda terhindar dari firman Allah dalam surat Al An’am ayat 112.Marilah kita jauhi perbuatan2 syetan.Kemudian, anda2 yang mengatakan apakah pengen mati/mampus adalah termasuk orang2 yang berlebihan dan telah kufur pada Allah. Allah-lah yang menghidupkan dan mematikan manusia, kalian bisa apa?
banyak2lah mohon ampun karena kekufuran kita semua.Sudahlah hentikan semua ini, tidak ada gunanya.baik yang pro maupun yang kontra dengan gus dur, mbok dikasih tahu 1 juta kali pun kita gak pernah bisa satu pendapat. Sudah kita serahkan pada Allah yang akan menghakimi, entah azab akan ditimpakan pada siapa, yang pro ato yang kontra itu kehendak Allah.yang pasti marilah kita banyak2 istighfar
Komentar oleh hamba Allah — March 21, 2008 @ 11:12 pm
hhmm….
apa kalo rasulullah marah lantas berkata kotor/mengumpat?orang macam musa tidaklah pantas menyandang nama musa, nama Nabi yang senantiasa menjaga hatinya dari hal2 kotor.Anda secara tidak langsung juga merendahkan gus dur sendiri dengan bertabiat jelek spt itu, saya yakin gusdur juga gak suka kalo anda mengumpat2. ternyata orang yang suka mengumpat2, yang itu adalah perbuatan yang disukai syetan.Semoga anda terhindar dari firman Allah dalam surat Al An’am ayat 112.Marilah kita jauhi perbuatan2 syetan.Kemudian, anda2 yang mengatakan apakah pengen mati/mampus adalah termasuk orang2 yang berlebihan dan telah kufur pada Allah. Allah-lah yang menghidupkan dan mematikan manusia, kalian bisa apa?
banyak2lah mohon ampun karena kekufuran kita semua.Sudahlah hentikan semua ini, tidak ada gunanya.baik yang pro maupun yang kontra dengan gus dur, mbok dikasih tahu 1 juta kali pun kita gak pernah bisa satu pendapat. Sudah kita serahkan pada Allah yang akan menghakimi, entah azab akan ditimpakan pada siapa, yang pro ato yang kontra itu kehendak Allah.yang pasti marilah kita banyak2 istighfar
Komentar oleh hamba Allah — March 21, 2008 @ 11:13 pm
Afwan, boleh taruh link gak ya di sini. Mungkin link2 berikut sedikit banyak bisa dibaca. Ada beberapa fakta di sana. Afwan kalo tidak berkenan, baik utk pendukung GD juga yg tidak setuju dengan GD.
500 Ulama Pulau Jawa Laporkan Gusdur ke Mabes Polri Penelitian Untuk Gus Dur ttg “Pornoisme”Gus Dur Menghina Al-Qur’anTantangan Debat Publik Kepada Gus Dur
Sekali lagi afwan jika tidak berkenan.
Wassalamu’alaikum wr wb.
Komentar oleh junaedi — March 21, 2008 @ 11:19 pm
Allah SWT berfirman: “Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya. Orang-orang itu akan memperoleh bahagian yang telah ditentukan untuknya dalam Kitab (Lauh Mahfuzh); hingga bila datang kepada mereka utusan-utusan Kami (malaikat) untuk mengambil nyawanya,(diwaktu itu) utusan Kami bertanya:”Dimana (berhala-berhala) yang biasa kamu sembah selain Allah” Orang-orang musyrik itu menjawab:”Berhala-berhala itu semuanya telah lenyap dari kami”, dan mereka mengakui terhadap diri mereka bahwa mereka adalah orang-orang kafir”. (QS. Al-Araf (7): 37)
Komentar oleh junaedi — March 21, 2008 @ 11:28 pm
wah seru juga ya diskusiin tentang gus dur.ada yang kepancing sampai ngumpat-ngumpat.malah ada yang sok-sok alim ngeluarin ayat-ayatih gue jadi takut.
memang sich menilai gus dur agak repot..sebab tingkat kegeniusan gus dur melebihi kita semuacoba dech ngaca siapa sich tokoh yang mampu mengalahkan gus dur. selama ini belum ada tuh…cuma paling-paling hanya orang yang emosi melulu
tanpa melihat dengan mata hati yang jenrih.orang yang bela gus dur maupun yang menghina gus dursaya kira orang yang salah. sebab gus dur bukan untuk di bela
islam datang bukan untuk memajukan akal tetapi untuk memperbaiki akhlak. nah gus dur itu sebenarnya tujuannya satu memperbaiki akhlak jenengan-jenengan yang kelewatan ekstrem.
Komentar oleh sina — April 10, 2008 @ 11:21 pm
mohon maaf sebelumnya, utk akhi/ukhti sina,bisa ngasih dasar gk bahwa kata antum “islam datang bukan untuk memajukan akal ” ???Di dalam Al Qur’an banyak sekali yg bisa kita pelajari, bahkan banyak ilmuwan yang sangat takjub dengan kekinian kandungan Al Qur’an. Teknologi dan pengetahuan yang luar biasa terkandung di dalam Al Qur’an yang merupakan pedoman hidup kaum muslimin. Bagaimana antum bisa berkata seperti itu?Ana hanya menyarankan, banyak2lah mempelajari Al Qur’an memahami maknanya, jangan hanya cuman membaca saja. bagaimana kita bisa hidup sesuai dengan tuntunan Al Qur’an kalamullah jika kita tidak tahu isinya???
Kemudian untuk masalah gus Dur, antum berkata “gus dur itu sebenarnya tujuannya satu memperbaiki akhlak jenengan-jenengan yang kelewatan ekstrem”, ana kira jika Gus Dur ingin memperbaiki akhlak, harusnya tidak berkata dan berbuat semaunya. Harusnya ittiba’ rasul, baik dalam perbuatan maupun dakwahnya.Seseorang itu bisa dilihat dari dzahirnya, apakah akhlak Gus Dur sudah sangat mulia???Bagaimana dengan dakwah Gus Dur pada keluarganya???Apakah keluarga Gus Dur sudah memenuhi syariat islam, baik dalm tingkah laku maupun berpakaian???
Jadi, harusnya yang kita bela bukan Gus Dur nya, tapi Allah, Muhammad, dan Islam. Kita harus fair, Gus Dur hanyalah manusia biasa, sangatlah mungkin melakukan kesalahan, baik kecil maupun besar. Jadi kita harusnya lebih fair, kalo salah ya salah, kalo betul ya betul
Komentar oleh hanif — April 14, 2008 @ 7:43 pm
Gus Dur memang orang yang gendeng jika mengatakan bahwa Al-Quran itu kitab paling porno tetapi kita memang harus mengakui sebagai orang goblok yang tidak tahu maksud dari porno alias kitab yang tidak pernah ditutup-tutupi (oleh orang Yahudi) artinya masih murni.
Komentar oleh khidir — April 15, 2008 @ 10:00 pm
Hmmm… brarti nanti jika mau beli madu kita tanya ma penjualnya : Pak, saya mau beli madu, ni madunya “porno” apa tidak ya???Atau mungkin nanti akan ada juga dalam perusahaan atau negara yg menggunakan sistem open managemen, atau dalam bahasa akhi khidir managemen “porno” gitu ya..???
Atau dalam persidangan seorang saksi dituntut utk porno terhadap fakta yang ada. Gitu kan???Atau contoh kalimat lagiSaya melihat wanita itu dengan mata porno.
Ana tanya pada antum semua yg baca, kira2 pas apa gak jika kita menempatkan kata porno seperti tadi.Nah jawaban antum itu sudah membalikkan apa yg disampaikan akhi khidir.
Komentar oleh ikhsan — April 20, 2008 @ 6:43 pm
mas nanang yang alim. . . .laskar2 dan orang2 GD gak cuma bisa ngomong,lebih dari 99 orang dari golongan kami telah turun di di tanah palestin, dan smp sekarang 13 orang belum di ketaui kabarnya saya harap anda yg gak cuma bisa ngomong dan ngeluarien dalil, , , ,
Komentar oleh pbm — April 22, 2008 @ 11:18 am
Alhamdulillah jika memang demikian. Jikalau yang kita perjuangkan adalah tegaknya islam dan Tauhid itu adalah hal yg luarbiasa. Akan tetapi jika yg di bela mati2an adalah Gus Dur dengan tidak memandang apakah salah atau benar perbuatannya maka ini adalah SALAH, harusnya yg kita bela adalah Allah, Rasul dan Islam sbg dien kita. Jika adal yg menyalahi atau bahkan menghina dan memusuhi, maka ia adalah termasuk musuh bagi kaum muslimin.Ini kita juga menunggu giliran utk berjihad, bertempur di medan perang.Diantara kita kaum muslimin jg ada yg membentuk thoifah utk mempelajari ilmu dien dan disampaikan kpd kaum muslimin yg lain dan menegakkan islam lewat dakwah.Seorang mujahid yg akan dikirim utk berjihad tidak dengan serta merta berangkat tanpa bekal apapun, itulah sebabnya mengapa perlu i’dad dalam berjihad agar nanti di medan perang kita bukan lagi justru menyusahkan rekan yg lain. Dan kita juga antri utk dikirim karena utk menuju medan perang juga butuh dana.Di dalam jihad tidak mengenal kata KALAH. Jika memenangkan pertempuran berarti kita mendapatkan kejayaan islam, tp jika kita mati kita akan mendapatkan kesyahidan yg selalu dinanti2.Dan perlu di ingat juga, dalam berjihad tentunya kita jg harus ittiba’ rasul, rasul ketika terkena tombak juga berdarah dan bahkan gigi rasul patah.Hadis riwayat Sahal bin Sa`ad ra.:Bahwa dia ditanya tentang luka Rasulullah saw. dalam perang Uhud, Sahal menjawab: Wajah Rasulullah saw. terluka, gigi seri beliau patah serta topi perang beliau juga hancur. Fatimah putri Rasulullah saw. lalu membersihkan darah beliau sementara Ali bin Abu Thalib menuangkan air ke atas luka dengan menggunakan perisai. Ketika Fatimah melihat ternyata air hanya menambah pendarahan, ia lalu mengambil sepotong tikar dan membakarnya hingga menjadi abu. Kemudian Fatimah menempelkan abu tersebut pada luka beliau hingga berhentilah aliran darah itu”.(shahih muslim hadist no.1038)
Jadi dalam i’dad yg diajarkan adalah taktik perang, cara berperang dan bertempur baik dg fisik maupun senjata, dan tentunya do’a dan munajat kita pada Allah. Dan perlu di ingat juga bahwa dari riwayat di atas menunjukkan bahwa rasul tidak kebal senjata, jadi tidak perlu kita menggunakan ilmu2 mistis yg justru nanti akan dijadikan ajang jin utk menjamah diri kita.Harapan kita hanya ada ” ‘isy kariiman aumut syahidan ”Hidup mulia atau mati syahid. Membawa kemenangan atau mendapatkan kesyahidan yg menjadi dambaan bagi kaum muslimin Semoga kita dijadikan sbg jundi2 Allah dlm menegakkan kalimatullah.Rapatkan barisan dalam perjuangan, luruskan niat kita, dan bersihkan aqidah kita shg kita tetap lurus di jalanNYA.
Komentar oleh nanang — April 22, 2008 @ 4:02 pm
Benar atau tidaknya perkataan pbm hanya Allah yg tahu….
Wallahu a’lam…
Komentar oleh abu syahid — April 22, 2008 @ 5:19 pm
tegur saja orang2 yg salah dengan kasih kalo masih saja berbuat salah dan iyu dosa biarkan Tuhan saja yh mnghukum, kita ga boleh bertindak krn kita bukan Tuhan. Soal pendapat Gus Dur saya setuju kalo apapun dan siapapun ga boleh bertentangan uud 45 dan pancasila biar saja para pejabatnya yg ngawur kita masyarakat indonesia setia pd pancasila
Komentar oleh iwan — May 8, 2008 @ 9:18 pm
Emang gusdur itu udah keterlaluan, oto bisaa di katakan dia antek Orientalis Mungkin, mentang2 punya otak cepet. Yaa kalo semua orang kayak gusdus, tahu dasar2 agama!! DLL, Kaloo orang2 awan, yang hanya mengkultuskan dan ikut2tan, bisa2 tersesat. Kalo udah tersesat siapa yang tanggung dosanya.. !!!
Komentar oleh Muhammad — May 11, 2008 @ 5:32 pm
masalah Gus Dur aja kok dibikin repot… GD bukannya menghina AlQur’an, tapi cuma pengen sampaikan pesan kalo pornografi itu sangat bergantung pada persepsi orang. So bisa aja “orang lain” suatu saat berdasarkan UU anti pornografi akan mengatakan kalo AlQur’an juga mengandung pornografi, so, UU itu tdk selayaknya diterbitkan (ini menurut yang setuju versinya GD). bagi yang pro GD, GD gak pernah kok minta dibela-belain sampai meneteskan darah penghabisan segala macam, beliaunya itu easy dan sabar, so tirulah kesabaran GD sebagaimana GD meniru kesabaran kanjeng nabi. Lagi pula GD gak suka perang, apalagi perang sesama muslim. What do you think…?
Komentar oleh AREMA — May 17, 2008 @ 10:27 am
memang kita yang terlalu bodoh tidah mengetahui yang sebenarnya.memang di alquran ada ajaran tetnatng menyusui kok.di kitab shahih bukhori muslim juga ada kok.kata kyai saya KH.AHMAD DAIN arif BADRUS memang ada kok.trus itu juga porno..tapi itukan ajran dan sudah jadi hukum bagi kita.kita belom sepantaran mentang gus dur.GD tuh waliyulloh kharismatik……jangan sekali2 menhina tokoh saya.
Komentar oleh yudi — May 19, 2008 @ 11:42 am
GUs Dur tu orang gila, jadi komentar2nya anggap aja sampah…
Kami orang sumatra heran melihat tingkah laku orang2 jawa yang banyak “ngikut” gusdur. kok bisa kalian percaya ama omongan orang yang OTAKNYA TINGGAL SETENGAH (setengahnya lagi udah STROKE). Dasar orang2 aneh.. makanya banyak orang jawa yang jadi pembantu rumah tangga, karena orang jawa mau diperbudak oleh orang2 yang banyak duitnya.
Komentar oleh Que — May 23, 2008 @ 4:10 pm
Asalamu alaikum wr wb
Akhi atau ukhti yang baik,hendaknya jangan mencela hingga membawa orang yang tidak bersangkutan dan tidak tahu menahu.Saya orang jawa,tapi mungkin ngga seperti yang anda maksudkan..?,toh hakikatnya semua manusia itu adalah budak
contohnya saja Rosulullah saw,dia adalah budak Allah swt,dan dia tidak mengharapkan sedikit duniapun dari Allah swt,tapi hanya mengharap ridlo Nya semata.Dan sangat beda jauh dengan diri kita yang selalu berharap dunia dan selalu di perbudak oleh dunia, banyak orang yang stres,bahkan sampai melupakan agama hingga tidak tau lagi halal atau haram.Maaf sebelumnya,contoh almarhum ibu saya,dia pernah menjadi TKW di saudiarabia sebagai pembantu rumah tangga,sampai ibu meninggal dengan sebab sakit yang dibawa dari arab. Dia bkerja ikhlas karna Allah,antuk mencukupi keluarganya ,dia tidak punya alasan untuk tidak bekerja di arab,dia janda beranak 4,dan ijasah yang di punya hanya SD,mau dagang ngga ada modal,itulah ibu saya,tentunya saya sangat menghargai sekali atas perjuangannya.
Mudah-mudahan anda sebagai orang yang arif bisa mengerti perasaan saya yang di jadikan Allah swt sebagai anak seorang pembantu.Dan seandainya anda yang arif mempunyai kariawan di perusahaan ,atau punya pembantu di rumah yang selalu melayani keluarga anda,saya sangat berterima kasih sama anda sbagai saudara seakidah,apa bila anda yang arif menghargai mereka sebagai mana mereka menghargai anda yang telah menolongnya karna Allah. Amin…
Mengenai Gusdur,saya sama sekali tidak suka atas ucapan dan perbuatannya yang melangar syariat islam.*contoh,dia bilang bahwa AL QUR”AN itu kitab yang paling porno di dunia* Nabi,sahabat,tabiin2,bahkan ulama ahli tafsir dari IBNU KATSIR sampai AL MISBAH atau AL ASHAR,tidak ada yang menafsirkan hingga “SEORANG IBU YANG MENYUSUI ANAKNYA” di katakan porno.
Wahai sodaraku GARDA BANGSA,sangat dosa besar apa bila seorang muslim membunuh saudaranya sendiri. Saudaraku GARDA BANGSA,sayapun tidak suka orang yang mencaci GUSDUR,apa bila GUSDUR berbuat baik menurut syariat islam.
Wahai saudaraku seaqidah, Hendaklah jangan kau anggap sebagai allah setelah ALLAH,jangan kau anggap nabi setelah nabi Mukhammad saw. GUSDUR atau saya,atau anda.. hanyalah manusia yang tak lepas dari salah dan dosa.
Wahai saudaraku, Apakah anda percaya bahwa GUSDUR atau SAYA di MAKSUM oleh Allah SWT dari kesalahan atau perbuatannya..?Rosulullah bersabda:Vainna khoirol khadiitsi kitabullah, wa khoirul had yii had yuu Mukhammaddin solallahu alaihi wasalam.
artinya:
sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah rosulullah solallahu alaihi wasalam.
Sudah jelaskah anda siapa yang pantas disujudi dan ikuti.. ?, Insya Allah anda tau itu .
Segala yang benar datangnya,dan segala yang salah adalah dari saya sendiri sebagai hamba yang dloif[lemah]
wallahu a’lam bi sowab.
salman assalwi *[29 mei 2008]“Siap di kritik”
Komentar oleh salman assalawi — May 30, 2008 @ 1:31 am
Maaf sebelumnya,kalimat terahir maksud saya : ” Segala yang benar datangnya dari Allah SWT,dan segala yang salah adalah dari saya sendiri sebagai hamba yang dloif[lemah]
Komentar oleh salman assalawi — May 30, 2008 @ 1:40 am
gitu aja kok ribut…ya, kapan qt ini bisa maju kalo gt aj ribut kang….
dibuka dulu wawasan dengan ilmu yang dalam baru bisa melihat segala sesuatu dari segala aspek, sehingga tidak mudah menyimpulkan
Komentar oleh abdul — May 30, 2008 @ 9:41 am
halamn apaan nih, Al quran kitab suci di blang porno. Emangnya pegangan hidup sampean tuh apaan?UUD45 yang harganya “goceng” eh klo dpasar lebih murah lgi…. tpi kgk di amalkan oleh bangsa dan negra.
Komentar oleh Sonic Jihad — June 4, 2008 @ 9:38 pm
Berpegang teguh pada Alquran & Hadist tiada kitab sesuci dan ssempurna Alquran, yang lain kitab book of record he…he…
Takbir
“Allohu Akbar”
Komentar oleh Sonic Jihad — June 4, 2008 @ 9:41 pm
menurut saya GD memang unik, komentar2 yg beliau lemparkan disatu sisi membuat orang bisa tersenyum bahkan ketawa, tapi disisi lain bisa juga membuat orang menjadi merah padam mukanya menahan marah, karena merasa tersindir ato memang benar2 “kena” dengan kalimat yg diucapakan GD, bagi saya GD tetap seorang figur yg luar biasa, karena apa yg dikatakannya mengandung nilai2 yang benar sejauh kita bisa memahami benar konteks dan maksud dibalik itu, pembelajaran yg benar2 kadang tanpa terasa diberikan tanpa orang2 sadari sudah masuk didalamnya walau dengan pro dan kontra yang tentunya sudah diperkirakan oleh GD, sehingga muncul istilah gitu aja kok repot, tidak perlu dipikirin dll. Jadi meminta GD istigfar adalah hal yg lucu karena semua org harus isftgfarkan? ( tidak ada org yg suci)
Komentar oleh amos — June 5, 2008 @ 10:51 am
salam bagi seluruh makhluk..
-Sang penyampai kabar-
1.Dan ternyata dia tertipu..bahwa media bukan tuhan yg wajib di imani,bahwa sang penyampai tetaplah penyampai saja dan tuhan tetaplah mahasumber dari segala pesan,firman,sabda itu sendiri.
2.ini hari kian banyak dalih dalih yg membenarkan kesalahan bahkan dipaksa untuk dipercayai..dengan alasan menjaga kehormatan negara,agama bahkan sudah dimulai di keluarga kecil!khusus soal agama rasa rasanya lucu saja di ujung jaman seperti ini versi makna dari sebuah kitab suci masih berganti ganti dan di cari cari..lalu gimana nasibnya orang orang yang blum sempat menikmati revisi makna kitab yg sudah ada sejak lama itu?apa sesungguhnya makna kehadiran sebuah kitab?apa pantas kemurnian sebuah kitab yg memuat pesan pesan tuhan di nodai oleh tangan tangan manusia,sekalipun seorang paman ,sepupu, atau handai tolannya tuhan sekalipun..3.nasionalis,humanis dan agamis..sejauh apa agama bisa diterapkan dalam sistem kebangsaan?yang ada hanya omong kosong!retorika para pemburu kekuasaan selalu fasih menjanjikan isu ga penting ini.islam tidak pernah mengenal sistem seperti ini,dan islam tidak pantas hanya menjadi bagian dari sistem..sebab islam adalah sistem itu sendiri!islam hanya mengenal kekhalifahan yang satu di muka bumi.maka ,saya pernah menanggapi radix nya aksi seorang teman di FPI dengan menertawainya..saya cuma katakan masih percuma menerapkan prinsip islam dengan tindakan represif di muka bumi nusantara ini selama kita masih rela menjadi bagian dari sempitnya nasionalisme.sungguh ini bukan usaha mematahkan semangat para aktivis aktivis islam disana.namun sudah seharusnya mereka menyadari arti kualitas ketimbang kuantitas!mulai mengarahkan jalur perjuangan kearah yang lebih berkelas.coba tanyakan pada umat,siapa yang merasa RUGI ketika Timor leste keluar dan menjadi negri katholik kedua di asia tenggara?yang pasti hanya soekarno di dalam makamnya..
kita masih mau meneruskan jiwa soekarno yang bangga dengan semboyan ”dari sabang sampai meraukenya”.ambisi pribadi yang kemudian dicekoki”penasehat-penasehat”yang telah mencegah negri ini menjadi nusantara darussalam.(buka lagi sejarah siapa yg gencar men-delete “..serta kewajiban melaksanakan syariat islam bagi pemeluknya” dalam sila pertama pancasila?betapa soekarno tak rela bangsa ini terpecah belah,tapi beliau lebih ikhlas bangsa ini kemudian berlumuran darah akibat konflik yang nyata.ya..konflik yang sangat nyata dari semua ini adalah konflik antara pro islam dan anti islam..jangan pernah percaya pada alasan lain yg menyebabkan konflik di manapun di bumi ini,karna sesungguhnya semua itu berpangkal dari masalah agama secara semu atau nyata nyata!dan memang begitu seharusnya..sebab inilah dunia..lalu apa soekarno bukan islam?ya..soekarno itu islam,kemal attaturk islam,bahkan sumanto juga islam.tapi bukan itu ciri yang di jadikan indikasi.ketiganya adalah manusia yang menempatkan agama pada level/urutan yang bukan pada puncak kehidupannya,maka agama tak pantas di jadikan kambing hitam dalam hal ini! 4.-JIL-apa ini?bisa apa mereka dalam mempengaruhi umat secara personal.isu basi!ada satu rumus pencegahan/perlawanan bagi hal hal yang bermaksud hina seperti ini.jangan biarkan terjadi kontak dalam perbandingan 1:2 atau 2:1(theory of eL kanaga) artinya..
Gus dur akan di dengar oleh kumpulan orang orang,juga sebaliknya,kumpulan gusdur akan di dengar oleh seseorang..tapi rahasia orang orang seperti gus dur dan pemanfaat figur lainnya adalah,bahwa mereka tidak dengar jika behadapan orang per orang.
Gusdur..so what?bahkan anak kecil pun kelak akan mampu bilang;gw denger omongan lu bukan karna lu bapak gw,tapi karna isi omongan lu bener..
oke bos,sekian curhatnye..
Komentar oleh Menorah — June 6, 2008 @ 4:57 am
memang mr. DUR harus di bunuh biar mampus
Komentar oleh asap — June 6, 2008 @ 4:40 pm
ha ha..ha.. banyak orang sudah gila tapi janganlah ikut-ikutan gila gusdur bisa dong bilang gitu dia kan tidak bisa melihat hanya bisa berkhayal, lha untuk memuaskan khayalanya itu maka dia ngomong sak penake…, selamat gus semoga panjang umur nikmati dulu neraka dunia sebelum kamu menikmati panasnya api neraka amin.
Komentar oleh ajk — June 7, 2008 @ 1:29 pm
gus dur dulu panutan skrg penghianat la wong jelass 2 ahmadiya tidak sesuai dngan ajaran islam kok gus dur masih membela.gus insaf jangan sok cari sensasi…
Komentar oleh harianto — June 10, 2008 @ 11:41 am
gus gus………..kamu itu udah lupa ingatan,skrg ibadah aja yang betul jangan bikin negara ini pusing gara2 omongangmu….!!!!!!!!!!
Komentar oleh bobo — June 10, 2008 @ 11:59 am
gus jangan sok tahu karena kita memang tdk boleh sok tahu dan hanya akan menimbulkan fitnah dan keributan ahmadiyah itu penjajah islam kok dibela gus,gus kamu ulama penghianat…!!!
Komentar oleh islamin — June 10, 2008 @ 12:12 pm
gusdur adalah musuh allah=musuh islam gusdur yahudi
Komentar oleh benar — June 10, 2008 @ 1:59 pm
Selamat! Anda sudah berhasil menebarkan fitnah bin provokasi dan kebencian diantara sesama muslim. Memang inilah sifat manusia, cenderung merasa paling benar sendiri dan tidak mau menerima masukan. Hati2 dalam menilai seseorang! Koreksi diri anda, kita semua tidak ada apa2nya dihadapan Allah.
Komentar oleh fariz — June 10, 2008 @ 10:33 pm
MUSUH ORANG ISLAM ITU BUKANLAH ORANG KAFIR AJA,MELAINKAN MUSUH ORANG ISLAM ITU GUSDUR.ORANG KAYAK GUSDUR ITU PANDAI TAPI KEPANDAIANNYA ITU SUDAH MEMAKAN OTAKNYA DAN MENJADIKAN DIRINYA MUSUH SEBENARNYA BAGI UMAT ISLAM.LAKNATULLOH!!
Komentar oleh eno — June 11, 2008 @ 12:03 pm
mungkin gusdur harus di cuci otak nya biar jernihhhhhh kali ya
Komentar oleh bangsat — June 12, 2008 @ 10:38 am
taii..gusdur
emang dia kaya malaikat aja
emang dasar tai..tu buta reot,
Komentar oleh GD — June 12, 2008 @ 9:24 pm
Gus Dur Kyai Sinting, yang suka ngomong dan fitnah orang seenaknya,seperti orang yg ga pernah ngerti agama..! ngomong kok seenak perutnya aja! dasar Kyai sableng!dan cuma orang yang kurang waras yang masih ngebelain Gus Dur jgn krn dia cucu pendiri NU jd ga pernah dianggap salah.
Komentar oleh islam pemula — June 13, 2008 @ 7:37 pm
Baca ini aja deh… http://perspektif.net/article/article.php?article_id=888
Komentar oleh sofian — June 19, 2008 @ 2:00 am
gusdur jangan asal bicara..hatii2 anda seorang ulama..ingatkah anda tentang siapa orang yg pertama masuk neraka.. ulama yang salah dalam pengertiannya tentang agama..jangan bicara sembarangan ingat kita akan ditanyakan tentang pertanggungjawaban apa yang telah kita bicarakan dan kt lakukan. buat pengikut2 siapa saja ..golongan apa saja ..jangan mau ikut aja..dengarkan..telaah..jika itu baik.. ok..jika salah jgn …janganlah diikuti…jgn mau masuk lubang…seandainya ada jalan yg baik…terima kasih
Komentar oleh ashadi — June 20, 2008 @ 9:56 pm
Apa pantas orang seperti GD di sebuat Ulama?…Tidak sama sekali. Inilah akibatnya orang yang terlalu membanggakan logika untuk menilai segala sesuatu. GD itu menganut ajaran SPILIS. jadi kita harus hati2 dengan segala omongan nya. kita tidak bisa menganggap remeh orang ini. Semoga Allah memberi perlindungan dari orang2 yang sejenis dengan makhluk ini (GD)
Komentar oleh ilham — June 23, 2008 @ 12:40 am
ALLAHU AKBAR………….!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
DEMI ALLAH GUS DUR WAJIB DI BUNUH & HALAL DARAHNYA…………!!!!!!!!!!!!!
KYAI EDAN…………….!!!!!!!!!!!!!!!
Yang Melindungi Gus Dur Semoga MASUK NERAKA JAHANAM…….!!!!!!!!!!!!!!!!!KARENA KALIAN TIDAK BEDA DARI SETAN………………….!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!1
ALLAHU AKBAR……!!!!!!!!
ALLAHU AKBAR……!!!!!!!!
ALLAHU AKBAR……!!!!!!!!
HDUP AL-HABIB RIZIEQ & FPI……!!!!!!!!!!!!!!!
Komentar oleh Baz & Had — June 25, 2008 @ 3:36 pm
wah wah wah semua orang mencaci dan merasa sok pinter ya? emang kalian semua sudah yakin akan masuk surga or neraka? siapa yang kafir? siapa yang pantas di bunuh? siapa yang pengkhianat? siapa yang yahudi?. sebaiknya di pikir dulu sebelim ngomong, harus ditelaah antara konteks dan teksnya. jangan hanya bilang ini salah ini benar. kalau orang merasa dirinya paling benar ya akhirnya kayak kelompok FPI itu, bisanya main hantam aja. kayak anak kecil dan hanya melihat apapun dari satu sisi saja. hanya dari kacamata islam aja, itupun islamnya juga hanya dari sisi yang sebagian aja. semoga kita bisa lebih bijak lagi……..
Komentar oleh M. Rofik — June 26, 2008 @ 1:12 am
Asw.
Saya seorang muslim yang minim agama.Tapi saya masih melek dan perduli dengan keIslaman saya.Saya juga bukan seorang ulama seperti kebanyakkan disini.
Saya adalah seorang IT Planning atau bisa juga programmer.Saya tertarik ikut berkomentar, Just Speaking for my mind.Dan saya tidak terpengaruh oleh siapapun mengenai GD.Sebelumnya saya mohon maaf jika saya tidak mengetahui GD secara Mendalam.Dan Saya juga tidak mengtahui AA’ Gym secara mendalam.
Hanya saya tahu keduanya adalah Ulama.1.Tapi yang saya ikuti selama ini, Kenapa GD yang katanya Pintar, wawasan Cerdas, Ahlinya Agama dll, malah tidak membawa kesejukkan dalam berdakwah??? Sangat berbeda dengan Ulama yg lain yg saya maksud.
2. Kenapa kok katanya yg bisa menelaah maksud gusdur, hanya orang2 pintar atau perlu pemikiran yg dalam. Bagi saya, ini TIDAK PERLU!!! karena rakyat gak perlu bertele-tele dalam hal mencernakan apa yang disampaikan. Kenapa harus beda dgn ulama lain yang begitu disampaikan langsung bisa diserap maksudnya. Terus terang saya merasa sesat dengan pernyataan gusdur.
3. Kontroversi2 lain yang membuat saya tidak simpatik dengan gusdur: Saya menyaksikan video pembaptisan dirinya digereja; Menuduh seseorang dng menyebutkan nama si anu, si poland; mengatakan partai2 selain PKB yang NU disebut Taik AyaM, Pengikut2nya yang anarkis dan gak simpatik, yang katanya dulu mau berjihad klo gusdur diturunkan dr kursi presiden (Emang Jihad boleh karena Manusia??? Bukankah Orintasi nya kepada ALLAH SWT); kemudian bersahabat dengan orang2 Yahudi dan sempat ingin membuka jalur kerjasama dngan Israel; Kemudian PKB yang selalu terpecahbelah dibawah kepemimpinannya… Masih Bnayak lagi mengenai gusdur yang saya tidak berkenan terhadap titelnya yang Kyai.
Bagi saya gusdur bukanlah PANUTTAN yang PANTAS buat anak bangsa, Apalagi dijadikan IMAM.Saya saja Seorang yang bukan Ahli AGAMA, masih bisa berpikir WARAS. Dan mudah2an ALLAH tidak Menyesatkan saya dari Aqidah dan Syariat.
Saya Mohon Maaf, kalau ada kesalahan kata. Khusunya bagi pendukung gusdur yang terlalu fanatik.
Komentar oleh Marwan — July 5, 2008 @ 6:30 am
Gusdur udah dilaknat Allah,liat tuh partainya ketahuan isinya.Udah jelas 300 juta ngobatin gusdur kok masih membantah.Sadarlah gusdur.Anda pelan2 udah dihukum Allah.
Komentar oleh batak muslim — July 16, 2008 @ 2:25 pm
Menemapatkan sesuatu pada tempatnya, itulah artinya adil. Segala sesuatu harus dilihat sesuai konteksnya. Turunnya ayat-ayat Al Qur-an ada asbabun nuzulnya. Munculnya sebuah hadits ada asbabul wurudnya. Karenanya, tidak adil jika sesorang menilai sesuatu di luar konteks.
Buat orang-orang yang merasa tidak paham dengan sikap, pernyataan, atau pun tindakan Gus Dur, saya ingin bertanya, apakah anda sudah pernah membaca tulisan-tulisan/pikiran-pikiran Gus Dur? Kalau belum, nih saya kasih linknya: http://www.gusdur.net Coba, jadikan itu referensi sebelum anda menilai Gus Dur.
Rasanya tidak fair kalau di satu sisi kita merasa tidak paham akan sesuatu namun di sisi enggan untuk berusaha memahminya.
Komentar oleh Sofian — July 27, 2008 @ 9:21 am
Politik Lawan Budaya dalam Islam
Oleh: KH. Abdurrahman Wahid*
Islam di banyak negri menampilkan wajah politik lebih banyak daripada wajah budayanya. Karena itu, penampilan Islam sebagai wadah kajian senantiasa berurusan dengan negara dan bukannya dengan bangsa. Ini adalah kenyataan sejarah yang tidak dapat dibantah oleh siapapun. Bahkan gerakan budaya (dalam hal ini pendidikan) yang bernama al-Ikhwan al-Muslimun, sebelum Perang Dunia ke-2 di Mesir yang dicetuskan oleh Hassan al-Banna (dihukum gantung karena gerakan itu) ‘dicuri’ orang dan pada ujungnya menjadi gerakan politik, adalah sebuah bukti dari kuatnya kecendrungan tersebut.
Dewasa ini gerakan tersebut sudah resmi menjadi gerakan politik, seperti terjadi di Jordania dan Saudi Arabia. Gamal al-Banna, adik terkecil dari Hasan mencoba membuktikan melalui serangkaian tulisan, bahwa organisasi tersebut adalah organisasi budaya. Tetapi sejauh ini, Gamal belum dapat menghilangkan gambaran bahwa perkumpulan tersebut sebagai sesuatu yang politis.
Sebenarnya, pandangan mayoritas kaum muslimin di seluruh dunia justru tidak menghendaki gagasan Islam politik. Kebanyakan mereka melihat Islam sebagai sesuatu yang bersifat budaya/kultural. Wacana ini dibuka oleh Nahdlatul Ulama (NU) yang didirikan tahun 1926. Pada tahun 1936 dalam muktamarnya di Banjarmasin (Borneo Selatan) dengan dihadiri sekitar enam ribu ulama, NU membuat dua keputusan yang sangat penting bagi masa depan Bangsa Indonesia. Para ulama NU dihadapkan pada pertanyaan: “wajibkah kaum muslimin di Hindia Belanda, mempertahankan kawasan tersebut yang dikuasai non-muslim?” Jawaban muktamar itu adalah: “kawasan itu wajib dipertahankan.” Ini diperkuat dengan refrensi dari Bughyah al-Mustarsyidin. Pertanyaan berikut adalah: “untuk melaksanakan syariat Islam, wajibkah didirikan sebuah Negara Islam?” Keputusan muktamar itu menyatakan: “tidak wajib.”
Kedua pendapat di atas sangat dipengaruhi kemunculannya oleh dua orang yang masih terikat dalam hubungan persaudaraan, yaitu H.O.S Tjokroaminoto dari kota Surabaya dan KH. M. Hasyim Asy’ari. Mereka masih bersaudara, walaupun yang satu tokoh Syarikat Islam (belakangan berkembang menjadi Partai Syarikat Islam Indonesia/ PSII), sedangkan yang satunya lagi adalah salah seorang pendiri NU. Bahkan ia kemudian diangkat menjadi Ra’is Akbar NU dengan temannya sesama santri KH. A. Mahfudz Dimyati dari Termas (Pacitan) dan Wakil Ra’is Akbar KH. Faqih Maskumambang dari daerah Dukun (Gresik). Kegigihan KH. M. Hasyim Asy’ari adalah membuat ‘terobosan’ dalam pemikiran kalangan tradisional di antara gerakan Islam yang berkembang di kawasan Hindia-Belanda.
H.O.S. Cokroaminoto dan KH. Hasyim Asy’ari masih merupakan keluarga, karena keduanya berasal dari keluarga keturunan Ki Ageng Basariah dari Sewulan ( +10 km selatan Madiun). Di lingkungan inilah lahir beberapa orang pemimpin gerakan Islam di negeri kita, seperti KH. A. Kahar Mudzakir dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah, KH. A. Wahid Hasjim dari NU di PP Tebu Ireng Jombang, Alm. KH. A. Wahab Chasbullah dan Abdul Munir Mulkan dari kalangan Muhammadiyah dewasa ini, dan lain-lain. Pada intinya, mereka selalu menyuarakan gerakan Islam sebagai gerakan budaya/ kultural.
Inilah yang membedakan mayoritas kaum muslimin di Indonesia, dari gerakan Islam di negeri-negeri lain. Tokoh-tokoh besar gerakan Islam di Indonesia masa lampau pun mengikuti pola budaya ini. Oleh sebab itu suara yang dibawakan NU lalu menjadi sesuatu yang sangat longgar penerapannya, karena selama ini banyak kalangan gerakan Islam di banyak negara seluruh dunia berwatak politis. Ditambah lagi mereka memiliki/ menguasai ‘media Islam’, dengan sendirinya pendapat mereka yang bersifat politis yang dianggap mewakili ‘pandangan Islam’ di negeri ini. Dengan demikian wacana gerakan Islam lebih banyak terlihat sebagai wacana politis.
Pendapat NU lalu diperlakukan sebagai pandangan kelompok minoritas. Ini terjadi karena misspersepsi/ pandangan yang dangkal sejumlah pengamat bahwa mayoritas gerakan Islam di Indonesia bersifat politis. Penyatuan antara negara dan Islam sebagai agama justru berkembang dari luar gerakan Islam negeri kita. Karena itulah kita tidak usah heran menyaksikan ketika Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia di tahun 1945, merumuskan syariat Islam dalam kehidupan bernegara, seperti tertuang dalam Piagam Jakarta. Baru setelah seorang beragama Kristen, yaitu A.A. Maramis dari Sulawesi Utara menyuarakan keberatannya, lalu Muh. Hatta keesokan harinya memimpin sidang perwakilan berbagai gerakan Islam (Ki Bagus Hadikusuma dan KH. A. Kahar Mudzakir dari Muhammadiyah, A. Rahman Baswedan dari Partai Arab Indonesia, Abikusno Tjokrosuyoso dari PSII, Ahmad Subarjo, KH. A. Wahid Has’jim dari NU dan H. Agus Salim sebagai tokoh independen) membuang tujuh kata dalam Piagam Jakarta tersebut.
Hampir seluruh dunia memandang gerakan Islam bersifat politik sebagai gerakan fundamentalis/radikal. Pandangan itu lalu menganggap pandangan budaya dari NU sebagai ‘moderat’. Penamaan serampangan seperti inilah yang lalu menciptakan kesan salah tentang gerakan Islam di seluruh dunia. Padahal kita juga melihat berbagai gerakan Islam seperti al-Qaidah yang dipimpin oleh Osama Bin Laden dari Afghanistan (bukankah lebih tepat Saudi Arabia?) dengan rasa was-was karena militasinya yang sangat tinggi. Juga lahirnya pendapat berbagai gerakan Islam, seperti Hizbut Tahrir di negeri kita, akan perlunya sistem pemerintahan berupa kekhalifahan, yang jelas-jelas merupakan pandangan politik yang bertentangan dengan UUD kita. Sulit rasanya untuk membenarkan gerakan-gerakan tersebut.
Tetapi misteri seperti inilah yang membuat buku yang ada di tangan pembaca ini, menjadi sesuatu yang menarik dan perlu ada. Jika beberapa waktu yang lalu Majalah Tempo bermotto “enak dibaca dan perlu”, bukankah pembahasan tentang perlunya Islam budaya dan Islam politik kita lakukan, juga demikian?
Jakarta, 1 Oktober 2007
Komentar oleh Sofian — July 27, 2008 @ 9:32 am
Lucu juga ya……..masa gusdur dibelain mati-matian…..kalo islam itu sendiri dilecehkan qo malah pada diem….capeee dwehhh…
Komentar oleh AMIR ELFADANY — July 27, 2008 @ 12:35 pm
@Sofyan, anda terlalu bertele-tele.Saya pun sudah melihat website gusdur.net
Itu merupakan propaganda untuk citra baik gusdur.Okelah saya setuju dengan pemikiran, wawasan, dan tulisannya memang begitu baik dan terkesan pintar.
Tapi saya sebagai seorang pekerja keras, sesekali butuh pencerahan ROHANI.
Kemudian klo Gusdur dikonteks kan sebagai Ulama, adakah dia membawa kesejukkan dalam berdakwah-bagi saya TAK ADA dakwah darinya yg dapat meningkatkan ketebalan IMAN. Justeru sebaliknya ketika gusdur berdakwah, saya merasa EMOSI karena pembelaa dia thdp non ISLAM sekaligus melecehkan ISLAM.
Dulu sebelum GD jadi Preseiden saya sempat simpatik dgn GD.Namun beberapa bulan kepemimpinannya-BEGITU BANYAK KEBODOHAN YANG DILAKUKANNYA. Tentu saja, RAKYAT MERASA KECEWA.Seharusnya Pendukungnya MIKIR, kenapa Gusdur, diturun PAKSA dr RI1???Lagipun rakyatnya gusdur itu sapa??? Paling juga umat NU, itupun sebagian.GUSDUR itu BUTA, seharusnya anda sadar. Dia itu berbicara atas dorongan orang2 disekitarnya dan menjadikan GD sebagai tunggangan mereka.KALAU pun ada yang membela mati2an GUSDUR, saya cuma bisa mengatakan: “MEREKA LEBIH BUTA”
Kalo anda Mengidolakan RASULULLAH SAW,adakah Gusdur BERUSAHA bersikap seperti MUHAMMAD SAW.
Lebih baik konteks GUSDUR sebagai Ulama dicopot.Dan diberi Gelar Sebagai “TROUBLE MAKER”.
Maaf klo dalam tulisan ini saya begitu lantang,Karena Kekecewaan yang semakin bertambah thdp GD.
Komentar oleh Marwan — July 29, 2008 @ 6:14 pm
GD cangkamu doang
Komentar oleh ale — August 4, 2008 @ 9:09 pm
Melecehkan? Lha bukannya payudara, nipple, susu itu masuk kategori pornografi? Lha gak salah dong katanya Gus Dur? Hihihihihi.
Adalagi yang bilang pelecehan. Bukannya make bandwidth kantor buat nulis komen seperti saya ini adalah tindak korupsi yang lebih mencoreng lagi citra islam? Atau waktu kita ngelanggar lampu merah dijalan. Bukankah itu lebih mencoreng lagi agama islam yang katanya sangat ketat kedisiplinannya? wekekekekekekekekekekek!!!
Silahkan saling menghujat dan menyumpahi. Saya nonton aja darisini sambil ngakak. Mungkin Gus Dur juga gitu kali ya? Hehehehe
Komentar oleh krebo — August 25, 2008 @ 5:05 pm
Seru banget diskusinya, kurang lebih dua tahun mengalir terus! Jadi ingat masa kecil, setiap habis nagji quran, selalu diberi bonus cerita atau kisah-kisah dari pak ustadz kampung yang sederhana, kisahnya paling seru tentang Abu Nawas! Ada yang mirip dengan yang didiskusikan di atas!
Komentar oleh jun_pencangkul — August 28, 2008 @ 11:01 am
GUS DUR ORANG KEBLINGER DDENGERIN … EMANG SAPE SEH GUS DUR ?.. YAHUDI BERKEDOK ISLAM KAH ? emang tanda2 akhir zaman … ya rasulullah .. kau sebaik baiknya mahluk ciptaan ALLAH, kekasih drpd kekasih … ya rosul . aku mendambakan syafa’aat dr mu ya rosul …
Komentar oleh madotz — August 31, 2008 @ 11:47 pm
Biarkan GUK DUR (Anjing Dur) Menggonggong…
Kita Tunggu Rahasia Illahi..
Apakah Matanya dirubung BElatung ??
atau apa???
Komentar oleh Guk Dur (Anjing Dur) — September 6, 2008 @ 2:46 pm
GUSDUR BEBEL
GUSDUR BEBEL
GUSDUR BEBEL GUSDUR BEBEL
GUSDUR BEBEL
Komentar oleh ARUL — September 9, 2008 @ 6:07 am
Kebaikan dan kejahatan yang bercampur memang harus dipisahkan,ini perpecahan yang seharusnya.Tapi kalau kesatuan yang baik dipecahkan ini perpecahan yang pelakunya adalah biang kerok yang harus dipecahin kepalanya.Pokoknya yang bikin nista agama Islam akhir hidupnya hina. Dihinakan langsung oleh Allah atau melalu tentara-tentaraNya dari kalangan Manusia, Jin, Belatung, bakteri, virus mencret, kolesterol pembangkit stroke atau sel-sel pencernaan yang tidak mau kompromi seperti Ahmad Qodian yang berak mencret kencing di atas kasur sampai mati. Tunggu saja
Komentar oleh asyik juga — September 9, 2008 @ 6:51 am
Saya pernah mimpi ketemu GD ga pake baju, saya usap perutnya tiba-tiba jadi dajjal. Kurang lebih setahun yang lalu. Ada yang tahu ta’wilnya
Komentar oleh ibnu sirin — September 9, 2008 @ 7:00 am
Mas Ibnu sirin, Imam ibnu Sirin yang justru ahli ta’bir mimpi. Kalau baca di Tafsirul Ahlam Imam Ibnu sirin, orang yang telanjang (ga pake baju)artinya orang yang konsisten penuh dengan bidangnya, dan kalau kita mimpi memegang perut seseorang artinya kita dapat manfaat dari keberadaan orang tersebut. Kalau Dajjal, Naudzubillah.
Sedikit kutipannya silahkan buka langsung di Tafsir mimpi Imam Ibnu sirin sudah diterjemahkan ada di Toko buku Si Buyung Senen. Bahwa ada seseorang yang datang ke Imam Ibnu sirin dan menanyakan ta’wil mimpinya, dalam mimpinya Ia melihat seorang yang bertelanjang di masjid memegang pedang dan kitab suci. Imam Ibnu sirin berkata pada pemimpi, “Orang yang kau lihat dalam mimpi pasti Imam Hasan AL-Basri” orang itu menjawab, “benar!” kata Ibnu Sirin, “benar seperti dugaan saya Imam Hasan alBasri adalah ulama yang konsisten menegakkan alQuran dan meluruskannya.” KAlau jadi Dajjal??Wallahu ,alam bissawab.
Komentar oleh asyik juga — September 9, 2008 @ 7:16 am
Komentar oleh mahdar hidayatullah — September 12, 2008 @ 9:06 pm
Maaf, Saudara Mahdar..
Setahu saya Kitab suci kl yg dimaksud Kitabullah ada 4 (Taurat, Zabur, Injil, Alquran), cuma yg dijamin keasliannya s/d kiamat hanya Alquran. Mohon koreksi kl sy salah. tks
Komentar oleh angger — September 17, 2008 @ 11:33 am
assalamualaikum
saya rasa blog ini (yang katanya menyuruh Gusdur istighfar) tidak punya niat murni untuk mengingatkan Gusdur, justru cendrung untuk mengumbar kesalahan orang lain (dalam hal ini Gusdur).
Kalau anda bener pengen mengingatkan Gusdur . . . ya langsung aja tulis surat ke Gusdur atau dengan cara lain yang sekiranya pesan anda akan sampai ke gusdur. Tidak perlu anda gembar-gembor di blog (kecuali anda ingin cari sensasi)
Komentar oleh didi — September 21, 2008 @ 7:19 pm
MENCACI MAKI AGAMA DALAM KONDISI EMOSI
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Pertanyaan:
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apa hukum syari’at menurut pandangan anda terhadap orang yang mencaci-maki agama dalam kondisi emosi, apakah dia wajib membayar kafarat? Apa syarat bertaubat dari perbuatan ini? Mengingat saya pernah mendengar dari para ulama yang mengatakan kepada saya, bahwa berdasarkan ucapanmu tersebut, sesungguhnya kamu telah keluar dari Islam. Demikian juga mereka mengatakan bahwa isterimu itu telah menjadi haram bagimu?
Jawaban.
Vonis hukum terhadap orang yang mencaci-maki agama Islam adalah bahwa dia telah melakukan kekufuran sebab mencaci-maki agama dan memperolok-oloknya merupakan tindakan murtad dari Islam dan kekufuran terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dien-Nya. Dalam hal ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengisahkan perihal suatu kaum yang memperolok-olok dien Al-Islam, bahwa mereka itu pernah mengatakan, “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.” Lalu Allah menjelaskan bahwa senda gurau dan bermain-main seperti ini merupakan bentuk olok-olok terhadap Allah, ayat-ayat dan RasulNya dan bahwa mereka telah menjadi kafir karena itu. Allah berfirman.
“Artinya : Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab, ‘Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja’. Katakanlah, ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?.’ Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman..”. [At-Taubah : 65-66]
Jadi, memperolok-olok Dienullah, mencaci-makinya, mencaci-maki Allah dan RasulNya atau memperolok keduanya merupakan kekufuran yang mengeluarkan seseorang dari dien ini.
Sekalipun demikian, di sana masih ada peluang untuk bertaubat, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Artinya : Katakanlah, ‘Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’.” [Az-Zumar:53]
Bila seseorang bertaubat dari apapun bentuk riddah (keluar dari Islam) yang dilakukannya dan taubatnya itu adalah Taubat Nashuh (taubat yang sebenar-benarnya) serta telah memenuhi lima persyaratan, maka Allah akan menerima taubatNya. Lima syarat yang dimaksud adalah:
Pertama.
Taubatnya tersebut dilakukannya dengan ikhlas semata karena Allah. Jadi, faktor yang mendorongnya untuk bertaubat, bukanlah karena riya’, nama baik (prestise), takut kepada makhluk ataupun mengharap suatu urusan duniawi yang ingin diraihnya. Bila dia telah berbuat ikhlas dalam taubatnya kepada Allah dan faktor yang mendorongnya adalah ketaqwaan kepada-Nya, takut akan siksaanNya serta mengharap pahalaNya, maka berarti dia telah berbuat ikhlas dalam hal tersebut.
Kedua.
Menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukan. Yakni, seseorang mendapati dirinya sangat menyesal dan bersedih atas perbuatan yang telah lalu tersebut serta memandangnya sebagai perkara besar yang wajib baginya untuk melepaskan diri darinya.
Ketiga.
Berhenti total dari dosa tersebut dan keinginan untuk terus melakukannya. Bila dosanya tersebut berupa tindakannya meninggalkan hal yang wajib, maka setelah taubat dia harus melakukannya dan berusaha semaksimal mungkin untuk membayarnya. Dan jika dosanya tersebut berupa tindakannya melakukan sesuatu yang diharamkan, maka dia harus cepat berhenti total dan menjauhinya. Termasuk juga, bila dosa yang dilakukan terkait dengan makhluk, maka dia harus memberikan hak-hak mereka tersebut atau meminta dihalalkan darinya.
Keempat.
Bertekad untuk tidak lagi mengulanginya di masa yang akan datang. Yakni, di dalam hatinya harus tertanam tekad yang bulat untuk tidak lagi mengulangi perbuatan maksiat yang dia telah bertaubat darinya.
Kelima.
Taubat tersebut hendaklah terjadi pada waktu yang diperkenankan. Jika terjadi setelah lewat waktu yang diperkenankan tersebut, maka ia tidak diterima. Lewatnya waktu yang diperkenankan tersebut dapat bersifat umum dan dapat pula bersifat khusus. Waktu yang bersifat umum adalah saat matahari terbit dari arah terbenamnya. Maka, bertaubat setelah matahari terbit dari arah terbenamnya tidak dapat diterima. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Artinya : (Atau) kedatangan sebagian tanda-tanda Rabbmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. ” [Al-An’am:158]
Sedangkan waktu yang bersifat khusus adalah saat ajal menjelang. Maka, bila ajal telah menjelang, maka tidak ada gunanya lagi bertaubat. Hal ini berdasarkan firman Allah.
“Artinya : Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan, ‘Sesungguhnya saya bertaubat sekarang’, Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. “[An-Nisa’:18]
Saya tegaskan kembali, sesungguhnya bila seseorang bertaubat dari dosa apa saja sekalipun berupa caci-maki terhadap agama, maka taubatnya diterima bilamana memenuhi persyaratan yang telah kami singgung tadi. Akan tetapi perlu dia ketahui bahwa suatu ucapan bisa jadi dinilai sebagai kekufuran dan riddah, akan tetapi orang yang mengucapkannya bisa jadi tidak divonis kafir karenanya dengan adanya salah satu penghalang yang menghalangi dari memberikan vonis kafir tersebut terhadapnya.
Dan terhadap orang yang menyebutkan bahwa dirinya telah mencaci-maki agamanya tersebut dalam kondisi emosi, kami katakan, “Jika emosi anda demikian meledak sehingga anda tidak sadar lagi apa yang telah diucapkan, anda tidak sadar lagi di mana diri anda saat itu; di langit atau masih di bumi dan anda telah mengucapkan suatu ucapan yang tidak anda ingat dan tidak anda ketahui, maka ucapan seperti ini tidak dapat dijatuhkan hukum atasnya. Dengan begitu, tidak dapat dijatuhkan vonis riddah terhadap diri anda karena apa yang anda ucapkan adalah ucapan yang terjadi di bawah sadar (tidak diinginkan dan dimaksudkan demikian). Dan, setiap ucapan yang terjadi di bawah sadar seperti itu, maka Allah tidak akan menghukum anda atasnya. Dalam hal ini, Dia berfirman mengenai sumpah-sumpah tersebut.
“Artinya : Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang disengaja. ” [al-Ma’idah:89]
Bila orang yang mengucapkan ucapan kekufuran ini dalam kondisi emosionil yang teramat sangat (meledak-ledak) sehingga dia tidak sadar apa yang diucapkan dan tidak tahu apa yang telah keluar dari mulutnya, maka tidak dapat dijatuhkan hukum atas ucapannya tersebut. Dengan begitu, dia juga tidak dapat dijatuhi vonis riddah. Manakala tidak dapat dijatuhkan vonis riddah terhadapnya, maka pernikahannya dengan isterinya tidak (secara otomatis) menjadi batal (fasakh). Artinya, dia tetap menjadi isterinya yang sah akan tetapi semestinya bila seseorang merasakan dirinya tersulut emosi, maka cepat-cepatlah memadamkan emosinya ini. Yaitu dengan cara yang telah diwasiatkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat ada seorang laki-laki bertanya kepadanya sembari berkata, “Wahai Rasulullah, berilah wasiat (nasehat) kepadaku!.” Lalu beliau menjawab, “Janganlah kamu marah. ” Lantas orang itu berkali-kali mengulangi lagi pertanyaan itu dan beliaupun tetap menjawab, ‘’Janganlah kamu emosi. ”
Hendaknya dia dapat menstabilkan kondisi dirinya dan meminta perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk. Bila dia ketika itu sedang berdiri, maka hendaklah duduk; bila dia sedang duduk, maka hendaklah berbaring; dan bila emosinya benar-benar meledak, maka hendaklah dia berwudhu. Melakukan hal-hal seperti ini dapat menghilangkan emosi dari dirinya. Alangkah banyak orang yang menyesal dengan suatu penyesalan yang besar karena telah melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang ada di dalam emosinya tersebut akan tetapi (sangat disayangkan) hal itu setelah waktunya sudah terlewati (alias nasi telah menjadi bubur).
[Nur ‘Ala ad-Darb, dari fatwa Ibn Utsaimin]
[Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, Penyusun Khalid Al-Juraisy, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, Penerjemah Muthofa Aini dkk, Penerbit Darul Haq]
Komentar oleh taufik — September 23, 2008 @ 12:52 pm
umm jujur saya cape bacanya ga abis2 seru dan cukup menyebealkan bikin mood turun naik, lama2 eneq n pengen komen. gmana semua saudaraku berpuasakah insyaAllah yah.
wah klo menurut aku.
Bismilahirahmanirrohim.
hanya dengan kembali kepadaNya kita akan berpikir lebih jernih. jalani rutinitas dan tetap berusaha sebagai manusia untuk Allah, keluarga dan agama serta negara.
so.
im not a perfect one.
but for sure,
ketika orang sudah berada diatas dan dia bisa nomong apa sesuka dia maka semua pengikutnya akan mengikutinya.
mo pemikiran dia bagus mo ini itunya bagus.
terserahlah.. tapi inget kita harus tetap beware akan semua keburukan dari omongan itu. mulut itu tajam seperti halnya saya jika menjelekan GD akan membuat pengikutnya kesal padahal saya sendiri berkomentar menurut nalar dan pengetahuan saya. mungkin pengetahuan saya masi sedikit.
dan anda lebih banyak. but kalo emang ada lontaran kalimat kata atau statemen yg memicu emosional orang lain mohon lebih di jelaskan. dan segera menyadari semua kesalahan karena kembali ke pengetahuan karena setiap manusia itu memiliki pengetahuan yg berbeda. perlu suatu medium agar pendapat seorang pemimpin dapat di garis ke maksut yg sesuai.
:)
insyaAllah semua akan baik2 saja.
Komentar oleh abdul muis — September 25, 2008 @ 4:04 pm
Yang penting bagi kita ummat muslim sedunia, jangan dengarkan ocehan-ocehan yang tidak berdasar, anggap saja itu seorang imam yang kentut tak shalat berjamaah, jadi tidak perlu diikuti lagi. Sekali lagi jangan dengarkan! Memang musuh yang paling berat dan paling susah untuk diperangi adalah musuh dalam selimut. (Munafikin)
Komentar oleh Yasup — September 26, 2008 @ 10:14 am
sibuta dari goa haNtU kayaknya dilaknat sampe kaga bisa liat,pernah selingkuh , kawan akrabnya s.peres (yahudi)and pake celana pendek (ngeliatin aurat/paha), demen pelesiran pake uang rakyat saat jadi presenter eeh presiden.
Komentar oleh edi — October 5, 2008 @ 1:50 am
Saya baru liat-liat saja di media masa belum denger si bos teler ngucap yang engak-engak tapi dari nngebaca saja udah enek apalagi kalo ngedenger langsung
Hallo GD (gus dur, gede dubur, ambien kaliee)kalo si buta tersebut banyak yang ngedukung (antek-anteknya) berarti mereka lebih buta daripada yang buta yach. tul gak???
jawab dooong Guss
Komentar oleh maheer — October 6, 2008 @ 1:24 pm
Di zaman GD jadi presiden ada orang yahudi yang dijadikan penasehat ekonomi indonesia, (george soroz) aku bingung nich apa GD nggak lihat ayat yang bunyinya “janganlah orang - orang kafir engkau jadikan pemimpin-pemimpinmu” gimana nich???…….
Komentar oleh ABU ALGHIFARI — October 20, 2008 @ 9:29 am
sebenarnya kasihan juga tuh si GD,
dimanfaatkan orang lain kok mau-mau aja.
katanye sih sakti,
jin-nya ratusan ribu yang ngawal,
tetapi giliran di-lengserkan dari keraton
kok kagak ade yang mbantuin ya…hehehe
semoga aje lah kembali ke jalan yang benar.
ingat usia Dur.
katenya sih mbahe’nya GD sudah mem-puasai
keturunananya selama 1 thn, jadi semuannya
akan jadi ‘orang’.
wong yang bapaknya nabi aja belum tentu anaknya nabi,
malah kafir, ingat ceritanya Nabi Nuh ‘kan?
dan sebalinya yang anaknya nabi belum tentunya orang
tuanya masuk surga.
moga aja sadar deh.
Komentar oleh pecinta Indonesia — October 27, 2008 @ 1:31 pm
gus dur kamu cpt mati kafir
Komentar oleh rudi — November 6, 2008 @ 8:51 pm
assalamu’alaikum.
kalo emang kalian orang islam seharusnya bisa berpikir panjang,apa itu arti porno dalam Al Qur’an.kalo pingin tau isi Al Qur’an telaah lebih dalam lagi agar tidak tersesat.jangan menjastifikasikan seseorang dengan enak.bercerminlah, apa kita sudah mengerti semua kandungan Al Qur’an?wassalam.
Komentar oleh maman — November 19, 2008 @ 5:38 am
Eiit tunggu dulu jangan beratem, siapa bilang Al Qur’an kitab suci paling ” Porno ” ? coba simak dan barangkali Gus Dur perlu dialog dengan ahli Pornografi / Porno aksi atau Mesumgrafi ? lihat kitab lain yang di Injil Yehezkiel 23 : 20-22 mengatakan :
” Maka asyiklah ia terlebih daripada segala gundik mereka itu, yang dagingnya seperti daging keledai dan cemarnya seperti cemar kuda. Demikianlah dilakukannya semula segala perbuatan keji yang telah dibuatnya pada masa mudanya, tatkala orang Mesir itu menjamah mata susunya pada masa mudanya “.
Cuman yang saya heran Gus Dur itu kan muslim kenapa begitu ?
Komentar oleh masnunk — December 13, 2008 @ 9:23 am
ealah… ternyata di sini forum rasan-rasan ta? wah asyik banget tuh… sebab hobi yang paling gratis tuh ya ngrasani, ga peduli pa kita dah lebih baik dari mereka pa justru makin bobrok, yang penting “NGRASANI TERUSSSSS” sampek mati! Hidup GHIBAH!
Komentar oleh solkan — December 17, 2008 @ 9:29 am
Sing Edan ya bener2 edan, jangan diikuti atau malah dikultuskan, sing waras ya mawas diri jangan sampe ikut kejeblos penyakit hati. yang dimaksud gus dur itu qurane gus dur..bukan qur’an punya orang Islam.
Komentar oleh dolim — December 23, 2008 @ 4:29 pm
wah… wah… ternyata setelah baca blog ini saya baru yakin bahwa di dunia ini masih banyak orang yang bodoh..(ya… kan gus)semakin tiggi ilmu seseorang maka akan ditinggikanlah derjatnya oleh Allah…kenyatannya derajat gusdur semakin tinggi tuh…
Komentar oleh zain — December 25, 2008 @ 1:00 pm
WOOOOOOOOOOOIIIIIIIIIIIIIIIIIII….PEACE…..PEACE……..ANDA ANDA SEMUA NYADAR GA SEH, MASA’ DARI APRIL 2006 SD DESEMBER 2008 (2 TAON) BISANYA CUMAN NGOMONGIN GUS DUR MULU ??? INI DAH 2009. DEMI MEMBESARKAN ISLAM SAYA HARAP PEMILIK BLOG INI MENUTUP SAJA ACCOUNT NYA. NGA MALU NEH SAMA SLANKER’S. KAMI MEMANG HIDUP SLENGEAN TAPI TOH TETAP BISA SALING MENGHARGAI…..OM, TANTE….MALU NGA SEH??? PLEASE DECH….PEACE !
Komentar oleh SLANKER'S — January 6, 2009 @ 3:31 am
Ada orang yang benar-benar tau dengan segudang ilmunya trus ngomong ini-itu, ada juga orang yang gak tau dan gak punya ilmu tapi karna sok tau makanya ngomong ini dan itu biar dianggap tahu.Kalo orang mau nyalahin orang lain, mau mencela orang lain, menghujat orang lain tanpa melihat alasannya kenapa itu sih semua orang jg bisa.Kalau mau mengoreksi kesalahan orang mbok ya dengan bahasa yang santun, dengan dasar ilmu yang lebih memadai bahkan seharusnya lbh tinggi daripada yang dikoreksi. Lha wong anak baru kemaren, baru belajar alguran baru satu ayat aja udah koar-koar, ngomong sana ngomong sini. itupun belajarnya “AYAT BOLA” alias cuma tau luarnya aja tapi isinya kosong. dan biasanya yang sok ngritik gusdur itu ya orang-orang yang gak suka dgn beliau. kalau omongan Gusdur yang menurut saya udah tinggi ilmunya dan paham lebih memahami Alquran, apalagi orang-orang yg komentar negatif ttg gusdur, yang saya yakin benar hanya belum ada apa-apanya. orng yg lbh bnyk belajar agama dengan buku dari pada dengan guru.
saya punya analogi gini, jika ada orang memakai baju tapi auratnya ada yang terbuka sedikit, terus dia berkata “wah saya porno nih karena aurat saya terbuka” atau ngomong gini “wah saya paling porno nich”. terus saat orang itu ngomong gitu ada orang lain yang nyata-nyata membuka memamerkan auratnya lebih banyak terus mendengar kata-kata itu. ada dua kemungkinan orang lain itu merasa cuek jika dia gak sadar diri, tapi akan merasa malu jika dia sadar. alasanya jika orang yang auratnya kebuka sedikit aja bs bilang dirinya porno sekali, berarti dia yang memarkan auratnya lebih banayak harus ngomong apa dan disebut apa??
menurut saya omongan Gusdur itu lebih saya nilai sebagai omomgna pemuka agama yang memahami agamanya, yang bersikap rendah diri dengan agamanya. selain itu mendidik umat islam, jika dalam Alquran yang hanya terdapat kata “menyusui” saja udah dianggap sebagai hal paling porno, apalagi kelakuan kita yang kadang ngomongnya gak karu-karyan, cara penampilan/pakaian kita yang kadang gak senonoh. terus mau dibilang apa diri kita yang kelakuan pornonya udah segudang??
Lagian apa yang berkomentar2 miring disini bener-bener tahu/nonton diaolog Gusdur saat itu secarta langsung?? atao hanya dari tulisan2 yang dengan segala gaya bahsanya bisa sekenarionya kadang bisa diedit, kalimat2 omongna orang bisa dipenggal-penggal???
Peace……….
Ada “ilmu muda” yang baru boleh dipelajari oleh kita yang masih muda dan ada “ilmu tua” yang mungkin blm blh kita pelajari sebagai anak muda. karena “ilmu tua” harus dipelajari dengan kearifan dan kebijaksanaan yang lebih besar dimana anak muda yang blm cukup arif dan bijak. sehingga ketika kita mempelajari ilmu itu justru membawa perbedaan pendapat.jika ilmu kita “ilmu muda” maka kalau ada niat mengajarkannya maka ajarkanlah pada yang “ilmunya lebih muda” lagi.
Komentar oleh masmus — January 9, 2009 @ 8:19 am
terserah gusdur mau bilang apa toh dia gak bisa melihat cuma bisa bicara doang hanya allah yang tahu dia benar atau salah dia hanya bisa mendengar tapi tidak bisa melihat apa yang ada di dunia ini
Komentar oleh hamba allah — January 10, 2009 @ 6:21 pm
lagi2 gusdur
pertanyaan:
pernyataan mana yang benar dan anda bela :
ALLOH swt Raja Manusia dan Raja semesta alam berfirman dalam Al-Baqarah ayat 26 “Sesungguhnya Alloh tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah daripada itu. Adapun orang-orang yang beriman ,maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka , tetapi mereka yang kafir mengatakan “Apakah maksud Alloh menjadikan ini untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Alloh dan dengan perumpamaan itu pula banyak orang yang di beri-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Alloh melainkan orang-orang fasik”
Gus Dur yang kata tetangga saya dia wali : Loh, jelas kelihatan sekali. Di Alqur’an itu ada ayat tentang menyusui anak dua tahun berturut-turut. Cari dalam Injil kalau ada ayat seperti itu. Namanya menyusui, ya mengeluarkan tetek kan?! Cabul dong ini. Banyaklah contoh lain, ha-ha-ha…
Komentar oleh erick — January 10, 2009 @ 10:19 pm
Komentar oleh bobon — January 13, 2009 @ 3:32 am
buat ummat islam, hati-hati,stlah saya check dari link-link komentator yang apposite trhdap Romo, mayoritas dari non-islam..Hati-hati dan waspada,sudah banyak referensi masuk, jika misioneris lebih tau islam drpda ummat islam ‘awwam.
mari kita budayakan ber-etika dan berhusnuddhon.
Komentar oleh bobon — January 13, 2009 @ 3:40 am
Menanggapi banyaknya nada-nada sumbang tentang keberadaan Everest Media. Ada pengalaman yang justru tidak masuk akal. Saya Ruli, tinggal di Serpong (BSD), 38 tahun. Karyawan salah satu Bank Swasta di Jakarta Barat. MOHON MAAF kalau tulisan ini bukan bermaksud membuat banyak pihak kecewa. Tepatnya di awal Februari 2008 lalu saya pernah menemukan masalah. Sore hari, laptop Toshiba saya tiba-tiba hang. Seperti biasanya saya segera matikan listriknya, lantas saya restart ulang. Biasanya mau lagi berjalan normal. Tetapi sekarang ini sepertinya lain, hanya tampilan ‘blue screen’ dengan tulisan bahasa aneh, agak sedikit bunyi aneh klak-kletek, dan saya pun tidak tahu artinya. Lantas saya copot hardisknya untuk di-copy ke PC, dengan memakai external case SATA ternyata sama saja & ada bunyi kletak-kletek.
Akhirnya saya membawa ke beberapa tempat recovery data di Harco Elektronik dan Mangga 2 Mall. Seperti biasa, saya menunggu beberapa hari. Tetapi saya tidak menegerti, ternyata mereka gagal menyelamatkan data saya dengan alasan bahwa kerusakannya adalah pada piringan/disk hardisk saya sudah parah (tergores). Saya pun mengambil harddisk SATA Seagate Momentus saya, dan mencoba merecover lagi ke beberapa tempat lain. Ternyata sama. Mereka gagal. Sama saja, terakhir saya coba ke Mall Ambasador, Sudirman Setiabudi, daerah Jakarta Barat juga, dan banyak tempat lain. Ternyata hasilnya sama saja. Padahal mereka juga mengaku-ngaku adalah master, ahlinya atau yang terbaik.
Entahlah saya hampir putus asa. Saya sudah bingung harus kemana lagi saya antar harddisk saya agar dapat diselamatkan data - data penting di dalamnya. Saya juga hampir putus asa. Akhirnya saya coba terus mencari di Internet, di salah satu situs iklan gratis tampa daftar, saya menemukan Everesta Media, situsnya www.everezta.com. Awalnya saya sempat ragu - ragu dengan sosok Everesta Media. Karena sebelumnya, saya sempat membaca beberapa tulisan-tulisan bernada sumbang tentang Everesta di situs http://www.mediakomsumen.com, dan juga di situs Logic hardware yang bernada amat sinis terhadap Everesta Media. Tetapi, saya tidak mudah percaya langsung dengan tulisan mereka. Karena belum ada buktinya bagi saya! Ya. Coba-coba dululah siapa tahu lain apa yang banyak pihak propagandakan. Mungkin juga, sosok Everesta tidaklah seperti tulisan yang pernah saya baca. Awalnya. Saya coba -coba menelpon mereka.Ternyata mereka meminta saya mengantar harddisk saya ke tempat mereka di daerah Lenteng Agung arah Depok. Akan tetapi kalau diambil oleh mereka , akan dikenakan biaya, yaitu untuk biaya pengecekan dan transportasi, yaitu sebesar tujuh puluh lima ribu rupiah. Dari pada repot - repot pikir saya, karena juga saya juga agak sibuk waktu itu. Saya meminta mereka segera datang mengambil harddisk tersebut untuk direcover ke kantor saya. Saya pun harus bersabar lagi menunggu jawaban dari pihak mereka.
Keesokan harinya saya ditelpon pihak mereka / Everesta Media, walau sempat tidak percaya. Mereka memngabarkan kepada saya, bahwa harddisk SATA saya dapat diselamatkan mereka, karena belum sempat dibongkar dalamnya. Katanya keberhasilan recovery data minimal 80% bukan 100%, juga waktunya agak lama minimal satu minggu, alasannya bahwa kerusakan harddisk saya tergolong sangat parah secara fisik (katanya ada sudah bunyi, head bacanya rusak, tidak terdetek BIOS lagi dan sudah banyak “bad sector area”). Mereka mengajukan biaya recovery data sebesar 5 juta rupiah. Jumlah yang sangat mengejutkan saya. Alangkah kagetnya saya! mahal sekali! Mahal sekali mas!!!! Padahal tidak seperti di tempat - tempat lain yang pernah saya tanya, jauh lebih murah! Karena mahalnya saya bingung sekali, sempat saya akan membatalkan saja. Saya curiga juga takut ditipu oleh mereka. Apalagi saya ingat artikel yang seperti yang pernah saya baca di www.mediakonsumen.com dan punya bung Logic hardware ini.karena terus penasaran, saya coba lagi tawar harganya agar dapat lebih murah. “Jangan mahal-mahal bah…..!” Entahlah, mereka tetap keras kepala… Tetap saja, mereka (pihak Everesta Media (http://www.everezta.com) tidak mau agar biayanya lebih murah. Karena terpaksa juga pasrah, mau tidak maulah! harus kemana lagi saya coba merecover data saya dengan harga jauh lebih murah, Sementara mereka belum tentu menjamin sanggup! Sebagaian besar mereka telah menyerah tak sanggup/ gagal. Akhirnya dengan terpaksa, saya menyetujui juga dengan biaya 5 juta rupiah secara tunai. Asalkan data-data saya benar - benar telah berhasil diselamatkan! Itu janji saya pada pihak Everesta Media.
Bingung dan mencurigakan juga cara kerja Everesta Media seperti apa. Terpaksa harus menunggu lebih seminggu, akhirnya setelah 8 hari, mereka (pihak Everesta Media) tiba-tiba menelpon lagi kepada saya, memberitahukan bahwa sudah selesai semua data saya diselamatkan, diminta saya segera membuka e-mail saya, karena laporan datanya sudah dikirim. Segera saya cek e-mail saya, ternyata benar data saya sudah ada semua. Kesesokan harinya, mereka akan antar data-datanya ke kantor saya siang hari. Diminta juga, saya segera menyiapkan pembayarannya secara tunai 5 juta rupiah. Saya tidak mau rugi dong, saya harus cek lagi lebih detail apakah benar - benar data saya sudah ada. Saya mencoba mengingat satu - persatu data - data penting saya, yang sebagian besar saya sudah tak ingat lagi satu persatu. Ternyata benar! Aneh sangat tidak dapat dipercaya! mereka telah berhasil menyelamatkan data-data saya! Percaya tidak percaya! walaupun banyak nada sumbang tentang Everesta ! Tak terkecuali photo-photo anak saya waktu lahir dulu. Hebat juga Everesta Media, walaupun biaya recovery datanya cukup mahal, tidak percaya dan tak mungkin! tidak seperti di tempat-tempat lain yang pernah saya tanya. Walaupun, saya agak curiga takut ditipu. Sebenarnya jujur dalam hati kecil saya, sudah cukup puas dengan harga 5 juta rupiah. Bagi saya saat ini. Sangat tidak penting seperti apa tempat Everesta Media, siapa - siapa saja yang anggotanya, bagaimana cara kerja mereka, dan berapakah personil dari Everesta Media itu?! Justru yang terpenting bagi saya Everesta Media adalah lebih dan memiliki nilai tambah dari dari yang lain! Karena terbukti telah berhasil menyelamatkan data-data penting saya, bahkan yang sudah lama dihapus sekalipun. Sementara di tempat lain sudah gagal / menyerah. Ruli, Serpong (8-1). Percaya atau tidak semuanya! terserah anda! saya hanya menuliskan saja. Semoga berguna.Wassalam.
Komentar oleh ruli — January 15, 2009 @ 11:30 am
Menanggapi banyaknya nada-nada sumbang tentang keberadaan Everesta Media dengan harga recovery data yang agak mahal yaitu 5 juta. Ada pengalaman yang justru tidak masuk akal. Saya Ruli, tinggal di Serpong (BSD), 38 tahun. Karyawan salah satu Bank Swasta di Jakarta Barat. MOHON MAAF kalau tulisan ini bukan bermaksud menjelek-jelekan orang atau organisasi tertentu. Tapi untuk penyeimbang berita saja.
Ada suatu cerita. Boleh percaya boleh tidak. Tepatnya di awal Februari 2008 lalu, saya pernah menemukan masalah. Sore hari, laptop Toshiba saya tiba-tiba hang. Seperti biasanya saya segera matikan listriknya, lantas saya restart ulang. Biasanya mau lagi berjalan normal. Tetapi sekarang ini sepertinya lain, hanya tampilan ‘blue screen’ dengan tulisan bahasa aneh, agak sedikit bunyi aneh klak-kletek, dan saya pun tidak tahu artinya. Lantas saya copot hardisknya untuk di-copy ke PC, dengan memakai external case SATA ternyata sama saja & ada bunyi kletak-kletek.
Akhirnya, saya membawa ke beberapa tempat recovery data di daerah Harco Elektronik dan Mangga 2 Mall. Seperti biasa, saya menunggu beberapa hari. Tetapi saya tidak menegerti, ternyata mereka gagal menyelamatkan data saya dengan alasan bahwa kerusakannya adalah pada piringan/disk hardisk saya sudah parah (tergores). Saya pun mengambil harddisk SATA Seagate Momentus saya, dan mencoba merecover lagi ke beberapa tempat lain. Ternyata sama. Mereka gagal. Sama saja, terakhir saya coba lagi membawa ke jasa recovery data di bilangan Mall Ambasador, Jl.Setiabudi Sudirman, daerah Jakarta Barat juga, dan banyak tempat lain. Ternyata hasilnya sama saja. Padahal mereka juga mengaku-ngaku adalah master, ahlinya atau yang terbaik.
Entahlah saya hampir putus asa. Saya sudah bingung harus kemana lagi saya antar harddisk saya agar dapat diselamatkan data - data penting di dalamnya. Saya juga hampir putus asa. Akhirnya saya coba terus mencari di Internet, di salah satu situs iklan gratis tampa daftar, saya menemukan Everesta Media, salah satu jasa penyelamat data, situsnya www.everezta.com. Awalnya saya sempat ragu - ragu dengan sosok Everesta Media. Karena sebelumnya, saya sempat membaca beberapa tulisan-tulisan bernada sumbang tentang Everesta dari berbagai pihak! Mengatakan, bahwa tempat Everesta Media tidak meyakinkan sekali! Tetapi, saya coba untuk tidak mudah percaya langsung dengan tulisan mereka. Karena belum ada buktinya bagi saya! Ya. Coba-coba dululah siapa tahu lain apa yang banyak pihak propagandakan. Mungkin juga, sosok Everesta tidaklah seperti tulisan yang pernah saya baca. Di tengah keputus-asaan, karena Everesta juga saya pikir akan sama dengan yang lain sebelumnya. Awalnya iseng-iseng saja kalau saja mereka bisa. Saya coba -coba menelpon ke pihak Everesta Media. Ternyata, mereka meminta saya mengantarkan harddisk saya ke tempat mereka di daerah Lenteng Agung arah Depok. Akan tetapi kalau diambil oleh mereka, dikenakan biaya, yaitu untuk biaya pengecekan dan transportasi, yaitu sebesar tujuh puluh lima ribu rupiah dibayar di muka. Awalnya saya ragu-ragu dan ciriga. Akhirnya, dari pada repot - repot pikir saya, karena juga saya juga agak sibuk waktu itu. Saya meminta mereka segera datang mengambil harddisk tersebut untuk direcover ke kantor saya. Saya pun harus bersabar lagi menunggu jawaban dari pihak mereka.
Keesokan harinya saya ditelpon pihak mereka / Everesta Media, walau sempat tidak percaya. Mereka mengabarkan kepada saya, bahwa harddisk SATA saya dapat diselamatkan mereka, karena belum sempat dibongkar dalamnya. Katanya keberhasilan recovery data minimal 80% bukan 100%, juga waktunya agak lama minimal satu minggu, alasannya bahwa kerusakan harddisk saya tergolong sangat parah secara fisik (katanya ada sudah bunyi, head bacanya rusak, tidak terdetek BIOS lagi dan sudah banyak “bad sector area”). Mereka mengajukan biaya recovery data sebesar 5 juta rupiah. Jumlah yang sangat mengejutkan saya. Alangkah kagetnya saya! Saya tidak percaya!!! Mahal sekali! Mahal sekali mas!!!! Padahal tidak seperti di tempat - tempat lain yang pernah saya tanya, jauh lebih murah! Karena mahalnya saya bingung sekali, takut sekali telah ditipu Everesta Media! sempat saya akan membatalkan saja. Saya curiga juga takut ditipu oleh mereka (pihak Everesta).Karena terus penasaran di hati saya, saya coba lagi tawar harganya agar dapat lebih murah. “Jangan mahal-mahal…..!” Entahlah, mereka tetap keras kepala! Tetap saja, mereka (pihak Everesta Media (http://www.everezta.com) tidak mau agar biayanya lebih murah, alias tidak dapat ditawar lagi biayanya. Karena terpaksa juga & pasrah, mau tidak maulah! harus kemana lagi saya coba merecover data saya dengan harga jauh lebih murah, Sementara mereka belum tentu menjamin sanggup! Sebagaian besar mereka telah menyerah tak sanggup/ gagal. Akhirnya dengan terpaksa, saya menyetujui juga dengan biaya 5 juta rupiah secara tunai. Asalkan data-data saya benar - benar telah berhasil diselamatkan! Itu janji saya pada pihak Everesta Media.
Bingung dan sangat mencurigakan juga cara kerja Everesta Media seperti apa. Terpaksa harus menunggu lebih seminggu tampa ada kejelasan. Tak sabar, akhirnya setelah 8 hari, mereka (pihak Everesta Media) tiba-tiba menelpon lagi kepada saya, dan memberitahukan bahwa sudah selesai semua data saya diselamatkan, diminta saya segera membuka e-mail saya, karena laporan datanya sudah dikirim. Segera saya cek e-mail saya, ternyata benar data saya sudah ada semua. Diminta juga, saya segera menyiapkan pembayarannya mutlak secara tunai 5 juta rupiah. Saya tidak mau rugi dong! saya harus cek lagi lebih detail apakah benar - benar data saya sudah ada. Saya mencoba mengingat satu - persatu data - data penting saya, yang sebagian besar saya sudah tak ingat lagi satu persatu. Ternyata benar! Aneh, sangat tidak dapat dipercaya!!! mereka telah berhasil menyelamatkan data-data saya! Atau mungkin Everesta sedang kebetulan ‘hoky’ jadi dapat menyelamatkan data-data saya. Aneh! Mungkin saja….! Percaya tidak percaya! Tak perduli, walaupun banyak nada sumbang tentang Everesta lantaran tempatnya tidak meyakinkan yang masuk gang itu! Tak terkecuali photo-photo anak saya waktu lahir dulu.Sangat mahal bagi saya, biaya recovery datanya! tidak seperti di tempat-tempat lain yang pernah saya tanya. Walaupun, pertama-tama saya curiga takut ditipu pihak Everesta karena tempatnya tidak meyakinkan. Sebenarnya jujur dalam hati kecil saya, terpaksa harus puas juga dengan harga 5 juta rupiah. Saat ini, sangat tidak penting seperti apa tempat Everesta Media, siapa - siapa saja yang anggotanya, bagaimana cara kerja mereka, dan berapakah personil dari Everesta Media itu?! Justru yang terpenting bagi saya Everesta Media adalah lebih dan memiliki nilai tambah dari dari yang lain! Karena terbukti telah berhasil menyelamatkan data-data penting saya, bahkan yang sudah lama dihapus sekalipun. Sementara di tempat lain sudah gagal / menyerah.
Ruli, Serpong (8-1). Sekali lagi. Percaya atau tidak cerita. Terserah anda, jangan tuntut saya telah menipu anda di hari akhir kelak! Mau dianggap fiktip belaka silahkan. Terserah anda juga. Karena kebenaran cerita ini tidak akan pernah dibuktikan kebenarannya! Jangan tanya saya fiktip atau tidak. Hanya saja.Terima kasih kalau anda telah mau membacaya.
Komentar oleh Ruli — January 27, 2009 @ 11:28 pm
tolong dong isi tulisan jangan dirubah,..knapa yang pro menjadi contra, dan yang contra menjadi pro,…. tolong di cek ulang donk
Komentar oleh ahcsant — February 9, 2009 @ 10:23 pm
ya ndak papa nyuruh gus dur untuk istigfar. nabi muhammad aja istigfar 100 kali tiap habis shalat. jadi nasehat ini bukanlah untuk menjelekkan gus dur. kemuliaannya tidak akan berkurang karena hinaan atau celaan orang. gus dur tetaplah gus dur. demiiann juga dengan kehinaannya juga tidak akan bertambah karena sanjungannya.
meskipun begitu saya cukup apresiasi dengan gus dur. dengan adanya gus dur baik yang membenci maupun mencintainya berani muncul.
Komentar oleh muchojin — February 13, 2009 @ 4:07 pm
Gus Dur, orang yg dibenci sekaligus dikagumi. Maksud lohh..
Komentar oleh Sword — February 18, 2009 @ 5:39 pm
Gus Dur tidak perlu istighfar, karena ia tahu apa yang tidak ia lihat. Sementara “kita” tidak tahu apa yang “kita” lihat. Siapa yang harus istighfar?
Komentar oleh HM Madarik Yahya — February 25, 2009 @ 1:44 pm
hmmm…saya mau tanya buat yg pro-GDapa alasan GD menyatakan bahwa daging babi halal untuk dikonsumsi?(jlas2 mlnceng dr ajaran agama islam)dan pro israel?(dgn bnyaknya muslim yg terbunuh:anak2 dan wanita)???
Komentar oleh ita — February 26, 2009 @ 12:29 am
dancuk
Komentar oleh aan — February 28, 2009 @ 3:25 am
porno!!! saya kok bingung sendiri dengan tentang devinisi porno apalagi hingga kini masih belum selesai-selesai. kalau saja al-quran itu porno saya tidak keberatan. bukankah tetek dengan alat kelamin itu juga sama-sama anggota. Meski di lihat atau di pertontonkan bahkan di bicarakan kenapa tidak boleh lawong sama-sama anggota badan!
coba berfikir jernih! kenapa hingga kini tidak selesai-selesai tentang RUU pornografi? karena anggota tubuh atau badan ada undang-undangnya sampai kapanpun tidak akan selesai.seandainya ucapan atau tulisan saya di baca oleh semua orang maka akan saya tulis panjang lebar tentang nama-nama sekaligus gambarnya anggota badan.
Komentar oleh qornain — March 15, 2009 @ 7:48 pm
saya sejak dulu kagum dengan Gusdur dan dengan kekaguan ini saya mohon kepada beliau janganlah hak asasi saja yang di bahas apalagi di dengung-dengungkan. seharusnya ‘hak umum’ yang lebih penting kok malah tidak pernah di singgung.
karena kalau hak asasi kita setuju otomatis secara mafhum mukholafahnya hak umum seharusnya juga di sepakati. kenapa mereka tidak berfikir ke arah situ?.
Komentar oleh qornain — March 15, 2009 @ 7:59 pm
kok gitu aja dikasih komentar sih..
Komentar oleh anang halim — April 5, 2009 @ 11:49 am
berprasangka baik, itu kuncinya. Menghakimi dengan kaidah keilmuan yang kita yakini itu baik dan benar, belumlah tentu. karena keterbatasan kita akan wawasan keilmuan. Maka dari itu kita sebaiknya lebih banyak belajar lagi. Coba kita berkaca, jangankan untuk menilai orang lain apalagi sampai mengeluarkan statement tertentu, lha kita aja setiap hari bergumulnya dengan dosa terus, ingat Gusti Allah jarang-jarang, apalagi di kota besar banyak cewek cakepnya. Wah.. Pokoknya tata hati dulu deh.. belajar sama guru yang jagoan, jangan yang setengah-setengah. Peace
Komentar oleh Agus Susanto — April 10, 2009 @ 12:28 am
Katakanlah kepada mereka : “Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan Rasul-Nya). Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu.” Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu) tentulah mereka akan menjawab : “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah : “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan daripada kamu (lantaran mereka taubat) niscaya Kami akan mengadzab (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (At Taubah : 64-66
Orang Islam Tidak Pantas Berolok-olok dengan Ayat2 dari Alquran itu Haram…
Komentar oleh teman — May 7, 2009 @ 5:03 pm
bagus gussss…..
pokoke aku manut mawon
kwrena aku tahu jenengan gak asal ngendiko
Komentar oleh nurul lazim — May 8, 2009 @ 11:27 pm
gitu aja kok repot,itukan kata gusdur yang katanya super hero (herosin kali yee…)
Komentar oleh mulya — May 9, 2009 @ 11:18 pm
tapi itu smua memang perlu ada klrifikasi,mana yang melek dan mana yang merem,mana yang jalan sendiri mana yang dituntun…
Komentar oleh mulya — May 9, 2009 @ 11:21 pm
a….h kalian tuh gmn sih agama sendiri dijelek-jelekin,bingung gue..
Komentar oleh dodi — May 9, 2009 @ 11:27 pm
yang manut-manut aja sama dengan kambing atau kerbau…ditarik kemana aja ikut…
Komentar oleh dodi — May 9, 2009 @ 11:42 pm
Gus Dur emang kontroversial tapi kalo kita mau jernih apa yang dikatakan Gus Dur benar kok! cuman orang-orang yang gak suka aja bisanya melintir kalimat yang Gus Dur ucapin. Bravo Gus Dura ane dukung terus biar negara ini pinter
Komentar oleh suprapto — May 11, 2009 @ 11:40 am
mempelajari Al-Quran dan Hadist yang jelas lebih bermanfaat daripada berpayah-payah menerjemahkan kalimat Gus Dur
Komentar oleh asyrop — May 18, 2009 @ 12:39 pm
test
Komentar oleh ddd — May 20, 2009 @ 7:13 pm
Kita semua tau siapa gusdur hanya lewat media… Dulu dia Kelihatannya bagus dan hebat, dari gologan Islam, diharapkan bisa membela kepentingan Islam. Tapi semenjak menjabat jadi Presiden dimana banyak kaum muslimin di negeri ini yang mempercayakan kepadanya nasib mereka… justru kemudian malah bertolak belakang dari harapan, dia jadi seperti asal-asalan ngomong, membuat banyak orang tambah bingung pada saat krisis ekonomi yang membingungkan, seperti kelakar di warung kopi…pada posisi sebagai petinggi dinegeri ini adalah wajar kalau dia selalu disorot media dan seharusnya dia bisa menjaga lisan karena semua pembicaraannya dapat mempengaruhi situasi politik dan ekonomi bangsa dan negara serta memberikan dampak terhadap nasib orang banyak di negeri ini, yang yang paling kontroversi adalah masalah kerjasama dengan yahudi, masalah konfik Sarah di Ambon… dan belakangan ketahuan dia dibaptis di gereja… menerima penghargaan dari petinggi yahudi… yang hampir-hampir membuat negeri ini menjadi kacau-balau karena ulahnya, dan pada akhirnya diturunkan dari Jabatannya.
Sekarang marilah kita pertanyakan apakah masih pantas untuk didengar pendapatnya? kalau menurut saya, barangkali sebaiknya kita abaikan saja semua kementarnya, biarlah dia mau berkomentar seperti yang ia mau.
Bila masih ada media yang mengekpose berita tentang dia, median tsb juga perlu dipertanyakan, ada kepentingan apa?
Maaf ya… komentar ini diberikan memang sudah telat. cuma ingin memberikan masukkan tambahan, mudah-mudahan ada manfaat.
kita do’akan saja mudah-mudahan saja GD dan kita semua diberikan hidayahNya. amin.
Komentar oleh someone — May 21, 2009 @ 3:17 am
Ingat Jangan terlalu gampang menuduh orang di Babtis. tidak demikian karena Aku tahu sendiri rekaman VCD nya.Masalah gus Dur kerja sama dg Yahudi dulu itu karena Logisttik gerakan Aceh merdeka di sokong penuh Yahudi. Setelah pura2 kerjasama dg Yahudi ternyata Aman kan. baru GAM bergejolak setelah mega berkuasa karena dia gak tau cara mengakali Yahudi.
kita memang gak tau Gus dur kayak apa. Aku mulanya juga benci Gus Dur tapi banyak hikmah peristiwa dari apa yg dia buat . Dan setelah sekian lama akhirnya aku baru paham tentang apa yg membuat kontroversi. Berarti aku telat mikir ketimbang GD.
Barang kali yang lain gitu yaa…?
Komentar oleh Anjani — May 21, 2009 @ 3:36 pm
SETUJUUU…
Contohnya aja waktu jaman jahiliyah Orde Baru . saat itu SDSB (judi berkedok sumbangan) sangat membumi seakan halal 100% tapi apa ada ulama yg bisa dan berani membubarkan ?
Ternyata Gus Dur punya trik Jitu . Dia langsung membakar emosi semua Ulama dg mengatakan SDSB Halal. Setelah Demo besar-besaran maka Pemerintah Orba membubarkan SDSB.Saat gus Dur ditanya kenapa SDSB halal ?
Dia jawab hanya untuk bikin emosi semua orang aja . Biar SDSB dibubarkan . nah kan ? Siapa sekarang yang telmi.
Mengutip omongan Wimar Witular” pikiran gusdur itu berjalan cepat dan melompat-lompat sedang kita berjalan lambat jadi untuk ahu apa maksudnya tinggal nunggu peristiwanya aja”
Komentar oleh Sofwa — May 21, 2009 @ 3:44 pm
Kalau Gus Dur bicara saya yakin ada sesuatu dibaliknya jadi jangan makan mentah-mentah apa yang diucapkan. Gus Dur emang kontroversi tapi itulah demokrasi kalau ada yang kebakaran jenggot berarti tak tau demokrasi
Komentar oleh suprapto — May 27, 2009 @ 12:54 pm
demokrasi itu apa?dlam Islam hanya ada Syuro,sementara demokrasi buatan nasroni (KALIAN…red;TASYABBUH)!!!
Komentar oleh jihadi — May 30, 2009 @ 10:12 am
Islam itu Rahmatan lil Ngalamin artinya secara luas juga demokrasi mas!!! perbedaan adalah rahmat jadi tidak boleh mutlak-mutlakan merasa pendapat anda benar dan Saya atau Gus Dur itu salah. ane dukung anda Gus!!! 100 %
Komentar oleh suprapto — May 30, 2009 @ 11:49 am
itulah gus dur cara ngritiknya beda……kalw sampean gak seberapa tw gus dur jangan “menegatifkan” gus dur trus…….coba aja diskusi ma orangnya………………..
Komentar oleh yudha — May 31, 2009 @ 8:34 pm
hidup gus lanjutkan perjuanganMusaya tahu anda lebih tahu dari saya kritikan ada sangat
jauh lebih maju OK!!!
Komentar oleh solikhin — June 3, 2009 @ 10:05 am
yang nongomng dalam islam gak kenal demokrai itu berarti gak tau islam.
dan bagi yang bilang islam gak kenal demokrasi seharusnya orang itu gak usah ngomong di forum ini, sebab apa yang diomongkannya bukan hasil syuro(musyawarah), ya kan?? kata-kata yang ditulis dan diomongkan disini pasti hasil pemikiran dan pendapat sendiri ya kan?? itu namanya demokrasi.
dalam demokrasi orang boleh berpendapat, dalam Syuro pun ada demokrasi.
Komentar oleh oglex — June 9, 2009 @ 4:05 pm
Ingat Allah punya kuasa tapi tidak pernah memaksa, sedangkan tuan tidak punya kuasa tapi tuan suka memaksa.
Komentar oleh abhm — July 9, 2009 @ 10:20 am
Kalo ada yang g setuju Gusdur itu Kyai ya g usah menganggap Kyai dan sepertinya maksud GD sudah tercapai. (Mungkin) Masud GD adalah supaya orang-orang dapat menyampaikan pendapatnya masing2 baik itu yang pro dan kontra terhadap pernyataan tersebut atau pernyataan GD yang lain sehingga kita dapat menyimpulkan sendiri apa yang baik. Sepertinya hampir semua pernyataan GD akan membuat beberapa orang berselisih, namun dari perselisihan itu dapat diambil hikmah yang terkandung di dalamnya. Saya rasa GD juga ingin memberikan iklim demokrasi dan kebebasan berpendapat tumbuh dan berkembang di masyarakat kita.
Komentar oleh Bobi Iswahyudi — July 12, 2009 @ 10:31 pm
udahlah mas penulis..kang dur itu tuhan’y orang NU..kl Al-Quran di buat tissue toilet ma si dur jg sah2 aj bt orang NU..si dur mah di dunia aj udah di siksa apalagi di akhirat..ente mah yang waras ngalah aj..
Komentar oleh El Muhammad — August 12, 2009 @ 1:54 am
komentar pertama tanggal 26 April 2006, jadi sudah lebih dari tiga tahun masih ada yg komentar, kalau saya no coment….. teruskan komentarnya sampai kapan ya?
Komentar oleh sty — August 28, 2009 @ 10:28 am
mesti di sadarkan orang2 sperti itu
Komentar oleh zen madury — August 31, 2009 @ 8:36 pm
Saya tidak mendengar sendiri perkatan Gus Dur tentang kitab suci paling porno. Dan saya tidak mengetahui apa maksud Gus Dur. Lebih baik kita meminta penjelasan sama GD dulu sblm menyalahkan.Kalau GD ngejelasin, insya Allah kita juga mangut-manggut.
Komentar oleh sadar — September 19, 2009 @ 10:44 am
Toh masing-masing punya amal… kaji saja lebih dalam. jangan pernah mendikte orang lebih dahulu sebelum mendikte diri kita sendiri lebih dulu… cari hikmahnya, jangan buat keresahan, pasti masing - masing punya alasan tertentu.. islam agama yang damai.
Komentar oleh Apunk — October 10, 2009 @ 6:03 pm
sesungguhnya..mereka2 yg mengatakan sedemikian x perlu di perangi kerana..bagi muslim yg beriman..muslimin sejati..mereka akan mengatakan golongn2 itu adalah musuh ketat Islam..tidak ada tempat mereka melainkn neraka dan seksa Allah SWT…ingatlah..mereka yg memburuk-burukkan AL-QURAN..akan menerima balsan yg mereka sendiri tidak terfikir..malahan mereka hanya mengeluarkan suara2 menyesal..hakikatnya mereka tahu tidak lagi d terima golongan itu…mereka tidak tahu…mengapa mereka mengagung-agungkan injil..Injil asalnya adalah salah satu Kitab muslimin..namun tlah d curi dan d sesatkn hingga skarang…jika d selidik kitab2 itu..tidak sebegitu jauh isikandungnya tapi..injil lebih kepada arah kesesatan..mereka sbnrnya tahu injil itu sudah sedia kala sesat..namaun mereka melindunginya dgn memburukan alquran..padahal mereka sudah tewas…pengadilan hanya Allah sahaja yg menentukan..mereka akan kelu berhadapan dgn kebenaran….bgi umat Islam, mereka hanya mampu bersabar dan mempertahan kn kesucian al-Quran…ingatlah golongan sesat..kmu tidak akan mnedapat kemenangan..mustahil…
Komentar oleh wan — November 11, 2009 @ 10:37 pm
sudahlah saudara2…gus dur itu manusia juga yg bisa salah. sebaiknya kita merenung pd diri kita ini sudah sejauh mana pengakuan islam kita ini, sudah sebesar apa perjuangan kita untuk islam. untuk yg diatas semua kok pemikiran kalian ndak beda jauh ya dengan orang NASRANI..apakah kalian ini sudah fasih baca basmalah??? perbanyaklah ilmu agama kalian dulu..bermanfaatkah ngasi2 coment?…
Komentar oleh fauzy — December 30, 2009 @ 7:49 pm
karena orang Islam banyak juga yang belum hapal isi Alquran,..mungkin beliau berkata demikian sebagai salah satu cara agar orang2 membaca Alquran,..dan banyak juga akhirnya orang yang baca Alquran membuka dan membaca isinya ,..meski cuman utk mencari istilah porno ini,..beginiilah mungkin type bangsa ini,..bila dibilang Alquran ini baik hanya dilihat disayang tapi tak dipelajari isinya,…tapi bila sesuatu itu dibilang buruk akan dicari2 keburukan2 nya,..coba dipikir secara bijaksana saja,…
Komentar oleh ark — January 1, 2010 @ 7:55 pm
yang lalu biarlah berlalu, jadikan sebagai pelajaran. Saatnya kita perbaiki diri untuk menuju iman dan takwa yang lebih baik. saling menasihatilah dalam kebenaran dan kesabaran.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum wr wbr.

APA GUS DUR MERASA AMAN?
Ahmad Sudirman
XaarJet Stockholm - SWEDIA.

Tanggapan untuk Presiden Gus Dur dan Ketua Umum PB NU KH Hasyim Muzadi.

NU JADI BENTENG DAN SIAP BELA GUS DUR DIBAWAH UUD'45 SEKULAR

Gus Dur sekarang masih tetap menikmati dan menghirup udara sekularisme di negara-negara Eropa yang dikunjunginya sampai 13 Februari 2000. Pikirannya menjadi segar dan nyaman dapat menghisap hawa paham sekularisme. Beberapa berita yang melambungkan isu-isu kudeta tidak menyebabkan Gus Dur terperanjat. Ancaman dari kiri-kanan tidak menjadikan otaknya yang penuh humor menjadi terkulai.

Karena nun jauh di belahan dunia Asia Tenggara, di Negara Pancasila, Ketua Umum PB NU KH Hasyim Muzadi, Senin, 7 Februari 2000, mendeklarasikan bahwa "Nahdliyin siap di belakang Gus Dur jika ada pihak yang coba-coba mengkudeta presiden. Kita siap membela di bawah konstitusi kalau ada usaha kudeta. Tidak benar Gus Dur terancam karena Gus Dur didukung oleh banyak kalangan. Dia pun memiliki legitimasi yang kuat" ( http://www.satunet.com/artikel/isi/00/02/07/6329.html ).

NU BUKAN HANYA DUKUNG GUS DUR, TETAPI HARUS MEMBUANG PIKIRAN
SEKULARISME-NYA

Banyak orang terpesona pada Gus Dur dengan akrobat diatas talinya. Seperti yang diturunkan oleh Republika Online edisi: 27 Januari 2000 dengan menampilkan tulisan "Mengevaluasi Sang Guru" yang menggambarkan hasil pemikiran penulisnya dengan gambaran bahwa "melihat Gus Dur seperti ''lukisan Monalisa'', yang ''bisa menyesuaikan diri'' dengan jiwa dan kondisi psikologis orang yang melihatnya. Oleh sebab itu, membaca ''ucapan, pikiran, dan tindakan Gus Dur'' haruslah dengan perspektif yang benar, perspektif yang sesuai dengan karakter Gus Dur, yakni sebagai Guru (dengan ''G'' besar) bagi bangsa Indonesia, khususnyaumat Islam" (Mengevaluasi Sang Guru, Republika Online edisi: 27 Januari 2000)

Kelihatannya dengan diloloskannya tulisan "Mengevaluasi Sang Guru" oleh pengasuh Republika Online menunjukkan bahwa secara tidak langsung Gus Dur telah diangkat sebagai Guru bagi bangsa Indonesia, khususnya umat Islam.

Disinilah saya melihat bahwa bagaimana sebagian rakyat Indonesia terpesona dengan keligatan Gus Dur dengan loncatan-loncatan sekularismenya, sehingga mampu memberikan bayangan dan gambaran kepada sebagian rakyat Negara Pancasila bahwa sekularisme adalah paham yang bisa menyelamatkan kemelut yang menimpa bangsa Indonesia.

Apabila Gus Dur "....mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang" (Al Maidah, 5: 56).

Tetapi kalau Gus Dur "....dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Barangsiapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya" (An Nisa, 4: 143).

Tentu saja bagi umat Islam "....janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman"
(Al Maidah, 5: 57).

PERSATUAN YANG DITERAPKAN GUS DUR PERSATUAN SEMU

Persatuan yang didasarkan pada sekularisme merupakan dasar pijakan Gus Dur untuk merangkul seluruh rakyat Negara Pancasila. Karena itu ketika Gus Dur membicarakan persatuan, agama tidak boleh diangkat kepermukaan. Selama agama dijadikan dasar persatuan, maka selama itu persatuan tidak akan terlaksana. Itulah pemikiran yang keluar dari paham sekularisme-nya Gus Dur.

Persatuan Gus Dur adalah persatuan yang tidak didasarkan pada keadilan, amanah dan perdamaian yang bertujuan untuk beribadah, bertaqwa dan mengharap ridha Allah SWT.

Pemerintahan Gus Dur adalah pemerintahan yang tidak dibangun atas dasar masyarakat muslim dan non muslim didalam satu kekuasaan pemerintahan dimana Allah yang berdaulat, yang menerapkan musyawarah dan menjalankan hukum-hukum Allah dengan adil, berdasarkan akidah Islam dengan menghormati agama lain, dengan konstitusi yang bersumberkan dari Al Quran dan Sunnah, yang tidak mengenal nasionalitas, kebangsaan, kesukuan dan ras.

Inilah sedikit tanggapan untuk Presiden Gus Dur dan Ketua Umum PB NU KH
Hasyim Muzadi.

Bagi yang ada minat untuk menanggapi silahkan tujukan atau cc kan kepada [EMAIL PROTECTED] agar supaya sampai kepada saya dan bagi yang ada waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya yang telah lalu yang menyinggung tentang Khilafah Islam dan Undang Undang Madinah silahkan lihat di kumpulan artikel di HP http://www.dataphone.se/~ahmad

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan hanya kepada Allah kita
memohon petunjuk, amin *.*

Wassalam.

Ahmad Sudirman
NDONESIA kembali kehilangan seorang sosok guru bangsa. KH Abdurrahman Wahid atau lebih dikenal dengan Gus Dur wafat beberapa hari lalu. Meski demikian, karya-karya dan pemikirannya tidak akan pernah hilang dari bangsa Indonesia. Ialah sosok yang banyak menjadi inspirasi bagi rakyat Indonesia. Pikiran-pikirannya yang brilian selalu membuat segar suasana dan terobosan-terobosan baru. Tidak hanya itu, Gus Dur juga merupakan seorang tokoh ulama yang sangat disegani baik di tingkat nasional maupun internasional. Beliau termasuk ilmuwan sosial yang diakui dunia hingga saat ini. Berbagai jabatan penting pernah Gus Dur duduki. Puncaknya beliau menjadi Presiden ke-4 RI. Jalan pikiran Gus Dur tidak pernah bisa ditebak. Beliau bertindak sesuai dengan hati nurani yang dipadukan dengan nalar sebagai pertimbangan.
Meski, kadang kala sepak terjangnya membuat sejumlah orang merasa risi dengannya. Tentunya karena Gus Dur adalah manusia biasa, yang fitrahnya sebagai tempat salah dan lupa. Pemikiran beliau juga tidak semua orang bisa menerimanya karena banyak hal. Ada yang tak bisa menerimanya dengan alasan politik, agama, ideologi, atau hanya karena tidak suka saja dengan pribadinya.